BAB 1

24.7K 810 12
                                    

Bab (1)
           Xervie mengangkat tangannya dan membiarkan darah merah segar mentes dari luka yang menggangga lebar di tangannya dan menetes di mulut seorang gadis dengan tubuh yang sudah tak lagi terbentuk.

"Izumi, ambilkan tangan sebelah kanan serta kakinya yang sebelah kiri di sana, aku akan menyambungkannya," ujar Xervie ke arah seorang lelaki dengan rambut sepinggang diikat dengan rambut bewarna hitam gelap.

Laki-laki yang dipanggil Izumi itu hanya mengangguk dan berjalan ke arah pohon dan mulai mengambil sisa-sisa tubuh manusia itu dan memberikannya kepada Xervie sang Master para mahkluk abadi, vampir.

"Kau berniat membuat dia menjadi vampir? Memang dia akan menerima semuanya? Tidak semua manusia menerima mereka menjadi vampir," desis Izumi ke arah majikannya itu.

"Tutup mulutmu yang kotor itu! Kau juga menerimanya saja saat dia mengubahmu menjadi vampir," balas Xervie malas sambil mulai menyambungkan kembali bagian-bagian tubuh gadis berambut hitam sebahu itu.

"Yah... itu masalah beda Xervie Sakamoto," desis Izumi sambil melipat tangannya di dada dan menatap tubuh gadis itu yang mulai kembali sempurna seperti sedia kala.

"Sekarang giliranmu memberinya darah, aku mau pergi dulu ke kastil. Masih ada beberapa urusan yang belum aku selesaikan," ujar Xervie dengan santainya dan berjalan menjauh meninggalkan Izumi yang langsung menggeram marah dan kesal kepada majikannya sekaligus sahabatnya itu.

"Ke Kastil? Kastil siapa?" Tanya Izumi menatap sebentar majikannya itu.

"Yang penting bukan mansion milik dia," ujar Xervie santai. "Milik Marian."

"Dasar menyebalkan!" Teriak Izumi kesal dan mulai membuka tiga kancing pakaiannya dan menunggu gadis itu menggeram dan meminum darah.

"Yah... aku memang menyebalkan jadi kau tak perlu sembunyi-sembunyi tentang betapa menyebalkannya aku."

Xervie menyusuri lorong kastil dan bersenandung pelan lagu kematian yang sering dinyanyikan oleh ibunya saat masih kecil. Lagu kematian yang sangat-sangat ditakuti oleh semua manusia yang telah menjadi vampir.

Walaupun vampir abadi dan biasanya minum darah, bukan berarti mereka tidak bisa makan makanan manusia. Memang tidak semua makanan manusia bisa dimakan oleh vampir. Begitu juga minuman, tidak semua minuman bisa diminum oleh vampir.

Hanya makanan tertentu yang bisa dimakan, seperti daging goreng atau panggang serta roti-roti yang berbentuk snack. Sedangkan minuman adalah teh dan kopi hitam.

Tapi lain dengan Xervie, laki-laki berambut perak dengan salah satu matanya tertutup rambut ini jarang memakan makanan manusia. Dia hanya meminum teh dan kopi hitam. Jika dia lapar maka ada darah hewan yang sudah disiapkan dalam bentuk botolan kaca kecil dengan tutupan rapat.

Xervie membuka pintu kayu dengan ukiran gambar pedang dan sebuah matahari yang dibelah menggunakan pedang itu. Lambang dari keluarga Sakamoto.

"Xervie kau lama sekali," desis seorang gadis dengan belahan dada rendah. Gadis itu menatap sebal ke arah Xervie yang sekarang mendengus malas dan mulai menghentikan senandungan lagu kematiannya.

"Marian, lebih baik kau urus saja urusanmu sendiri. Jangan libatkan aku," balas Xervie menatap Marian sebal.

"Kau itu kakak laki-lakiku sekaligus seorang Master dari para mahkluk abadi, vampir. Jadi aku bisa juga membuat mereka berempat bungkam," balas Marian sambil tersenyum manis. Dia menyibak rambut pirang kuncir kudanya lalu berjongkok di dekat seorang manusia dengan pakaian sangat lusuh yang sekarang pastinya sedang gemetaran.

"Dengar manusia! Sebentar lagi kalian akan kami bungkam!" Sentak Marian sambil mengelus pelan pipi seorang perempuan dengan tubuh gemetar berkeringat dingin karena ketakutan.

"Jangan terlalu kasar kepada mereka, kau memintaku untuk menghapus semua ingatan mereka atau membuat mereka mati?" Tanya Xervie menatap Marian yang langsung tersenyum senang dan langsung bergelanyut manja di lengan kakaknya.

"Bunuh saja mereka, lalu ambil darah mereka semua!" Teriak Marian dan membuat Xervie berdecak sebal saat pakaian Marian sedikit terbuka ke bawah sehingga belahan dada rendah Marian semakin lebar.

"Benahi pakaianmu itu, dasar bocah!" Sentak Xervie ke arah adiknya dengan nada sangat kesal. "Kau tak tahu malu? Di sini ada tiga laki-laki dan satu perempuan? Kau tak malu?"

"Untuk apa? Aku sudah terbiasa saat mereka semua memandangku dengan pandangan menjijikan. Aku sudah terbiasa dengan seks bebas di dunia vampir. Di dunia abadi kita ini, kita bisa hidup bebas. Tidak seperti di dunia manusia yang penuh aturan yang menurutku sangat aneh tentunya. "

"Ya terserah padamu, yang penting kau tak hamil Marian," gumam Xervie lalu menatap empat manusia yang diikat sangat erat hingga membuat luka di tangan keempat manusia. Dari mana Xervie tahu? Dari darah yang terus saja menetes ke lantai hitam.

Ruangan yang sekarang sedang dipijak oleh Xervie dan Marian adalah ruang penyiksaan. Ruangan yang bisa membuat orang ketakutan setengah mati.

Ruangan itu serba hitam, hanya ada obor di sudut-sudut ruangan itu. Ada banyak pedang besar dan tiang gantungan di sana. Alat-alat penyiksaan yang dibuat untuk membunuh para vampir yang memiliki dosa besar. Entah pada Tuhan atau siapapun.

Di dunia ini, vampir berlindung di dunia bawah. Dunia atas hanya untuk bangsa manusia. Pernah suatu ketika bangsa vampir mulai berpijak di dunia atas. Saat salah satu dari mereka ada di mengamuk karena tidak bisa mengendalikan nafsu darah, semua vampir mulai dihabisi.

Ahkirnya Oskar Sakamoto, ayah dari Xervie Sakamoto memilih untuk berdamai dan para vampir mulai menghilang dan pergi kembali ke dunia bawah. Mungkin memang karena vampir bukanlah mahkluk ciptaan Tuhan, jadi mereka diharuskan disakiti.

Xervie mengambil pisau kecil dan melukai ujung jarinya. Darah yang keluar dari ujung telunjuk Xervie mulai menjadi seperti pedang kecil bewarna merah keperakan.

Dia menatap empat manusia yang sekarang mulai berteriak ketakutan dan mulai meminta ampun. Xervie tersenyum senang dan mulai menyiksa perempuan yang sekarang bajunya mulai dilucuti oleh Xervie.

"Saatnya penyiksaan, ah... gadis, kau punya dada yang indah, sayang aku harus membunuhmu karena keinginan Marian, adikku. Selamat penyiksaan."

Lalu jeritan, tangisan, permintaan ampun, serta suara meminta untuk berhenti tercampur menjadi satu. Sedangkan suara tawa keriangan milik Marian benar-benar keras. Itu semua dapat didengar oleh Izumi yang ada di dekat pintu sekarang dengan membopong gadis berambut sebahu tadi.

Izumi menghela nafas pelan, kadang dia berpikir, kenapa Xervie mau saja menuruti permintaan Marian yang kadang terdengar gila. Izumi menghela nafas lalu meletakkan tubuh gadis berambut sebahu itu di dekat pintu lalu berjalan menjauh membiarkan suara jeritan dan semuanya bercampur menjadi satu.

Kadang dirinya yang dulunya manusia tidak pernah mengerti kenapa Xervie begitu maunya dan selalu menuruti apa yang diminta adiknya.

"Kenapa ada vampir seperti Xervie? Dia seperti vampir gila yang sangat suka sekali menyiksa vampir dan manusia lain."

To be Continued

A/N

Halo semua!
Saya buat cerita baru dengan genre vampir, tapi cerita ini benar-benar beda dari cerita vampir yang saya buat. Benar-benar beda!
Cerita ini sudah saya tata serapi mungkin!

THANK YOU

Immortal (SEASON 1 TAMAT + SEASON 2 DIBERHENTIKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang