Cinta. Satu kata berjuta cerita, tak bisa didefinisikan dengan kata namun dampaknya sangat kuat terasa. Cinta. Penuh misteri dan teka-teki. Pada siapa hati ini akan berlabuh dan pada siapa cinta ini akan tumbuh? Di saat semua orang terlena akan indahnya cinta pada pandangan pertama atau cinta yang datang secara tiba-tiba. Berbeda dengan Zihan, seorang perempuan yang mampu bertahan dengan cinta sepihak yang membuat dia harus menelan pahitnya sebuah rasa tak terbalaskan.
Ya, cintanya berlabuh pada sosok Gibran, sahabat laki-lakinya yang telah dia kenal semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Cinta monyet? Mungkin kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan itu. Namun nyatanya tidak, bagi Zihan cinta bukan hanya sekadar rasa yang tersimpan di dalam dada. Melainkan sebuah rasa yang datang begitu saja dengan getaran aneh yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sahabat jadi cinta? Mungkinkah itu kenyataan yang tak bisa dia pungkiri kebenarannya. Hatinya begitu kuat pada satu nama yang telah bertahta dan bertahan lama bersemayam indah di dalam rongga dada.
Sampai suatu ketika Windi, bundanya mengajak Zihan pergi ke sebuah tempat yang mampu membuat dia merasa heran, aneh, dan kebingungan. Pasalnya untuk apa sang bunda mengajak dia ke butik yang menjual banyak baju kebaya pernikahan?
"Ayo masuk malah bengong di sini," ujarnya seraya menarik lengan Zihan untuk memasuki butik. "Mau ngapain ke sini, Bun?" tanya Zihan penasaran sekaligus bingung.
"Udah kamu duduk di sini, Bunda mau ketemu sama yang punya butik dulu," titahnya. Zihan langsung duduk di salah satu sofa panjang yang memang sudah disediakan di butik tersebut.
"Ini toh anaknya cantik yah," ucap seseorang yang datang bersamaan dengan sang bunda. Zihan hanya tersenyum tipis mendengar pujian yang terdengar sangat berlebihan di telinganya.
"Kok sendirian mana calonnya?" tanyanya yang membuat Zihan mematung tak mengerti dengan maksud seseorang yang berada di sebelah bundanya.
'Calon?' batinnya bertanya-tanya linglung.
"Masih di jalan mungkin sebentar lagi nyampe," jawab Windi yang membuat Zihan cengo seketika.
"Hah!" pekiknya kaget setengah berteriak. "Biasa aja kali, Han," kekeh bundanya.
'Biasa aja! Helo maksudnya Bunda apa coba? Ngajak aku ke butik terus pas datang ke sini ditanyain calon, hey calon apaan? Calon Gubernur, calon Walikota atau calon Presiden? Calon apa coba!' Rasanya kepala Zihan ingin meledak seketika memikirkan semua itu.
"Udah kamu coba gih sana," titah Windi menyodorkan sebuah kebaya berwarna putih tulang ke arah putrinya. "Gak mau," tolak Zihan.
'Apa-apaan sih tiba-tiba ngajak ke butik terus nyuruh nyoba kebaya, permainan macam apa yang tengah Bunda rencanakan,' pikirnya sudah berkelana ke mana-mana.
"Coba dulu, Han kalau kebesaran atau kekecilan, 'kan bisa diperbaiki lagi," desak seseorang yang Zihan yakini sebagai pemilik butik.
Zihan menarik lengan sang bunda untuk menjauh dari pemilik butik. "Bunda apa-apaan sih tiba-tiba ngajak Zihan ke sini terus nyuruh nyoba kebaya pengantin segala. Bunda halu? Zihan itu gak punya pasangan," cerocosnya.
"Kalau Bunda mau liat Zihan nikah. Iya nanti Zihan juga bakal nikah tapi gak sekarang juga kali, Bun. Calonnya juga gak ada mana bisa nikah," lanjut Zihan mengomel tak jelas.
Zihan seperti sudah kehabisan kata-kata setelah mengetahui bahwa dia akan menikah dengan seseorang yang tak pernah dia ketahui wujudnya. Bagaimana mungkin kedua orang tuanya menerima lamaran dari seorang pria tanpa sepengetahuannya? Lalu bagaimana dengan cintanya yang selama ini dia pendam?
Hanya ada satu nama yang selalu Zihan gaungkan di hadapan Allah, Sang Maha Pemilik Cinta. Gibran, ya nama itu yang selalu terucap indah dari sela bibirnya. Lantas mengapa kini kenyataan seakan mempermainkan dirinya yang terlalu banyak berharap pada insan manusia?
Kini dia hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Sang Maha Pencipta. Menjalani alur kehidupan yang telah Allah tetapkan untuknya. Sepertiga malam menjadi saksi bisu perjuangan cinta di atas sajadahnya. Di saat semua orang gencar saling mengumbar rasa cinta dia malah memilih jalan lain. Jalan yang pasti Allah ridhoi.
Maaf aku telah menikungmu...
▪TBC▪
Bismillah, semoga suka dengan cerita pertamaku yang masih jauh dari kata layak ini. Jika ada kritik dan saran boleh silakan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tikung Dia Di Sepertiga Malam || END
Духовные[PINDAH KE DREAME] Di saat semua orang berlomba-lomba mengumbar rasa cinta, lain hal dengan Zihan yang lebih memilih untuk menyembunyikannya rapat-rapat. Menjadikan sepertiga malam sebagai gebrakan baru untuk merealisasikan cintanya. Sebagaimana ya...