Senja sudah mulai menjelang. Jalanan sudah terlihat ramai oleh orang-orang yang pulang kerja. Aku lajukan mobil Honda Jazz-ku keluar dari kantor.
Terasa penat seharian bertemu dengan klien-klien membuatku tak ingin langsung pulang ke rumahku di Surabaya Barat. Terbayang kemacetan yang akan menghadang. Kantorku ada di Surabaya Pusat, jadi pasti macet akan ada.
Terbersit di pikiranku uap panas yang membasahi tubuhku menyegarkan tubuhku yang terasa penat. Ya, enaknya merasakan steam setelah berolahraga.
Aku langsung mengarahkan mobilku menuju hotel tempat aku biasa fitness membentuk tubuhku yang indah dengan sixpack dan dada yang bidang dan sepasang pantat yang sexy berisi. Tak sia-sia aku melakukannya sepanjang tahun ini.
Sesampainya di tempat gym, langsung receptionist menyapaku dengan begitu ramah dan senyuman yang manis. Hampir setiap hari aku aku datang ke sini. Ya, paling tidak, sesibuk-sibuknya diriku, aku sempatkan waktu seminggu tiga kali datang ke gym.
“Sendiri, Ko Renald?” tanya receptionist.
"Ya, seperti biasalah, sendiri. Tapi di sini banyak temen juga kan?” sahutku sambil menerima kunci loker dan handuk.
“Ko, ada saingan buat kamu, lho?” lanjut sang receptionist.
"Saingan apa?” tanyaku dengan wajah bingung. Ya, memang aku benar-benar bingung.
“Dua hari ini ada member baru, lho. Body-nya gak kalah deh sama Koko. Cakep lagi. Dari tadi yang cewek-cewek sudah berkali-kali bolak-balik ke sini tanyain namanya, member apa bukan.”
"Yang mana, Sis?" tanyaku pada Sisca, si receptionist.
“Itu, Ko. Yang pake celana putih kaos hitam,” tunjuknya sambil menunjuk cowok yang sedang menggunakan treadmill.
Dengan rambut yang sedikit bergelombang, kulit yang berkilat karena keringat, wajah yang tampan dan body yang aduhai terbentuk. Sedikit lebih kekar dari aku.
"Wah, iya nih, Sis. Lebih gede dari aku. Tapi tetep dong, lebih putih diriku dan lebih tampan aku,” sahutku sambil melangkah ke arah ruang ganti.
"Oh, kalo soal putih, ya memang putih sampeyan,” sahut Sisca sang receptionist.
Sesaat aku sudah berbalutkan celana sport hitam dengan kaos hitam pula. Memperlihatkan tanganku yang terbentuk dan putih semulus pualam. Kuikatkan tali sepatu kets putih dengan garis hitam yang menawan. Langsung ku arahkan kakiku menuju treadmill untuk memulai pemanasan.
"Hai, baru ya?” sapaku pada cowok yang dibilang sama Sisca sebagai sainganku.
“Hai, juga. Yup, aku baru dua hari ini di Surabaya. Tugas kantor buat stay di Surabaya.”
"Namaku Renaldy.”
"Oke. Aku Kris.”
Kris. Nama ini mengingatkanku pada teman masa kecilku.
"Nice to meet you, Kris.”
"Nice to meet you to, Renald.”
"Just call me Aldy. Long time stay or short time stay?”
“One year. Ya, kantor cabang di sini ada trouble manajemen," jawabnya.
***
Waktu terus berlalu dan tanpa terasa dari sesi ke sesi latihan aku dan Kris selalu bersama dan selalu berbagi cerita. Ternyata dia bergerak di bidang Medical Equipment. Aku sendiri bergerak di bidang Architectural. Semakin ngobrol panjang lebar, aku dan Kris begitu terasa dekat seperti kawan lama, bahkan begitu akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di Ujung Peraduan
Short StoryJika memang sejati. Sejauh apa pun dia pergi, pasti akan kembali lagi. ❌Cerita repost bertema gay ❌Homopobic diharap menjauh!