1. Ah, hello

11 0 0
                                    

Katakanlah kalau Song Yena itu pemalas. Yah, tidak sepenuhnya sih. Namun merebahkan diri di depan televisi dengan tangan yang sibuk memasukkan camilan serta ponsel ditangan yang lain merupakan pemandangan yang akan terus berulang. Waktu Yena terbuang percuma disana kala mentari sedang berada dipuncaknya hingga terbenam.

Yena bukannya enggan untuk bekerja, namun ia sedang menunggu panggilan.  Berbekal lulusan sekolah menengah akhir bukanlah perkara mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Kuliah? Hoho. Gadis yang memiliki surai hitam pekat sebahu serta manik bulat coklat itu terlalu malas untuk menyicipi tetek bengek persekolahan lagi. Yah, meski disayangkan sih, otak Yena cukup pintar.

Bunyi derap langkah kaki mengeras seiring dengan presensi yang semakin mendekat kearah Yena. Ia kemudian mengulurkan sebuah kotak yang cukup besar dihadapan Yena.

"Antarkan ke rumah bercat ungu oranye seberang sana, ya" Mama Song menggoyangkan kotak itu lantas Yena melirik kotak itu kemudian mamanya lagi.

Mengerutkan dahinya yang berminyak, berkata serak, "Lho, memangnya anaknya udah datang, ma? Kok sepi" Yena agak menggerutu setelah bangkit kemudian menyambar kotak makanan yang beratnya lumayan.

"Udah datang seminggu yang lalu, mama lupa menyambutnya perihal sibuk ngurus kantor yang lagi berantakan. Antarin, ya, bilang juga mama minta maaf baru bisa menyabut sekarang" mama song berbalik tanpa menunggu jawaban Yena.

Gadis itu baru sadar ternyata mamanya berpakaian rapi hendak pergi ke kantor. Pasti kantor sedang rusuh hingga mama harus ke kantor meski sedang mendapatkan cuti.

Bergumam sebagai jawaban, Yena mengendikkan bahunya kemudian membersihkan kekacauan di ruang tamu sebelum bertolak menuju penerima kotak makanan itu.

Berbekal kaos kasual serta celana olahraga, Yena menapakkan diri di pekarangan rumah yang dituju.

Halamannya tak terlalu luas namun dihiasi dengan beberapa jenis bunga. Desain rumahnya minimalis yang terlihat nyaman dilihat namun Yena tidak terlalu menyukai perpaduan ungu oranye yang kurang pas menurutnya.

Melangkah mendekati pintu kemudian tanpa ragu mengetuk beberapa kali hingga mendapat sautan dari dalam rumah. Suara derap langkah mulai mendekat. Pintu terbuka setengah menampilkan pemuda bersurai coklat menatapnya lurus.

Yena tersenyum ramah kemudian mengulurkan kotak yang diberikan mamanya. "Ini dari mama, Song Hyeeun. Mama minta maaf kalau ngasihnya terlambat, lupa katanya. Maklumi, ya"

Si pemuda tersenyum kelewat manis dan bertutur dengan suara yang tak kalah manis setelah mengambil bingkisan, "Tak masalah, kok. Mau berkunjung sebentar?" tawar tuan rumah membuat Yena menaikkan alisnya.

Berkunjung ke rumah tetangga baru bukanlah masalah besar namun ia tak begitu paham beramah tamah dengan orang baru. Pengecualian bila bersama mama atau temannya karena mereka lah yang berbasa-basi dan Yena akan sesekali menimpali.

Mengusap tengkuknya canggung dan melemparkan sorot mata menyesalnya, Yena tersenyum tipis, "Mungkin lain kali. Aku ada hal yang perlu diselesaikan"

Oh. Tentu saja itu tak benar.

"Begitu, ya. Baiklah" pemuda itu mengangguk. Yena berbalik melangkah menjauh tanpa mengucapkan salam perpisahan. Sebelum ia lebih jauh, pemuda itu membuka suara agak berteriak,

"Namamu siapa?"

"Yena, Song Yena" tuturnya sambil berbalik dan tersenyum hangat.

"Mari berteman. Aku Jimin, Park Jimin"[]

Next, yay or nay?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NutterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang