[Part 1] Jeon's House

403 47 4
                                    

Cahaya jingga telah mewarnai langit biru sejak beberapa menit yang lalu. Kini hanya tersisa serpihan-serpihan awan kecil yang semakin jarang, di balik gelapnya permadani angkasa yang berhias permata bintang. Gadis itu terjaga oleh suara anjing yang tidak berhenti menggonggong tepat di sebelah rumahnya.
Sudah hampir tiga jam gadis itu duduk di atas batu besar di halaman rumahnya. Tidak ada yang dia lakukan. Hanya terdiam meresapi kenikmatan yang menjalar di saat ketenangan itu datang. Sesekali ia memandang lurus ke depan, ke arah sebuah rumah dengan halaman yang di tumbuhi rerumputan. Lebih tepatnya ilalang yang tumbuh subur dan nampak tak terurus. Berbeda dengan rumahnya yang banyak ditanami tanaman hias ataupun bunga. Namun sayang, bukan gadis itu yang menanamnya, menyentuh barang sedikitpun tak pernah. Ia tidak menyukai bunga.
Rumah yang sedari tadi menjadi objek penglihatannya tak lain adalah rumah sahabatnya, Jeon Wonhoe. Seorang laki-laki jangkung berkulit putih, dengan wajah tampan.

"Hayoung-ah.."

Gadis yang dipanggil Hayoung itu sedikit terlonjak saat sebuah suara menginterupsi lamunannya, lalu terdiam dengan menampakkan kekesalannya. Selalu seperti itu, lelaki itu selalu muncul tiba-tiba. Meskipun gadis itu sudah terbiasa, tetap saja ia tidak suka apa yang dilakukan lelaki itu. Ia tidak menyukai kejutan.

"Kali ini apa yang kau lamunkan?" tanya Wonhoe sembari menatap Hayoung dalam. Sedangkan yang ditanya mengabaikan dan memilih menatap rumah lelaki di sampingnya.
Wonhoe yang menyadari Hayoung sedang kesal segera meminta maaf. Sayangnya gadis itu tidak mudah dibujuk.

"Hayoung-ah, kenapa kau sebegitu marahnya, eoh?"

"Kau sudah tahu alasannya."

"Baiklah, aku minta maaf, yah? Ayolah kalau kau seperti ini terus aku akan pergi lagi."

"Yak! Sudah datang mengejutkanku lalu pergi begitu saja? Kau menyebalkan Jeon Wonhoe"

"Oke, apa yang kau inginkan?" Wonhoe tahu gadis seperti Hayoung hanya bisa dibujuk dengan suatu hal yang menyenangkan untuk membuatnya behenti marah.

"Aku ingin berkunjung ke rumahmu" ujar Hayoung dengan wajah cerianya menunjuk kearah rumah tepat di depan mereka.

"Kenapa kau selalu ingin kerumahku? Tidak ada yang istimewa di sana." Memang tidak ada yang istimewa dengan rumah Wonhoe. Karena dilihat dari sudut manapun, rumah itu tetap sama seperti yang lainnya. Namun Hayoung selalu ingin mendatangi rumah itu. Tidak ada yang salah jika seorang gadis bertengger ke rumah seorang lelaki bukan? Tapi masalahnya ada pada diri Wonhoe. Lelaki itu tidak membiarkan hayoung memasuki rumahnya begitu saja. Dan hal itu yang semakin membuat Hayoung ingin mengunjungi rumah Wonhoe.

"Meskipun tidak ada yang istimewa apa kau akan melarangku masuk sampai aku mati?"

"Tentu saja tidak. Nanti akan ada saatnya." jawab Wonhoe dengan cengirannya.

"kau tahu? Sudah hampir sebulan kita berteman. Kau sudah mengetahui semuanya tentang aku. Tapi sedikitpun aku belum mengerti benar tentang kau. Yang aku tahu, kau hanyalah Jeon Wonhoe yang tinggal tepat di depan rumahku."

"apa yang ingin kau tahu tentang aku?"

"kapan kau lahir?"

"aku? Tanggal 17 juli 1996" tanpa disadari, kedua sudut bibir gadis itu tertarik keatas. Melengkung membentuk sebuah senyuman yang selanjutnya ia justru merasa gugup saat mendapati Wonhoe tengah menatap dengan senyum khasnya.

" tinggal tiga hari lagi."gumam Hayoung lirih tapi masih bisa didengar oleh Wonhoe.

" apanya?"

"ulang tahunmu."

"memangnya kau mau apa?"

"kau tak perlu tahu." ujar Hayoung acuh. Meski dalam hatinya kini sedikit berhawa baik. Ia berpikir jika hari ulang tahun Wnhoe adalah salah satu jalannya agar masuk ke dalam rumah lelaki itu. Entah mengapa. Gadis itu sangat terobsesi pada rumah Wonhoe. Padahal tampak secara nyata bahwa tidak ada sesuatu yang spesial sedikit pun tidak ada. Kecuali keberadaan Wonhoe sebagai tuan rumahnya. Lain halnya dengan Hayoung, lelaki di sampingnya justru terlihat mengkerut. Pikirannya jauh entah kemana.

"kau kenapa? Kau tidak sedang menerka hal apa yang akan aku lakukan nanti kan?"

"iya. dan aku berharap kau tidak benar-benar serius akan hal itu"

"Kenapa?" tanya Hayoung sedikit terkejut akan perkataan Wonhoe yang seakan melarangnya untuk berbuat apapun. Apapun itu.

"tidak. Aku hanya tidak ingin jika apa yang akan kau lakukan nanti justru membuatmu terkejut dan tidak baik."

"maksudmu? Hey! Yang benar saja. Memangnya kau tahu apa yang akan aku lakukan? Tidak usah berprasangka seperti itu. lagi pula kau tidak akan dirugikan olehku."

Selagi bumi masih memiliki matahari untuk berevolusi.
Selagi bumi masih memiliki porosnya untuk berotasi.
Aku tidak akan berbuat apa-apa yang dapat merubah semua itu.
Selagi Rey masih disampingku, aku tidak akan beranjak kemanapun.
Selagi aku masih bersama kebahagiaanku, aku tidak akan menoleh kebelakang sedikitpun.
Karena jika aku melakukan itu, dengan perlahan semuanya akan memudar seiring dengan waktu yang terus berjalan membawa sisa-sisa kenangan.
Selagi aku masih bisa tersenyum dan tertawa, aku akan terus mempertahankannya. - Oh Hayoung-

DelusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang