12-Sesama cemburu.

28 3 0
                                    

Enjoy your reading..
.
.
.
.
Thinking out lound - Ed Sheeran.

Bukan ingin meninggalkan seperti dahulu.  Aku pun tidak sanggup.  Tapi waktu yang menyuruhku untuk menjauh. -Rizal.

***

Rizal melihat Nanda dan Fariz keluar dari kelas mereka.  Rizal yang baru saja keluar dari ruang UKS langsung mengikuti dan mengintai mereka. Bukan maksud Rizal untuk membunuh mereka.

Rizal yang saat ini berada di pos dekat parkiran menggenggam dan mengepakan tangannya kuat saat melihat Nanda dan Fariz bersentuhan tangan dan menatap dengan jarak yang sangat dekat.

Bukan Rizal cemburu.  Hanya ia takut,  takut Nanda terlalu nyaman dengan orang itu. Takut Nanda tersakiti. Takut Nanda salah memilih orang. Takut,  takut Nanda berpaling darinya dan melupakannya.

"Gua tau gua gak bakal bernasib sama lagi kayak Fariz" setelah mengucapkan itu Rizal mengambil jaket yang berada di tasnya dan pergi menuju parkiran yang menjadi tempat ia menaruh kendaraannya itu.

Rizal memasuki mobilnya ,  dan menyalakan mobilnya itu.  Jangan tanyakan mengapa Rizal tidak membawa motornya lagi.  Ibunya lah yang melarangnya dengan kata 'Bunda gamau kamu sakit lagi'.

Rizal tidak sama sekali membatah ucapan yang keluar dari mulut Bunda dan Papanya. Sungguh anak yang berbakti bukan?.

Tunggu,  dia sebenarnya ingin pulang ke arah rumahnya.  Tapi semenjak dia barusan melihat Nanda dan Fariz masuk ke dalam daerah suatu taman. Rizal sangat amat penasaran hingga akhir nya Rizal membututi mereka.

Tak lupa Rizal memakai masker dan kaca mata yang biasa ia pakai saat hanya belajar saja dan menutupi kepala nya dengan topi hoodie yang dipakainya saat ini. Sungguh terlihat bukan seperti Rizal.

Rizal membututi mereka dan sebenarnya ini taman yang sering ia kunjungi setiap sore hari. Bahkan orang orang dan pendatang disini sudah tidak asing dengan Rizal.

Tapi,  dengan keadaan Rizal memakai masker, kacamata dan rambut yang tertutup hoodie, tidak memperlihatkan Rizal yang biasanya. Rizal memilih bangku yang berada dekat mereka dan melihat pemandangan yang amat sangat menyakitkan ini.

***

"Makan disini aja gak papa kan Nan? " tanya Fariz kepada Nanda yang sedang melepas helm yang tadi ia pakai.

"Selo aja,  gua sering kok makan disini" ucap Nanda dan menaruh helm tadi ke jok motor Fariz.

Mereka berjalan berdampingan tanpa berbicara satu sama lain. Mereka berjalan ke arah penjual tekwan di taman ini dan memesan dua mangkuk untuk Nanda dan Fariz.

"Nanda gua mau nanya deh" ucap Fariz memecahkan keheningan.

"Nanya aja kali sans? " ucap Nanda dengan santai.

"Lo sama Rizal kenapa? " Tanya Fariz.

"Gua? Kenapa? Biasa aja kali,  gak ada apa apa" Tanya Nanda bingung sekaligus kaget dengan pertanyaan Fariz.

"Gua tau kok gausah gitu ah geli gua haha" Ucap Fariz sambil sedikit tertawa.

"Ya gua gak apa apa hahaha , emang kenapa kok lo nanya kek gitu? "Tanya Nanda.

"Ya gua tau,  tadi gua lewat kelas Rizal pas dari kamar mandi.  Ngedenger dikit deh obrolan lo sama Rizal" Jawab Fariz.

Sebelum Nanda menjawab,  Sang Tukang tekwan tadi,  mang jupri mengantarkan 2 mangkok pesanan Fariz dan Nanda tadi.

SchmerzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang