Seorang gadis mengintip dari balik tirai kaca jendela. Matanya sayu dan memperlihatkan lingkaran hitam di sekeliling matanya. Dengan langkah gontai dia keluar dari rumahnya untuk menemui orang kurang kerjaan yang berani-beraninya menggangu waktu istirahatnya.
Ceklek.
Dia membuka pintu rumahnya dan terlihat dengan jelas seorang pemuda yang tengah tersenyum hingga matanya menyipit. Gadis itu menatap nya malas.
"Bisa ga jangan gangguin orang tengah malam gini? " Tanya gadis itu sambil sesekali menutup matanya dan merasa ingin segera kembali ke tempat tidurnya.
Yang di tanya malah menyengir tanpa dosa. Perlahan dia mendekat dan mengelus puncak kepala Mey pelan. Di dekatkannya bibirnya ke telinga Mey hingga membuat Mey menegang ditambah semilir angin malam yang membuatnya kian merinding.
"Gue sayang elo. " Ucap pemuda itu yang membuat Mey membuka matanya paksa.
Bulir bulir keringat membasahi kening Mey, deru jantungnya kian cepat. Mey mengusap dahinya kasar sambil melihat sekelilingnya.
"Mimpi itu lagi. " Ucapnya kemudian berjalan mengambil handuknya dan memasuki kamar mandi.
Entah kenapa dia selalu memimpikan itu, apa karena dia ingin punya seseorang yang selalu mengerti kondisinya? Mengerti hatinya? Oh ayolah, di dunia ini mana ada yang seperti itu. Hidup itu terlalu kejam, bahkan sebuah filsafat bilang, 'Semakin banyak kamu memiliki teman, semakin banyak kesempatanmu untuk terluka. '
Mey selalu membatasi dirinya, dia hanya cukup mengenal teman tapi tidak mau terlalu jauh hingga terikat dengan sebutan'Sahabat'. Kata sakral itu seolah menyedihkan bila terdengar di telinga Mey.
Setelah selesai mandi, Mey berjalan ke arah lemarinya dan mencari seragam yang harus dikenakan hari ini. Emm, apakah ada yang terlupakan di sini? Sepertinya iya.
Namanya Mey. Just Mey. Gadis yang sering ceroboh tapi terkesan dingin. Ada orang bilang, 'Terlalu banyak tatu(luka), kadang membuat seseorang berontak atau malah bermanupilasi menjadi sosok dingin. ' Mungkin itu yang di alami Mey.
Setelah menemukan seragamnya, dia memakainya, setelan baju atas putih di padukan dengan rok panjang putih juga. Terkadang Mey malas jika harus berurusan dengan baju itu, karena Mey akan terlihat ceroboh karna sering menodai seragamnya.
Di gendongnya tas yang sudah berisi jadwal hari ini. Kakinya kini menusuri tangga yang menghubungkan lantai dua ke lantai satu, atau sebaliknya. Dilihatnya di atas meja makan sudah penuh dengan berbagai macam makanan.
Mey menghembuskan nafas kasar ketika melihat notes di atas meja makan. Di ambilnya notes itu dan di buangnya segera ke tempat sampah. Mey berjalan ke dapur dan membuka kulkas, di ambilnya es krim yogurt kemudian disuapkannya ke dalam mulut.
Mey malas untuk makan makanan yang berada di atas meja. Oh ayolah, untuk apa makan makanan yang di buat tapi tak di cicipi oleh pembuatnya? Baiklah, jangan bahas itu lagi bahkan untuk dipikirkan pun lama lama terasa muak.
Kaki jejang Mey kini melangkah keluar rumahnya, dia berjalan ke bagasi dan menghidupkan motor nya. Di jalankannya motor gigi itu yang siap membelah jalanan dengan kecepatan sedang, karna mood pengendaranya yang tidak mengenakan.
Sepanjang jalan Mey terus menatap ke sekelilingnya, berharap dia mendapat hiburan pagi. Seperti, orang jatuh dari motor maybe? Ah, hiburan yang anti mainstream bukan? Mey butuh hiburan di mana dia bisa melihat orang lain melakukan kesalahan. Hanya itu yang mempu mengukir senyum di bibirnya sebelum dia menunjukan tampang sok kuatnya di sekolah nanti.
Oh, sepertinya harapan Mey pupus. Tinggal belok kanan di depan sana, dia sudah memasuki pekarangan sekolah.
Tinn
KAMU SEDANG MEMBACA
Mey [END]
Short StoryHanya konflik hati singkat seorang Mey. Selamat membaca. . . . 30/06/2020 # 1 - konflikhati