Detak Keempat

1.2K 144 35
                                    

"Lo dimana, Jung?" adalah kalimat pertama yang dikeluarkan Taehyung semenjak Jungkook menjawab teleponnya, membuat Jungkook yang masih di dalam kelas dengan serakan bukunya berdecak sebal.

"Di kelas." Anak itu menjawab seadanya.

"Buruan anjir, gue mau futsal."

"Futsal aja. Gue kan gak ngelarang."

Jungkook bisa mendengar Taehyung menghelas napas kesal di seberang sana. "Gue gak mau jadi bahan cibiran hati nyokap lo kalau tau gue ngebiarin anak kesayangannya pulang sendiri naik bus."

"Eh sori, gue punya temen kali," Jungkook menjepit ponselnya di antara telinga dan bahunya, sementara tangannya bekerja merapikan buku-bukunya yang dibantu oleh Bambam. "Gue bisa nebeng temen ya."

"Dan ngebiarin nyokap lo tau kalau kita berantem?"

Mendengarnya, Jungkook terkekeh kecil. "Kita? Berantem? Gak salah?—eh itu sampah, Bam, gak usah dimasukin, dodol." Jemarinya menyentil tangan Bambam yang memasukkan semua kertas di atas meja ke dalam tasnya.

Bambam nyengir, "Salah elo sukanya ngoleksi kertas sampah,"

Jungkook tidak menanggapi teman sekelasnya itu. Tapi ia melanjutkan, "Gue pikir lo doang yang dendam sama gue, sampe musuhin sahabatnya dengan goblok."

Tut!

Suara telepon diputus. Dan Jungkook mencibir. "Childish."

"Gue heran kenapa lo berdua masih bareng-bareng mulu padahal setiap ketemu gak pernah akur." Komentar Bambam sambil memberikan tas ransel Jungkook pada pemiliknya setelah Jungkook memasukkan ponsel kedalam saku celananya.

"Perasaan gue udah pernah cerita ke elo deh, Bam."

Bambam melotot, "Sumpah itu doang alesannya?"

Jungkook mengangkat bahu asal. "Waktu itu dia marah-marah kan cuman gara-gara itu doang. Setau gue sih ya. Gak tau kalau ada hal lain yang gak dia bilangin ke gue. Tapi wajar sih, gue jadi dia mungkin bakal dendam juga. Fatal, Bam." ucap Jungkook sambil berjalan bersisian dengan Bambam di koridor.

"Kok gue yang gak terima sih, Kook?"

Jungkook tertawa. "Bego."

"Gue kira lo bercanda waktu itu, ya seenggaknya ada hal yang gak lo ceritain ke gue gitu. Ternyata itu bener-bener 'the whole reason' gitu?"

"Keliatannya sih gitu. Kalaupun ada yang lain, gue gak tau. Mungkin ada kesalahan lain yang gue lakuin tanpa sadar. Tapi satu alasan itu aja udah gue terima kok, gue ngerasa bersalah banget walaupun beberapa kali gue gak terima karena balesan dia parah banget."

Bambam menggeleng-geleng tidak percaya. "Kalau gue punya temen kayak Taehyung, udah gue gelindingin ke jurang tau, Kook."

"Gelindingin aja. Kan Taehyung temen lo juga. Satu angkatan sama kita, bego."

"Ih konteks temen yang gu maksud beda tau."

"Ribet anjir—eh itu Kak Yoongi!" Jungkook menunjuk sosok siswa yang baru saja menuruni tangga di koridor pertigaan. "Kak Yoongi!" Ia berlari kecil menuju Yoongi yang menoleh malas-malasan.

"Jangan lari-lari bisa kali, gue gak kemana-mana kalau lo panggil."

Jungkook nyengir. Dan tidak lama kemudian Bambam menyusul.

"Langsung balik, Kak?" tanya Bambam sambil merebut salah satu buku referensi ujian untuk kelas tiga dari tangan Yoongi.

"Bimbel dululah."

"Titip salam, Kak, kalau ada pengajar yang cakep. Dari Bambam Radinka gitu, anak kelas dua di SMU Pelita Harapan."

"Cewek apa cowok? Seme apa uke? Entar gue sampein, dari Bambam kelas dua SD Pelita ya."

SUNRAIN [prekuel] ; vkWhere stories live. Discover now