“Maaf kak, tapi kita harus bertemu sekarang?”
Suara lembut terdengar dari seberang melalui telepon genggamnya saat Ia membuka voice note yang dikirimkan Nabila sejak tadi. Tak biasanya menghubungi saat baru selesai maghrib, bahkan David pun belum pulang kerumah. Setelah menemui Chyntia dia langsung disibukkan dengan pertemuan-pertemun organisasinya hingga tak sempat mengecek ponselnya.
Dilihatnya kembali, ternyata bukan hanya voice note yang dikirimkan gadis yang telah lama ia kagumi itu. Beberapa panggilan tak terjawab tercatat dilayar ponselnya, sungguh tak biasanya Ia seperti ini. Hari ini semuanya bertingkah aneh. Tadi sore tiba-tiba Chyntia memintanya untuk bertemu di taman. Sekarang Nabila. Ada apa sebenarnya?
Terasa panas kepalanya, berfikir tak tentu arah. Chyntia, Nabila, belum lagi masalah-masalah organisasinya. Tapi semuanya tak membuat lelaki yang dikenal bijak ini kehilangan kendali emosi. Ia masih bisa tetap stabil tanpa harus mengungkapkan kemarahannya kepada siapapun. Lagipula ini kesalahan yang Ia ciptakan sendiri, meski jauh dilubuk hatinya Ia pernah berharap untuk memendam perasaannya kepada Nabila hingga Ia benar-benar mampu mewujudkan mimpinya untuk bersama dalam hubungan yang halal dihadapan Rabb-nya. Keadaan ini sudah sempat Ia fikirkan, bahkan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar lain yang mungkin akan terjadi. Hanya menunggu waktunya saja. Ia sudah menyiapkan segala sesuatunya; hatinya, jiwanya, semuanya.
Tanpa fikir panjang Ia langsung mengendarai motor bebek kesayangannya menuju kosan Nabila. Agak kencang Ia menarik gas, kekhawatiran akan apa yang terjadi mulai bermunculan dikepala bersama desiran angin malam yang menembus kulit dengan arah yang berlawanan.
Saat berada didepan kosan, Nabila belum terlihat dari luar. Namun tak selang beberapa lama, wajah mungil yang dihiasi penutup kepala keluar dengan mimik yang sangat menyedihkan. David langsung memakirkan motor dan menghampiri gadisnya.
“Ada apa? Kayaknya penting banget Bil?”
Nabila masih terdiam dengan wajah yang tak lepas dari rasa sedih dan bersalahnya.
“Chyntia sudah tau semuanya kak”.Tak terasa airmatanya mengalir tanpa izin.
David langsung mengangkat wajahnya dan menatap wajah gadis dihadapannya. Nabila langsung menununduk sambil mengusapkan tangan kepipi chubby nya. Meskipun sudah dekat Ia tetap tidak mau membalas pandangan lelaki yang mulai merayapi hati kecilnya.
“Tahu semua yang mana Bil? Kakak nggak ngerti.” Nadanya agak kaget dan meninggi.
Tak tahu harus menceritakannya darimana. Jika diperbolehkan Ia ingin sekali David bisa mengerti tanpa harus Ia berbiacara apapun. Ia tidak sedang menjalin hubungan gelap dengan kekasih orang lain, tapi seolah itulah yang terjadi. Bahkan jika David berniat untuk menyelesaikan hubungannya dengan gadis berdagu indah itu dan mengajaknya “berpacaran” Ia tak akan pernah menerimanya. Hmm.
Perlahan, bibir mungilnya mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan begitu dramatikalnya semua itu terjadi. Yang masih tak habis fikir adalah ketika gadis tak dikenal itu datang dan mengungkapkan semua. Ia sama sekali tak mengenalnya. Atau David yang meminta? Bahkan selama Ia mengenal sosok presiden kampus yang sudah dianggapnya kakak itu, tak pernah ia melihatnya berhubungan atau bahkan sekedar bertemu dengan gadis misterius itu.
Nabila memandang kearah David, melihat apa reaksinya setelah mendengar berita mengejutkan ini. Pastilah lelaki itu akan sangat kebingungan. Mata bulatnya mulai perih dan panas, ada segelombang air yang tiba-tiba memenuhi kelopak matanya. Perlahan meleleh bagaikan es yang terkena api.
“Hmmm. Cuma itu masalahnya? Kenapa sampai begitu panik Bil?”
“Hah?” alisnya mengkerut, mulutnya mengatup. Cepat-cepat Ia hapus airmata kesedihannya. jawaban David benar-benar mengagetkan Nabila. Ini jauh dari perkiraan. Harusnya Ia sedih saat kekasihnya tahu bahwa Ia berjalan dengan orang lain, dan pastilah ini akan sangat mengancam hubungannya. Atau mungkin memang benar bahwa Ia mencintai Nabila, bukan Chyntia yang sudah dua tahun menjalin hubungan dengannya itu? Aahh. Salahkah aku? Ini keadaan atau kesalahan? Entahlah, yang jelas Ia tak pernah merebut kekasih orang lain bahkan berfikir untuk itu pun Ia tak sampai.
“Kakak nggak ngerti ya? Ini masalah besar kak! Chyntia tahu dan Dia akan marah bahkan memusuhiku. Dia akan menganggap bahwa aku merebut kekasihnya. Betapa buruknya aku dihadapannya, aku sahabat yang jahat dimatanya sekarang!”
“Aku yakin sekarang Ia sedang menangis, dia pasti sangat sedih kak. Aku tak sanggup membayangkannya.”
Tak seperti biasanya, kali ini nadanya tinggi dan hampir tanpa sepasi Ia bicara. Ia ingin sekali menegaskan bahwa kejadian ini hampir membuatnya frustasi.
Tapi anehnya David justru memandang gadis yang sedang mengomel itu dengan senyuman santai. Agak lucu kali ini Ia melihat tingkah Nabila yang sedang sedih dan bingung itu.
“Nabila tahu?, kakak belum sempat pulang kerumah sama sekali seharian ini. Ketika tiba-tiba Nabila katakan kita harus bertemu, kakak langsung kesini. Dan Nabila tahu, begitu ngebutnya kakak sepanjang jalan menuju kesini sampai-sampai kakak hampir jatuh. Kakak kira masalahnya benar-benar genting.”
“Lantas? menurut kakak ini apa?”
“Coba tenangkan fikiran Nabila dulu, jangan terlalu panik, kakak nggak suka lihatnya.”
Sambil memandang dan menatap mata gadisnya dengan penuh kasih dan senyuman hangat. Tatapannya seolah menunjukkan tak ada penyesalan yang terjadi pada dirinya.
“Aakkhhh... Apa yang terjadi dengan lelaki ini? Dia fikir ini sekedar gurauan?” batin Nabila agak heran bercampur kesal. Tapi Ia coba menuruti lelaki bijak yang sedang duduk dihadapnnya. Meskipun kesal, dalam hatinya tersimpan rasa kagum dan bahagia. Memang lelaki seperti ini yang Ia mau, yang selalu tenang meski sedang dalam masalah besar. Terlebih sikapnya yang tak bisa menahan panik.
“Sekarang hapuslah airmata Nabila, jangan sedih lagi. Ini bukan masalah besar, justru ini bisa menjadi sebuah jalan. Dan tidakkah Nabila perhatikan bagaimana semua ini terungkap? Ketika gadis itu datang, gadis yang tak dikenal. Lalu apa?, jika ini bukan bagian rencana Tuhan?”
“Bahkan ini barulah awal, akan ada masalah-masalah yang lebih besar yang akan datang seiring dengan perjalanan kita nanti. Apakah Nabila siap?”
Nabila masih menutup bibir mungilnya. Menarik nafas dalam-dalam hingga terdengar desahannya oleh David. Seolah Ia ingin menunjukkan rasa lelah. Lagipula seharusnya David tak perlu melakukan ini. Kenapa Ia tidak memilih kembali saja dengan Chyntia. Jika begitu masalahnya tak akan menjadi serumit ini. Soal perasaannya toh akan terjawab seiring dengan berjalannya waktu.
“Tidak akan semudah itu kak. Aku tak akan bisa terus merasa bersalah.”
“Kenapa harus merasa bersalah? Ini soal rasa, dan...”
“Bahkan kakak lebih dulu mencintainya dibanding aku kan?” belum sempat David melanjutkan kalimatnya, Nabila langsung memotong dengan suara yang agak bergelombang. Agaknya Ia tak bisa lagi menahan sesak di dada dengan kondisi yang ada sekarang. Tak lama, David dapat menyaksikan mata bulat itu berubah agak memerah dan mengeluarkan cairan yang langsung meluncur melewati pipi mungilnya.
“Bukan Nabila, kakak sudah jatuh cinta sejak kita belum bersahabat.”
