Sore itu, di teras rumah di temani segelas teh manis hangat dan lantunan irama2 instrumental seperti angin ingatan itu berhembus entah dari mana, tiba2 aku teringat dengan sosok yang pernah aku puja.
Sontak aku mengambil smartphoneku dan mencari nya dalam situs jejaring sosial Facebook.
Ana, ku ketik dalam kolom pencarian namun tak ada satupun profil dgn nama itu.
Tak berhenti disitu, aku mulai mencari dari nama belakang dia, Apriliana. Namun cara ini kurang efektif terlalu banyak nama yang muncul, tapi sayang tidak satupun yang aku kenal, aku masukan nama lengkap nya, tetap saja tidak ada.
Di cari di daftar teman pun tidak ada.
"Ah sudahlah, mungkin dia tidak exist di FB." Sempat ingin menyerah..
Namun hati ini masih penasaran, mungkin karena rindu yang telah lama tak terucap.
Tak kehabisan ide aku coba masukan beberapa nama variasi, seperti Apriliana ana, elfanidha Anna terakhir ana fhafhanidha, dan bingo munculah sebuah foto gadis berhijab, wajah merah merona dengan bibir tipis nya yg berwarna merah muda.
Just like an angel, sangat jauh berbeda dengan ana yang kukenal dulu.
Tanpa pikir panjang aku sapa dia melalui pesan singkat.
"jenong". Mention jadul saat masih berstatus pelajar.
Dari menghitung detik,menit hingga ke jam aku menunggu balasan,
"Sial, sepertinya aku harus bersabar"
Hari sudah malam, aktifitas pun ku hentikan sejenak.
Sungguh cantik, benakku tak henti membayangkan wajahnya.
Aku adalah seorang yang mengidap penyakit paranoia, setiap malam sesaat sebelum tidur aku sering bermain dalam khayalku.
Layaknya sebuah film, dimana aku menjadi peran utama dalam skenario yang aku buat.
Dan kali ini tentang "Cinta" dan "Nostalgia", sebuah cinta yang tertunda bertemu kembali setelah sekian lama.
Malam pun terasa panjang, belum selesai mimpiku bersamanya sang mentari mengambil perannya kembali, seberkas sinar yang masuk menerobos celah2 jendela kamar menyentuh hangat dan spontan aku terbangun, "ternyata hari sudah pagi" dengan mata yang masih kantuk menatap indahnya sunrise.
"Ting,Ting,Ting" terdengar sebuah nada pemberitahuan.
Dan ternyata sang pujaan mengirim balasan.
"Hey apis, apa kabar ?"
"Baik na, kamu sendiri?"
"Baik juga, kamu dimana sekarang ?"
Sungguh lega dia masih merespon dengan akrab.
Dia kuliah di salah satu universitas yang tak jauh dari rumahku.
"Sejak lulus SD kamu sombong banget na,kenapa?"
"Ko aku ? Bukannya kamu yang cuek?".
Terdiam tak mampu membalas.
Aku rasa dia tidak marah, jujur saja hati ini bergejolak, ingin rasanya bertemu.
Tapi aku tak punya cukup nyali, bahkan untuk berkata rindu pun tak berani,
Mungkin karena rasa bersalah yang selalu menghantui, bertahun-tahun sejak aku lostcontact dengannya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Tak Sampai
RomancePerasaan yang tak pernah terungkapkan, hingga berkarang di kedalaman hati tanpa cahaya..