Veranda memasuki ruang rawat inap dirumah sakit tempat Shania dirawat dengan sedikit gugup. Gugup melihat kondisi sahabat yang cukup lama dia hindari tanpa dia sadari.
Cklek
Pemandangan yang Veranda lihat adalah sepi. Sepi karena Shania masih tertidur dengan lelap bersama dengan banyak jarum beserta selang-selang kecil yang berguna untuk menetralkan racun heroin yang mengalir dialiran darahnya.
Shania sempat sadarkan diri sebelum dia menemui Naomi malam itu, dan dia sempat mendapat pujian dari pihak dokter karena berhasil menyelamatkan Shania dan membawanya kerumah sakit 1,5 jam lebih cepat sebelum nyawanya benar-benar melayang. Nyaris bukan ?
Veranda membawa langkahnya duduk disebelah ranjang Shania dan mulai membuka buku-buku latihan ujian nasional sambil sesekali mengoreskan pensil dibuku matematika untuk mengerjakan soal-soal yang terkadang masih membuatnya bingung.
Kurang dari 3 minggu lagi Ujian Nasional akan dimulai, dan saat ini Veranda hanya ingin fokus pada ujian beserta merawat Shania tanpa memikirkan yang lain.
Soal pihak sekolah yang selalu menanyakan tentang Shania kepadanya tak terlalu berat bagi Veranda. Kepala sekolah beserta guru-guru hanya maklum dengan keadaan Shania yang terpukul akibat perceraian kedua orangtuanya yang mendadak sehingga membuat kesehatannya drop hingga masuk kerumah sakit tanpa mengetahui penyebab sebenarnya Shania bisa seperti ini, begitu juga dengan teman-teman yang mengenal Shania hanya bisa mendoakan tanpa berkunjung kerumah sakit untuk memastikan keadaan Shania karena terbentur dengan waktu yang mepet dengan ujian akhir beserta ujian masuk ke perguruan favorite masing-masing.
"Naomi aku gak nger...."
Veranda menghentikan ucapannya ketika menyadari tak ada Naomi disebelahnya. Hanya ada Shania yang masih tertidur dengan lelap.
Helaan nafas kasar Veranda keluarkan untuk mengurangi perasaan sesak yang menggunung di dadanya. Jika boleh jujur dia sangat merindukan perempuan bertumbuh lebih kecil dari dia itu, dia rindu membahas pelajaran bersamanya, dia rindu melakukan praktek fisika sederhana yang mereka lakukan dulu, dia rindu Naomi yang selalu menjaganya hingga tertidur disofa dengan selimut serta tangan Naomi yang setia mengusap sayang kepalanya sepanjang malam, dia rindu semua hal itu. Dia rindu Naomi.
Namun perasaan kecewa menutupi hatinya. Dia kecewa pada Naomi karena membuat hidup Shania berantakkan seperti ini, dia benci karena barang haram yang dijual Naomi nyaris merenggut nyawa sahabatnya. Dia benci itu. Tapi dia tak bisa bohong bahwa hatinya masih sangat mencintai perempuan itu.
Veranda menghapus air matanya yang luruh tanpa dia sadari. Dia tidak boleh menangis, menangis untuk orang yang lemah sedangkan Veranda adalah sosok yang kuat, dia harus kuat untuk sahabatnya yang saat ini sedang membutuhkan penyemangat untuk sembuh dan bebas dari barang laknat itu.
Veranda menutup buku matematika dan menggantinya dengan buku fisika. Buku yang sebenarnya sudah habis dia bahas tuntas bersama Naomi dia buka kembali untuk sekedar kilas balik tentang materi-materi yang telah terlewati.
Sesekali Veranda tersenyum melihat tulisan-tulian ceker ayam Naomi tentang rumus-rumus fisika yang awalnya membingungkan kini terasa mudah, ingatan-ingatan bagaimana sabarnya Naomi mengajarinya menari dalam otaknya. Semua terasa sangat indah saat itu.
Sreett
Sebuah selembar foto terjatuh dari dalam buku fisika saat Veranda hendak membalik kehalaman berikutnya. Veranda yang melihat jatuhnya foto itu kelantai rumah sakit langsung mengambilnya. Sebuah foto dirinya sedang dicium dibagian pipi oleh Naomi. Veranda ingat bahwa Naomi sempat menuliskan sesuatu dibalik lembar foto yang belum sempat dia lihat hingga saat ini.