Marinka terus mendekap Oceana. Tak ingin melepas. Terasa ada kejanggalan, seakan Oceana akan menghilang saat itu juga.
"Sayang, Mama tidak mengira kamu ada di sini." Marinka terus mencium pelipis, pipi dan puncak kepala Oceana. Tangisan itu berupa lirihan. "Mama tidak tahu harus menyalahkan siapa atas hilangnya kamu."
"Mama jangan menyalahkan mereka, terutama Reon dan Cloudy." Badan Marinka menegak, Oceana tersenyum di balik dada ibunya. "Aku dapat kabar dari saudara Reon, Ma, jadi aku paham tindakanmu."
Veera termangu, memikirkan sesaat sosok orang yang terlalu banyak ikut campur. "Apa itu Jelice? Perempuan itu sulit untuk dihadapi. Dia punya macam cara agar menjatuhkan orang lain."
"Dulu, aku bicara pada Gio." Oceana mengingat masa-masa saat Gio menceritakan tentang Reon dan baby Ody. Tetapi, mereka putus komunikasi karena jantung Oceana melemah dan harus dirawat secara intesif selama setahun. "Ya, sesuai tebakanmu, Vee."
Ketika Oceana bangun dari koma, Jelice ada di sana sambil berdiri dengan melipat tangan ke dada. Ketahuan keberadaannya, Oceana meminta pada Jelice agar tak berbicara pada siapa pun.
Ada banyak syarat diajukan Jelice kepadanya. Ternyata ini demi kepentingan antara Reon dan dirinya.
Namun semua terhenti saat Eren menyarankan suatu hal. Oceana menyanggupi selama Cloudy dan Reon baik-baik saja. Tak lama setelah itu, Oceana menanyakan pada Jelice mengenai Reon dan anaknya dengan bantuan Artha maupun Eren.
Oceana kenal watak adik bungsu Reon yang terkenal licik dan iseng. Perempuan itu akan berusaha menyakiti orang yang tak disukainya, hancur pelan-pelan.
Ibu Cloudy tak mau Reon dan Cloudy terluka. Walaupun pada akhirnya, Oceana terluka juga karena ulah Reon senang bermain wanita dan memerlihatkan itu kepada anaknya.
"Kamu baik-baik saja," ucap Veera bersimpuh di bawah ranjang, dekat dengan Oceana dan Marinka. "Mukamu pucat, Ana."
"Aku baik-baik saja, Vee." Kepala Oceana terasa pusing. "Yang kubutuhkan adalah istirahat."
"Tidurlah di sini, Nak." Marinka membaringkan Oceana, lalu menyelimutinya. "Kamu terkesan menutupi sesuatu, Sayang. Tidak ada yang kamu sembunyikan dari Mama?"
Oceana menggeleng, tak mampu bersuara.
Marinka dan Veera menyerah. Kekeraskepalaan Oceana sudah terjalin sejak lama. Mereka berdua hanya duduk seraya mengamati kondisi Oceana terlihat sakit.
***
Empat bayi dan tiga orang dewasa mengitari mansion, mencari permen. Bayi-bayi itu senantiasa selalu meminta permen pada para pelayan. Bahkan tak jarang, bayi-bayi itu berucap terima kasih.
Semua kantung celana dan baju mereka dipenuhi permen. Tiga orang pria tampan ini hanya berdecak kagum. Tak lama setelah itu, dua pria lain telah datang. Samuel dan Eren.
"Theo, Zello, ayo tidur." Samuel berjongkok di hadapan mereka. "Apa kalian bisa menghabiskan permen ini?"
Theo mengangguk semangat.
Zello menggeleng, singkat. "Jiji Ello atit. Ndak oleh atan emen."
"Zello pintar," puji Samuel membuat Theo kesal, bukan cemburu.
"Aku kuat, Daddy." Theo menunjukkan gigi-giginya yang putih. "Gigiku becih."
"Tetap saja kalian akan gosok gigi sesudah makan," ucap Samuel meyakinkan tentang hal-hal sepele. "Nanti kalian tidak punya gigi seperti Nenek, kalian mau?"
Theo dan Zello menggeleng.
Samuel berdiri, menggandeng Zello dan Theo. Pria itu pamit kepada empat orang, di antaranya ada dua sahabatnya. "Aku duluan," ucapnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Time ✔️
General FictionCloudy Alfonso. Bayi berusia dua tahun berjenis kelamin laki-laki, penyuka bebek. Sama dengan Gio, Cloudy sangat menyayangi Reon apa pun kondisinya meski bayi aktif itu sering mengisengi wanita-wanita ayahnya. Iseng pertanda penolakan. Di balik it...