My Little Brother
Haikyuu!! © Furudate Haruichi.
Warning : OC, OOC, Shounen-ai, Typo everywhere dan lain sebagainya.
Happy Reading~
'A-apa?! Dia bilang apa? Me-mencintaiku?!' Batin Hinata kaget.
Sungguh, siapa yang tidak kaget kalau mendengar kakak tiri sendiri mengatakan cinta.
"A-ah kau pasti sedang bercanda bukan, Nii-san?" Ucap Hinata sembari tertawa canggung.
Tsukishima hanya diam, kemudian menghela nafas. Hinata tentunya mengernyit akan respon sang kakak.
"N-Nii-san.." panggil Hinata ragu, Ia jadi merasa bersalah karena mengatakan bahwa kakaknya itu sedang bercanda. Tanpa menyadari bagaimana perasaan kakaknya sekarang.
"A-ah iya, Shoyo? Kenapa?" Tanya balik Tsukishima.
'Ada apa dengan Nii-san? Apa.. Nii-san benar-benar.. mencintaiku?!' Batin Hinata kaget.
"Nii-san... Bercanda bukan?" Tsukishima langsung menggeleng.
"Aku tidak sedang bercanda, Shoyo. Aku.. benar-benar mencintaimu. Aku tahu.. kau pasti tidak percaya dan tidak akan pernah percaya. Karena kau membenciku. Aku tahu itu, sangat tahu. Dari setiap kau menatapku. Aku tahu kau sangat-sangat membenciku. Tapi.. bisakah aku berharap.. kalau masih ada kesempatan untukku? Kesempatan untuk.. hiks.." Oke hancur sudah pertahanan Tsukishima yang cuek dan penuh ke-Tsundereannya. Entahlah.. Tsukishima tak begitu tau. Yang ada dipikirannya sekarang adalah agar Adiknya itu memberinya kesempatan. Kesempatan untuk membuat sang adik mencintainya.
Tsukishima tahu, ini terlarang karena mereka sekarang adalah keluarga.
Tapi.. cintanya pada Hinata sudah sangat besar. Ia tak ingin Hinatanya melihat laki-laki lain. Ia hanya ingin Hinatanya melihatnya, hanya dirinya. Masalah orang tua, nantinya Tsukishima sendiri yang akan menghadap Ayahnya itu. Menjelaskannya dengan baik.
"Nii-san.. Jangan menangis begini.." Ucap Hinata memeluk Tsukishima yang kini tengah terisak.
"Nii-san kenapa tidak bilang yang sebenarnya sejak awal? Kenapa? Setidaknya jika aku tahu Nii-san begitu menyayangi dan... men-cintaiku, aku tidak akan berkata kasar saat itu. Maafkan aku Nii-san.. maafkan aku." Ucap Hinata merasa makin bersalah. Tsukishima yang mendengar itu mengeratkan pelukannya dan menangis di pundak Hinata.
Sekitar lima menit mereka habiskan, menumpahkan segala perasaan mereka dalam posisi saling memeluk satu sama lain.
"Maafkan aku Shoyo.. Maaf." Gumam Tsukishima. Hinata mengusap pelan punggung milik Tsukishima. Menenangkan sang kakak.
"Um.. Nii-san.. aku sudah memaafkan Nii-san. Aku juga minta maaf Nii-san." Ucap Hinata menatap lembut dan mengusap pipi sebelah kiri milik Tsukishima menggunakan tangan kanannya.
"Ya Shoyo, Umm.. jadi bagaimana?"
"Bagaimana apanya?" Tanya balik Hinata sembari memiringkan kepalanya bingung.
"Ma.. masalah perasaanku. Apa.. apa kau em.. mau menjadi kekasihku? T-tapi kalau kau tak mau juga tak apa. Aku tidak terlalu mengharapkanmu." Ucap Tsukishima menatap kearah lain dengan wajah sedikit memerah karena malu.
Oh apa ini, Ke-Tsunderean kakaknya kembali lagi. Ingin rasanya Hinata menjitak sayang kepala sang Nii-san tapi takut dosa. Jadilah Ia memilih menangkup kedua pipi Tsukishima agar Tsukishima menatapnya.
Tsukishima tentu saja terkejut. Perasaannya tak karuan sekarang. Jantungnya berdegup kencang hanya karena menatap wajah Adiknya yang sangat Kawaii itu.
"Nii-san.. em.. dengarkan aku baik-baik. Aku tidak ingin mengulanginya lagi."
"Yya Shoyo."
"Aku.. Juga mencintaimu Nii-san..." Ucap Hinata menatap Tsukishima sembari tersenyum manis. Sangat manis sampai-sampai rasanya Tsukishima ingin mencium bibir Hinata yang bisa-bisanya tersenyum manis seperti itu.
"Aku tak akan melepaskan dan mengecewakanmu, Shoyo. Tidak akan." Ucapnya memeluk sang adik. Hinata hanya membalas pelukan Nii-sannya itu.
"Aku juga akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi yang terbaik bagi Nii-san." Sahut Hinata.
Tsukishima melepas pelukannya, kini Ia menatap lama wajah manis adiknya itu. Mengelus pipinya perlahan. Dan..
CUP
Tsukishima mengecup gemas pipi gembil milik Hinata. Hinata yang diperlakukan seperti itu hanya mencoba menahan rona merah yang tiba-tiba menjalari kedua pipinya.
"Nii-san.." ucap Hinata malu.
"Ini karena kau sangat manis. Aku sampai tak kuat lagi untuk menahannya." Ucap Tsukishima mencubit pipi gembil Hinata.
"Ish.. Syakit Nis-shan." Ucap Hinata, pipinya masih dicubit oleh Tsukishima.
"Baiklah-baiklah.. maaf sayang maaf." Ucap Tsukishima mengelus perlahan pipi Hinata yang tadinya ia cubit.
"U-Um.. Kali ini aku maafkan." Sahut Hinata.
"Oh iya, berjanjilah untuk tidak bertemu dengan Kageyama atau apalah namanya itu. Kalau kau sakit, kau bisa minta aku yang memeriksamu. Aku sudah menyelesaikan kuliah kedokteranku dan juga sudah menerima sertifikat izin praktek. Jadi aku sekarang seorang dokter juga." Ucap Tsukishima menatap dalam manik madu sang adik.
"Kau cemburu? Kenapa?"
"Tentu saja. Ia pernah mengambil ciuman dari mu. Aku tidak suka."
"Hoo.. jadi Nii-chan ku yang tersayang ini cemburu~"
"Ti-tidak."
"Jujur saja Nii-chan~." Ucap Hinata mendayu.
"Tid- hmph." Ucapan Tsukishima terhenti karena ciuman tiba-tiba dari Hinata. Hanya ciuman lembut tanpa adanya nafsu.
"Kau terlalu banyak mengoceh Nii-chan. Kalau kau cemburu katakan saja. Kalau kau tak suka juga katakan saja. Katakan, katakan saja semua yang kau rasakan padaku Nii-san dan Jangan mengelak ok? Karena aku milikmu dan kau adalah milikku." Ucap Hinata memeluk Tsukishima. Merebahkan kepalanya pada dada bidang Nii-channya.
"Masalahnya sekarang hanya satu. Apa yang akan dikatakan oleh Tou-chan dan Kaa-chan nantinya?" Ucap Hinata khawatir.
"Tenang Shoyo, aku.. akan mengatakannya dengan baik pada Tou-chan dan Kaa-chan." Mendengar itu Hinata tersenyum cerah.
"Aku percaya padamu, Nii-chan~"
*TBC
Hai hai.. apa kabar semuanya~
Maaf kalau lama Update nya. Soalnya bingung mau Update yang mana duluan. Jadilah begini.Terima kasih sudah berkunjung~
Rabu, 06 Mei 2k20
Pukul 21.35 Wita
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Brother [END]
FanficTsukishima yang jatuh hati pada pandangan pertama pada sang adik tentunya bertekad untuk mendekati dan juga melindunginya. Namun, mulut yang tak bisa dikontrol itu membuat semuanya tak semulus dengan apa yang dikehendaki dirinya. Dapatkah Tsukishima...