"Makanlah, sebelum makan itu dilarang."
- Carly Gibert --
Malam tiba, Marcel pun menatap langit-langit yang terlihat mendung malam itu. Dan benar, hujan mulai turun dengan deras. Satu yang terpikirkan oleh Marcel saat ini, Carly yang tinggal di gubuk seorang diri. Menurut Marcel, rumah itu tidak layak huni. Marcel tau, kalo sekali hujan pasti atap rumah itu bakal bocor.
"Arghh! Kenapa sih gue harus mikirin dia!" Marcel kesal dan segera lari dari kamarnya mengambil jaket kulitnya lalu pergi mengendarai motornya ke rumah Carly.
Sesampainya dirumah Carly, Marcel segera mengetuk pintu rumah Carly, tapi tak kunjung di buka. Hujan semakin deras. Marcel sudah biasa hujan-hujannan. Marcel mendobrak pintu rumah Carly. Setelah pintunya terbuka, Marcel terkejut bukan main. Carly sedang meringkuk, menggigil kedinginan. Marcel segera menghampiri Carly.
"Car? Bangun Car?" Marcel berusaha membangunkan Carly. Marcel bingung, Bibir Carly mulai membiru dan menggigil. Marcel bingung sangat bingung. Akhirnya Marcel membuka bajunya hingga ia telanjang dada dan mulai memeluk Carly. Carly masih tidak sadar. Marcel makin bingung jalan terakhir, Marcel membawa Carly ke rumahnya.
-
Marcel membaringkan tubuh Carly di kamarnya."Gimana coba, baju dia basah. Gak ada pembantu. Gimana caranya ganti baju dia." Marcel menghela nafas kasar , terpaksa ia harus mengganti bajunya Carly yang basah itu. Marcel membuka baju Carly dan Marcel takjub melihat Carly yang hanya memakai bra itu.
"Jaga iman cel, jaga iman." Marcel mewanti wanti dirinya supaya dirinya tidak tergoda.
Lama Marcel mengganti baju Carly, akhirnya selesai juga. Marcel segera menyelimuti Carly. Dan mengkompresnya. Carly sedang demam saat ini. Mungkin, karena Carly terlalu kedinginan.
Marcel pun mulai mengantuk. Ini sudah larut malam. Dan Carly masih tertidur pulas. Tamu macam apa dia. Eh, bukan tamu sih. Tapi, Marcel yang ngajak.
-
Ini sudah subuh, dan Carly masih belum bangun. Marcel pergi ke kamar mandi. Ya, dia mau mandi dan siap-siap pergi ke sekolah lah. Setelah selesai, Marcel pun menghampiri Carly yang masih tertidur pulas. Tak tega Marcel buat ngebanguninnya. Saat Marcel hendak pergi ke sekolahnya, Carly memegang lengan Marcel. Marcel pun kaget."Ke-kenapa?" Marcel gugup.
"Gue pengen sekolah."
"Nggak, lo masih sakit. Diem disini."
"Ngatur, gue pengen sekolah ih."
"Ck. Mau sekolah ya? Baju seragam ada?" tanya Marcel.
"Ada."
"Mana?"
"Dirumahlah."
"Apa kabar sama rumah lo yang kebanjiran?"
"Ha?! Rumah gue banjir? Seriusan? Njirr.. Terus gimana rumah gue cel?"
"Ya gak tau."
"Terus kenapa gue bisa ada disini?"
"Bawel banget sih lo. Udah deh, lo diem disini gak usah banyak tanya. Dan jangan kemana-mana, tunggu sampai gue pulang sekolah oke?"
"Bossy." Carly memutar bola matanya jengah. Sedangkan Marcel pergi gitu aja tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Setelah Marcel pergi, Carly pun merasa bosan. Ia sangat kesal bila harus di suruh menunggu seperti ini. Menunggu itu tidak enak. Kalo nunggunya sambil makan sih enak, lah ini makannan aja gak ada. Carly pun bergerak dari tempat tidurnya dan mulai melangkahkan kakinya ke dapur, karena cacing diperutnya sudah daritadi berbunyi meminta jatah sarapan paginya.
Di dapur, Carly sangat terkejut ketika mendapati banyak makannan di meja makan.
"Ngeliatnya aja kenyang, gimana makannya coba." Carly menelan salivanya.
"Kali-kali kan ya gue makan enak." Carly pun mulai memakan makannan yang ada di meja makan tersebut, sampai habis tak tersisa, cuma tersisa piring sama sendoknya sih.
"Eghh.." Carly bersendawa.
"Aduh kenyang gue, kok ngantuk yah? Yaudah deh gue tidur lagi." tuhkan? Kebo emang!
-
Sesampainya di sekolah Marcel pun menghampiri Rafa dan Putra yang tengah ngobrol serius itu. Marcel kepo pastinya dan mulai menanya-nanya.
"Dorr! Kalian ngobrol tanpa gue? Gue gak dianggap nih?" jujur, kali ini Marcel itu alay. Rafa dan Putra saling bertatap mata karena bingung dengan sifat Marcel yang aneh.
"Ciee tatap-tatapan, hati-hati loh nanti saling jatuh cinta." sambung Marcel.
"Cel? Lo sehatkan? Kepala lo gak kebentur tembok atau apa gitu?" Kali ini Rafa.
"Iya cel, kok lo aneh banget." ucap Putra sambil bergidik ngeri.
"Yaudah, gue mau jadi orang yang dingin lagi, kaya stone!"
"Yah janganlah, emang lo es batu apa, pake dingin segala. Kalo lo masuk kulkas baru lo jadi dingin." Rafa.
"Lo lo pada lagi ngobrolin apa? Tanpa gue nih?" tanya Marcel cengengesan.
"Ini cel, si Putra lagi konsultasi sama gue." ucap Rafa membanggakan diri. Marcel mengerutkan dahi, bingung.
"Put? Lo bae kan? Sejak kapan Rafa jadi dokter put? Kalo lo mau konsultasi ya ke rumah sakit ngapa ke si Rafa?"
"Ini beda lagi cel, gue lagi konsultasi soal hati gue." ucap Putra.
"Hati lo? Kenapa? Lo kena Liver? Ya Allah Put, kenapa lo gak pernah cerita sama gue." otak Marcel gak nyampe.
"Nambah 1 Rafa di dunia ini." ucap Putra kesal.
"Ck, lu kenapa sih cel? Soal hati itu, soal cinta cel. Kebanyakan makan micin sih lo." Rafa bijak.
"Micin disalahin, salahin otak gue yang gak nyampe. Udah-udah, emang cinta lo kenapa put?"
"Queen, udah punya pacar Cel."
-
Tbc?!
Thanks for 1k reads.[SUDAH DI REVISI]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempramental Boyfriend [COMPLETE]
Teen Fiction[Private di beberapa chapter. Jadi follow akun gua dulu sebelum menyimpan cerita ini di library?] Mepunyai pacar yang sangat over protektif, Posesif dan temprametal. memang sangat menyebalkan. But, dia itu orang nya penyayang, sesosok yang romantis...