Cepat Nabila menegakkan kepala dan menatap David. Kali ini berbeda Ia tak berfikir panjang untuk langsung menatap wajah David, rasa kesalnya tak lagi membuatnya segan untuk itu. Tatapan matanya beriringan dengan kerutan alis sambil menggeleng-gelengkan kepala seolah mengisyaratkan ketidak percayaan. Sebelum keluar kata-kata dari mulutnya, David terlebih dahulu melanjutkan kalimatnya. Seoalah Ia mengerti kata-katanya memang benar-benar sulit diterima logika.
“Waktu itu sedang pelatihan kader, sekitar dua tahun yang lalu. Seorang mahasiswi yang masih sangat culun. Namun dengan keberanian dan keaktifannya mampu membedakannya dari peserta lain. Yaa,, memang ada beberapa yang lain yang juga aktif, namun tak sesemangat dia. Belum lagi dengan karakternya yang terlihat kuat, lembut tapi tegas. Hal itu membuat kakak ingin mengenal sosok itu lebih dalam. Sialnya kakak hanya bisa menemuinya pada saat pelatihan kader saja. Setelah itu tak ada tempat bagi kakak untuk menanyakan tentang sosok itu, Ia-nya masih mahasiswi baru dan masih sangat sedikit yang mengenal. Setiap kali acara organisasi, kakak berusaha mencari-cari gadis itu lagi, namun tidak lagi kakak temukan.”
“Sampai akhirnya setelah satu semester berlalu barulah kakak bisa bertemu lagi dengannya. Ketika kakak berkunjung kerumah teman, tak sengaja sosok bidadari yang tersembunyi itu kini lewat dihadapan kakak. Kakak tidak mau membuang-buang waktu lagi, kakak langsung menyapanya, menanyakan nama, bahkan bertanya nomor telfonnya. Tidakkah Nabila ingat?
Nabila hanya memandang dan terdiam. Sesaat mereka saling pandang, namun David segera menyelesaikan ceritanya.
“Sayangnya saat itu kakak sudah lebih dulu mengenal Chyntia. Gadis baik dan manis yang sempat membuat kakak kagum dengan parasnya yang indah. Kakak mencoba mendekatinya dan responnya sangat baik. Namun agak aneh, sampai saat ini cinta yang sebenarnya masih belum bisa hadir untuknya. Dan kakak tahu betapa Ia sudah sangat menyayangi dan mencintai kakak sekarang.”
“Bisa dekat dengan Nabila, menjadi sahabat sekaligus kakak untuk Nabila adalah hal istimewa bagi kakak. Terkadang kakak merasa cemburu ketika ada lelaki yang mendekati Nabila, terlebih ketika Nabila bercerita tentang lelaki yang sedang mendekati Nabila. Tapi bersama dengan waktu berjalan rasa cemburu itu justru membuat kakak merasa semakin kagum dengan Nabila. Nabila tetap bertahan dengan komitmen Nabila yang tak ingin lagi berpacaran, Nabila tak begitu saja percaya pada kata-kata lelaki, hingga sampai saat ini Nabila masih mampu bertahan dengan komitmen itu.”
“Dalam hati kakak sudah merencanakan banyak hal. Begitu percaya dirinya kakak menyusun rencana kedepan bersama Nabila meski kakak tidak pernah tahu apa jawaban Nabila akan perasaan yang kakak miliki. Namun rasa itu pun mengajarkan kakak untuk menjadi lebih dewasa, mengantarkan kakak untuk mendekati sang pemilik cinta. Kakak selalu mengadukannya bersama sujud kakak, berlarut dan bergantung seiring do’a kakak padaNya. Bahkan kekhawatiran apapun hilang ketika itu. Kakak percaya Allah memiliki rencanaNya sendiri. Sampai saat itu, ketika Nabila mulai merasa ada yang aneh dan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang ada membuat kakak tak mungkin lagi menyembunyikannya Bil.”
Air mata Nabila sudah menggenang mendengar semua penjelasan David. Ia tak memiliki kata-kata lagi sekarang. Jantungnya berdebar, hatinya sakit, suaranya terikikih-kikih. Kejutan demi kejutan datang. Ia masih tak mengerti kenapa Allah memposisikannya dengan keadaan ini.
Ada rasa bahagia dalam tangisnya. Mendengar lelaki yang juga Ia kagumi secara diam-diam kenyataannya juga memendam rasa sebagaimana dirinya. Ingin rasanya Ia mengungkapkan hal yang sama, namun rasanya hal ini tak adil untuk sahabatnya, Chyntia. Selama ini belum ada yang mampu membuat jantungnya berdebar ketika bertemu, namun David berbeda. Sosok penyayang ini mampu menarik masuk hatinya seperti tak bersisa, bahkan ketika mendengar namanya saja, jantungnya langsung bergetar.
Nabila menutup mukanya dengan kedua tangan. Menundukkan kepala dan menghela nafas panjang. Tangan dan kakinya terasa dingin, meski matanya terasa panas. Jantungnya berdebar. Entah apa yang sebenarnya Ia rasakan sekarang.
“Udah ah, nggak usah nangis lagi. Sekarang Nabila sudah tahu semuanya. Kakak harap Nabila bisa mengerti.” Dengan nada tegas David coba menenangkan gadis melankolis yang duduk berhadapan dengannya diruang tamu kosan itu.
“Aku nggak mau nyakitin Chyntia kak. Dia sangat mencintai kakak.” Nadnya masih bergelombang.
“Bil... Nabila nggak pernah nyakitin Chyntia. Sekarang yang terjadi bukanlah masalah Nabila dengan dia, tapi masalah kakak dengan Nabila dan masalah kakak dengan Chyntia. Nabila hanya korban yang tak seharusnya berada pada posisi ini. Tapi jangan difikirkan, biarkan kakak yang menyelesaikan masalah kakak dengan Chyntia.”
Air matanya mulai mengering. Hatinya sudah mulai tenang, meski rasa bersalah itu masih tetap ada. Seraya dalam hati Ia terus berdo’a agar diberikan jalan yang terbaik.
“Udah ya, jangan nangis lagi. Kakak pengennya ketika kita bersama yang ada hanya bahagia, jangan ada kesedihan lagi. Ingatkan sore itu ketika kakak mengajak pergi Nabila jalan dengan alasan meminta Nabila menemani kakak membeli baju? Kakak bilang kakak mau membeli kebahagiaan. Itu karena bahagia kakak bersama Nabila. Jangan pernah sedih lagi ya Bil. Meski nanti akan ada masalah-masalah yang jauh lebih berat, dan yakinlah Allah telah menyiapkan jalannya.”
Nabila mulai menata hatinya yang sempat berantakan tak karuan. Ia hapus sisa-sisa airmatanya yang mulai terhenti. Kata-kata David sudah cukup kuat untuk menenangkan kegundahannya. Sikap David yang tenang menambah kekuatan jiwanya yang rapuh.
Hati wanita mana yang tak berbunga-bunga ketika sang lelaki selalu mampu menghapus setiap kekhawatiran yang ada? Sikapnya yang tenang, jiwanya yang lapang, rasanya lelaki seperti inilah yang akan mampu menjadi sandaran. Sandaran atas sifat lemahnya perempuan, sandaran segala kegundahan segala permasalahan. Iya, aku ingin engkau tetap berada disampingku, aku merasa cukup hanya bersama denganmu.
Astagfirullah! Ia mulai tersadar dari buaian yang mulai menghanyutkan jiwa lembutnya.
Setan apa yang membuatnya segila itu. Lelaki yang sedang berhadapan dengannya bukan siapa-siapa. Mereka bukan muhrim. Tapi rasa nyaman itu tak bisa lagi dipungkiri. Allah benarkah Engkau sedang menunjukkan imam yang telah aku impikan dan sedang aku nantikan? Atau Engkau sedang mengujiku atas pengakuan imanku. Sulit Allah, sulit mengartikan segalanya. Kebahagiaan saat bersamanya mengalahkan pemikiran jernih yang kadang mengingatkan.
Entahlah, sepertinya cinta telah memulai mengepakkan sayapnya. Terlihat malu-malu, namun perlahan gerakannya semakin jelas dan tak bisa dihindari. Sekali lagi, cinta indah itu kini bahkan menjadi bumerang. Menghadirkan dilema. Mungkin David mengerti arah tujuan tempatnya akan bertepi, sementara Nabila? Kebahagiaannya itu hanya lapisan-lapisan yang bercampur dengan kesedihan dan rasa berdosa. Semua yang hadir padanya kini mendatangkan berbagai pertanyaan yang entah sampai kapan akan terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Hitam di Langit Marlborough
SpiritualitéNabila, perempuan cantik dan cerdas yang sedang memulai hijrahnya. Ditengah perjalanan, Tuhan mempertemukannya dengan David, lelaki mengagumkan sekaligus penuh teka-teki. Nabila mengenal David sebagai senior yang kemudian menjadi sahabat dekat. ...