Valentine Ai

1.7K 42 8
                                    

 VALENTINE AI

Meja barisan pojok tengah telah diduduki oleh seorang gadis di pagi buta. Pirangnya menjuntai panjang, matanya bersorot malas. Dibentangkannya sebuah kertas berwarna pink cerah, tepat di depan wajahnya. ia menghela napas beberapa saat.

Kertas itu berupa undangan, atas pesta valentine yang dibuat oleh sekolah Tokyo Inter setiap tahunnya. Ai –nama gadis itu–selalu mengakhiri pesta itu dengan memukul wajah laki-laki yang mengecewakannya. Laki-laki yang mengajaknya pergi hanya karena tertarik pada kecantikkan fisiknya, bukan cokelat honmei yang dibuatnya dengan setulus hati.

Pikirannya kembali memutar rekaman negatif tentang dirinya dan valentine. Sementara sahabat-sahabatnya–Hiroko dan Yumi–tengah bahagia dipeluk oleh kasih sayang, yang hangat dan manis seperti cokelat cair dimusim dingin. Ah, betapa irinya gadis beriris laut itu.

"Enaknya mereka … "

"Siapa yang enak?" suara tegas nan tinggi yang dibarengi dengan debaman tas di atas mejanya membuat Ai kaget setengah mati. Alisnya berkerut saat batang hidungnya dihadapkan pada wajah ceria seorang gadis berambut merah muda, "Ah, selamat pagi, blonde" Tekanan darah Ai naik setingkat. Ditekuknya wajah yang sedari awal lusuh. Sapaan akrab Hiroko dipagi hari tidak membuatnya merasa baik sama sekali.

"Cih. Pelankan suaramu, pinky. Aku sedang berpikir,"

"Tentang?" alis Hiroko terangkat sebelah. Ai mengedikkan bahunya, acuh, "Ya ampun Ai. Kenapa kau Nampak begitu moody? Bukankah orang yang baru pindah tempat tinggal itu seharusnya bahagia? Seperti aku misalnya?" Hiroko asal bicara saat wajah malas Ai ditampilkan di depannya.

"Bukan masalah apartemen baruku. Justru aku senang pindah ke sana karena pemilik apartemennya baik. ia memberiku setengah harga untuk bayar–" Ai merasa OOT untuk beberapa saat, "Tunggu dulu. Yang kumaksud dengan berpikir adalah ini," ia menyodorkan kertas pink itu tiga senti di depan batang hidung Hiroko, "Apa sebaiknya aku tak ikut saja ya? aku malas dengan laki-laki disekolah ini selain Kei" (Kei,laki-laki dingin,pendiam,dan populer disekolah)

Hiroko sempat terdiam sejenak, sebelum akhirnya syaraf motorik miliknya memberi perintah untuk tertawa lebar. Gadis itu merampas kertas pink yang ada di tangan Ai dan memperlihatkannya kembali kepada wajah si pirang , "Kau mengeluh hanya karena masalah kencanmu untuk pesta ini?" telunjuk Hiroko mengarah pada kertas pink tersebut dan itu cukup untuk membuat Ai merasa jengkel. "Kalau begitu, ajak saja tuan muda Kei," timpalnya asal sambil mengedip nakal. Ai memberikan sorot matanya yang paling datar.

"Aku belum mau mati dibunuh fans-nya," ungkap Ai. Sesaat kemudian, ia kembali menghela napas panjang, "Aku trauma dengan event valentine di sekolah kita. Kau tahu kan–maksudku, tahun lalu aku sudah mempermalukan diriku sendiri di depan khalayak dengan 'bermain' siram-siraman gelas anggur bersama laki-laki tolol ." Hiroko tertawa dengan bagaimana cara Ai memperlihatkan gestur dan mimiknya saat bercerita, "Aku ilfeel tahu! Ilfeel dengan tampang mesumnya!"

"Yah, kalau begitu ajak saja mahasiswa itu–um, kau tahu kan siapa yang kumaksud?" mendadak, Ai berdiri tegak dan beranjak dari kursinya. Decit suara kaki bangku dan lantai terdengar bersamaan dengan getar suara bibir Ai yang berucap, pelan.

"M-Memangnya boleh mengundang orang diluar sekolah?" matanya melebar, penuh harapan. Hiroko mengangguk dengan senyumannya yang mengembang.

"Bolehlah. Sekolah ini kan, diatur dibawah tanganku juga." Gigi putih Hiroko berbaris rapi dan nampak bersih di mata Ai. Yah benar, Hiroko seorang ketua OSIS dan ia bangga menjadi pemimpin di sekolah besarnya itu. Ai melompat bahagia dan menerjang tubuh tinggi Hiroko secara spontan. tangannya memeluk erat tubuh ramping itu dengan wajah yang kelewat girang.

Valentine AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang