Pagi ini matahari bersinar cukup terang di Jakarta, seorang remaja bernama Timmy terbangun dari tidurnya yang memang kurang nyenyak dari semalam. Ia memandang langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda lalu duduk dan merentangkan kedua tangan nya, kemudian ia melamun sambil mengumpulkan tenaga untuk turun dari tempat tidur, banyak sekali hal yang ia pikirkan, seolah-olah sedang terjadi perang di dalam kepalanya.
"Apa yang harus kulakukan nanti?" ia mulai bicara sendiri seperti orang gila, "bicara dengan strangers aja aku harus mengumpulkan keberanian dulu! Apalagi harus tinggal satu rumah!" Katanya sambil membenamkan kepalanya ke kedua tangan nya selama beberapa detik, lalu dia mulai bicara kembali "lagian kenapa sih om Bobby harus punya anak segala, mana anaknya gak ramah." Om Bobby adalah pacar Mama Timmy selama dua tahun ini, Om Bobby menurut Timmy baik, walau awalnya sulit untuk Timmy menghadapi bahwa Mamanya menemukan sosok pengganti Ayahnya tapi perlahan Timmy mulai bisa mengerti dan menerima om Bobby, mungkin belum sepenuhnya, tapi perlahan mungkin ia bisa menerima om Bobby sepenuhnya, lagian ia sudah berjanji kepada dirinya bahwa dia tidak boleh egois.
Selain harus pindah sekolah dan tempat tinggal, Yang sekarang menjadi kekhawatiran Timmy sekarang adalah anaknya Om Bobby, memang sih ia baru bertemu beberapa kali dengan calon abang tirinya itu, namanya Jeremy, perawakan nya tinggi dan besar, rambutnya gondrong dan dia mempunyai beberapa tattoo di kedua tangan nya. Kesan pertama Timmy terhadap Jeremy adalah ia ketus dan tak banyak bicara, Timmy tidak masalah dengan penampilan Jeremy yang sedikit berantakan sih, bahkan menurut Timmy dia sedikit manis jika bewok nya dicukur dan rambutnya dikuncir rapih, tapi tetap saja.. menurut Timmy personality itu lah yang paling penting, dan Timmy merasa dia tidak cocok dengan Jeremy. "Jadi teman aja nggak cocok apalagi jadi abang." Katanya pelan.
Setelah berhasil mengumpulkan tenaga, Timmy akhirnya turun dari tempat tidur dan sadar bahwa kamarnya sudah kosong, hanya ada kasur dan lemari bajunya yang terbuka lebar.. pintu lemarinya memang sudah rusak, jadi biasanya harus diganjal kursi dulu supaya tertutup rapat. ia memandangi kamarnya yang nanti akan ditempati orang lain, siapapun itu Timmy berharap kamar ini bisa memberi orang itu kenyamanan seperti yang Timmy rasakan selama 10 tahun terakhir ini. "Goodbye kamar, terimakasih karena selalu menjadi teman terbaik ku selama ini." Katanya sambil keluar kamar, lalu ia melakukan tur keliling rumah untuk terakhir kali.
Ketika ia melewati di dapur, ia teringat oleh ayahnya yang sudah meninggal. Timmy ingat dulu waktu masih SD dia sering bermain petak-umpat dengan ayahnya, dan tempat persembunyian favoritnya adalah dapur. Timmy memang dari kecil tidak mempunyai banyak teman, dia sangat pemalu dan sulit untuk bergaul, jadi dia lebih banyak menghabiskan masa kecilnya bersama orang tua, saudara, atau Mbak Nur, pembantu keluarga. Timmy duduk diatas salah satu meja di dapur dan mengamati seisi ruangan.. hampir sama dengan sebulan yang lalu hanya tidak ada kulkas dan semua lemari kosong. "My god, kenapa waktu cepet banget ya?" kata Timmy sambil turun dari meja, lalu ia menuju ke ruang keluarga dan duduk dilantai, ia melamun sebentar lalu mengeluarkan handphone nya dari saku celananya. "Mampus aku, 35 miss-call dari mama!" kata Timmy kaget, "bodoh banget sih aku! Kenapa hp aku silent ya semalam?" lanjutnya. Panik, Timmy segera menelfon Mamanya...
"Timothy dimana kamu? Mama telfon berkali-kali kamu nggak angkat, iMessage gak dibales, Whatsapp juga, Jerry bilang kamu gak ada dihotel, kasian dia bingung nyariin kamu ke lobby hotel dan nanyain kamu kesana-kemari! Kamu tuh sudah 16 tahun Timothy! dewasa sedikit lah kamu, jangan bikin orang-orang disekitar kamu panik dong!"
Kata mamanya dengan nada kesal.
"Jerry siapa? Aku tidur di rumah mah, aku bosen dirumah Oma dan aku lupa kalau tadi malam harus nginep di hotel.." kata Timmy mencari alasan. Timmy dan Mamanya memang mengungsi dirumah Oma Timmy untuk sementara, sebelum pindah kerumah om Bobby.
"Jerry, anaknya Bobby! Kamu ngapain sih lagian balik kerumah? Itu rumah kan lagi di tawarin, gimana lagi cara kamu masuk kesitu? kunci kan udah mama kasih ke orang yg jualin." kata mama keheranan namun terdengar dari suaranya bahwa ia sedikit lega.
"Aku kan punya kunci serep mah! yaudah Sorry, aku ke hotel deh sekarang.. naik Über." Jawab Timmy.
"Yaudah, nanti baca iMessage kamu, mama kirim nomer kamar nya dan lantai berapa." kata Mama.
"Okay, Mah, Bye." Jawab Timmy.Sambil memesan Über, Timmy masih memikirkan apa yang dikatakan Mama tentang Jeremy, "ngapain sih dia sok-sokan nyariin aku? bukan nya dia gak suka sama aku? Waktu ketemu aja jutek banget, aku ajak ngomong jawabnya paling banyak 3 kata." kata Timmy kesal, "lagian paling dia cuma cari muka sama Mama, biar dikira anak baik kali?" lanjut Timmy, mencari-cari alasan kalau Jeremy memang nyebelin.
Sekitar 10 menit kemudian, supir Über pun datang, Timmy segera masuk ke dalam mobil. Sambil berbasa-basi dengan sang Supir Timmy mengamati jalanan sekitar rumahnya, dia tidak pernah menyadari betapa dia menyukai lingkungan rumahnya, udaranya yang sejuk, pepohonan yang rimbun, anak-anak kecil yang berlarian di taman, kucing-kucing liar di atap rumah, bunyi bell sepeda security yang sedang keliling kompleks... Timmy benar-benar tidak mengira bawha ia harus pindah dari rumah itu, dia tidak pernah membayangkan hidup di rumah dan lingkungan selain dari tempat ia tinggal, namun apa boleh buat takdir berkata lain. Timmy merasa seakan-akan kenangan masa kecil nya direbut dan dibuang secara paksa dari dirinya.
Rumah Timmy terlihat semakin jauh dari pandangan seiring mobil berjalan menuju pintu keluar kompleks, saat sang supir membuka kaca jendela mobil untuk menyapa security kompleks, Timmy menengok ke belakang untuk melihat rumahnya sekali lagi, lalu ia berkata dalam hati
"Goodbye, home."
To be continued...
PS: please vote if you want to see the next chapter. ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STEP BROTHER, JEREMY. (17+)
Romance-------MATURE CONTENT------ 17++ CERITA DEWASA UNTUK KOMUNITAS GAY. PENUH KATA KATA VULGAR. JANGAN DIBACA JIKA ANDA TIDAK SUKA DENGAN CERITA DEWASA BERTEMA GAY.