4. Calon Perempuan Gue

519 61 14
                                    

Judulnya keterlaluan ya. Seperti hubungan gue sama dia. Ga ada apa-apanya. Khayalan aja.

Oke, masih di acara upacara bendera hari Senin. Gue gak tau kenapa dia berdiri bersebelahan sama gue.

Ya sebenarya otak gue berfikir: dia bilang ke murid-murid bahwa gue gak modal dan kepedean gara-gara kemarin. Mau ditaruh mana muka gue?

Ya bukan berarti gue pengecut, tapi kalian tahu lah, gimana kalau jadi gue pas beli bubur kemarin.

Upacara berlangsung dengan khidmat, tidak ada gangguan seperti yang gue fikirin tadi. Setelah pemimpin upacara membubarkan barisan, tiba-tiba tangan gue dicekal. Gue deg-deg an. Terus gue nengok ke belakang. Ternayata Siapa si Riko yang daritadi ribut pengen pingsan.

"Pusing, bang. Pengen pingsan." Riko memegang kepalanya.

Ah, lebay sekali. Gitu si Tania kok betah ya sama si Riko? Binggung gue.

"Ah, lo gini aja pusing. Lo kalo ntar ijab qobul gimana cuy? Mati?"

"Lo ngajak gue nikah, Nus?"

Gue geleng-geleng kepala. "Serah lo aja, Nyet."

"Nyet itu panggilan sayang lo ke gue ya, Nus?"

"TAU AH TERANG!"

"Gelap gini kok terang," kata Riko sambil melihat ke arah langit.

Gue tinggal aja si Riko disana yang masih mandangin langit. Gue juga binggung, orang langit terang sekali, dia malah bilang gelap gini.

Dan baru gue sadari, si Riko ini teduh di bawah pohon beringin dekat gue dan Riko berbaris waktu upacara tadi.

Ngomong-ngomong soal pohon beringin itu, kononnya ada penunggu bernama Nyi Ngin. Nyi Ngin ini sudah lama jadi penunggu di situ.

Kasihan ya, nungguin gak jelas.

Nyi Ngin ini gaul sekali. Pernah ada cerita, si Gondrong, temen gue selain Riko yang bisa melihat dunia ghaib itu, bilang ke gue.

"Nus, gue udah tau caranya main AOV sama Mobile Legends."

"Apa iya?"

Gue binggung, selama ini gue ngajarin orang main AOV atau Mobile Legends itu seperempat jam udah paham. Tapi si Gondrong, dari awal gue masuk sekolah sampai sekarang gak paham-paham.

Terus Gondrong membalas, "iya, udah bisa."

Mata gue berbinar. Bahagia gak karuan. "Siapa yang ngajarin?" Gue mengulas senyum yang paling lebar sepanjang hidup gue, karena bangga bisa ngajarin Gondrong setelah sekian lamanya.

"Nyi Ngin."

Seketika itu senyum gue memudar. Pantesan akhir-akhir ini Gondrong jarang makan di kantin, tapi malah nongkrong di pohon beringin sama Nyi Ngin.

Dan pernah gue ikutin kesana. Dia ngomong-ngomong gak jelas. Gue juga lihat handphone Gondrong ini terbang. Sontak gue kaget. Suara di handphone Gondrong juga gini: Welcome to Mobile Legends. Kadang-kadang sampai ada suara gini: Savage.

Maka dari itu, gue nyebut Nyi Ngin ini penunggu paling keren dan gaul.

Oke, balik ke topik perempuan cantik tadi. Pas jam pulang sekolah, gue papasan lagi sama dia. Cantiknya enggak luntur-luntur juga. Berarti dia cantik natural, gak pakai bedak tau teman-temannya. Gue selalu senyum ke dia, terkadang dia juga bales senyuman gue. Terkadang.

Sebagai cowok yang gentle, gue nyamperin dia.

"Hai, mbak," sapa gue.

"Eh, iya? Panggil Nella aja. Kita seumuran kok."

Kita? Serasa dia punya gue aja. Ah, mbaknya suka baperin nih.

Gue mengulurkan tangan ke Nella. "i-iya, Nella. Gue Venus. Murid pindahan baru seminggu yang lalu. Salam kenal mbak-eh, Nella."

"Iya, salam kenal juga, Venus," dia mejabat tangan gue.

Rasanya pengen menghalalkannya langsung.

Tiba-tiba ada cowok datang, menepis tangan gue sama Nella. "Woi, lo jangan berani-berani nyentuh milik gue ya!"

"Do, biasa aja kali. Dia tetangga komplek aku," kata Nella ke cowok itu.

"Sayang, aku gak suka kamu kenalan sama cowok lain, apalagi sampai pegang-pegangan gitu!"

Sayang? Nella udah punya pacar? Aduh, potek hati abang.

"Sekarang kita pulang." Masih dengan amarah, si cowok itu menarik tangan Nella kasar banget.

"Bro, yang lembut dong, sama ceweknya sendiri," kata gue yang mencoba ikhlas menerima keadaan.

Si cowok gak ngerespon gue. Beberapa menit kemudian, gue melihat Nella sama cowoknya goncengan keluar parkiran pakai montor Ninja ngebut.

"HATI-HATI BRO!" teriak gue.

Si cowok ngelihat ke arah gue, kemudian teriak, "BACOT!"

Tiba-tiba si cowok oleng dan motornya nyebur ke got. Dan otomatis Nella juga ikut jatuh.

Gue ketawa dosa nggak sih?

"Ah! Sial banget gue! Heh, lo yang tadi. Tolongin!" si cowok itu menghadap ke gue.

Sebagai manusia yang berperikemanusiaan, gue mendekat, kemudian gue nyopot jaket gue dan gue pakaikan ke Nella. Perempuan utama kan?

"Gue juga tolong dibantuin, bego," si cowok itu udah kotor banget, penuh dengan noda-noda got yang berwarna hitam kehijau-hijauan.

"BACOT!"

Tjinta & Tinja - Cinta & Tai ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang