"Kalau ku ibaratkan.. Ia bagaikan bintang yang berhamburan di langit luas..
memenuhi langit malam yang sulit kau tebak..
Bintang yang tidak pernah berubah..
Hanya saja disuatu malam ia akan muncul dan di malam berikutnya ia akan hilang..
Lalu.. Baga...
Jungkook meruntuki dirinya sendiri di dalam kamar. Permainan apa lagi yang diinginkan alam semesta untuknya. Kenapa ia harus peduli kepada gadis itu. Kenapa ia jadi memikirkannya seharian ini.
Ia menenggelamkan kepalanya dibalik bantal, berharap bantal bantal itu bisa menyerap semua bayangan atas gadis itu. Ia tidak ingin dirinya terjebak dalam permainan takdir.
Ia memejamkan matanya namun bayangan atas gadis itu kembali muncul.
"Astagaa.. aku rasa aku benar benar sudah gila"
Ia mengacak ngacak rambutnya sendiri. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Kenapa dia harus masuk kedalam hidupku." Runtuknya.
Jungkook memutuskan untuk pergi keluar rumah menenangkan dirinya. Ia berpikir mungkin dengan jalan jalan sebentar dan menghirup udara segar ia bisa melupakan semua kepenatannya.
Ia sedang menyusuri jalan ketika ia melihat sosok yang tidak ingin ia temui saat ini. Jungkook menghela nafas berat, cobaan apa lagi yang menimpanya kali ini.
Ia menjaga jarak dengan orang itu. Ketika orang yang tidak ingin ia temui itu tiba tiba hilang dibalik kerumunan orang di tepi jalan.
Sebenarnya ia sangat ingin memanfaatkan kesempatan untuk pergi secepat mungkin agar orang itu tidak melihatnya. Namun rasa penasaran yang Jungkook punya mengalahkan segalanya. Ia pun ikut masuk melihat ke arah kerumunan itu.
Tidak berapa lama Kerumunan itupun bubar, begitu juga dengan Jungkook. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya karena orang yang sedari tadi ia hindari tidak menyadari keberadaannya, dan hilang seiring dengan bubarnya kerumunan.
Ia kembali melanjutkan perjalanannya. Sambil bersenandung kecil. Ia menunduk menatap jalanan menuju rumahnya. Ketika ia mendengar rintihan seseorang yang sedang kesakitan. Ia pun menghentikan langkahnya dan mendapati seorang gadis sedang memeluk lutut tepat di depannya dan meringis menahan sakit.
Ia menyentuh punggung gadis tersebut dan seketika saja tubuh gadis itu terkulai, ia pun menopangnya dan mendapati wajah yang tidak asing. Seseorang yang sedang ia tidak ingin temui saat ini.
Gadis itu tidak membuka matanya namun ada segurat senyuman yang terukir di wajahnya.
"Minhyun.." itu yang gadis itu ucapkan sebelum ia benar benar tidak sadarkan diri.
Jungkook mengangkat tubuh gadis itu dan menatap wajahnya yang pucat. Ia menatap wajah gadis itu lekat, dan menghela nafas, ia lalu menatap langit malam kota Seoul yang cerah, tanpa bulan maupun bintang..
"Oh Lee Soojung, apakah aku harus membiasakan diri untuk peduli padamu..?"
•••••••••••••••••••
Pagi itu seperti biasa Jungkook menyantap sarapannya di meja makan. pikirannya kosong. Ia hanya terlihat seperti sedang bermain main dengan makanannya.
Ia hanya menghabiskan sebagian makanannya, lalu pamit untuk berangkat sekolah. Pikirannya sangat tidak karuan dan tidak sejalan dengan hatinya. Ia terus menanyakan hal yang sama pada dirinya.
"Kenapa harus gadis itu yang muncul di pikiranku."
Jungkook berlatih seperti biasa, karena perlombaan semakin dekat, ia mengubah segala keluh kesahnya menjadi energi. Ia berlatih dengan sangat keras ia bahkan tidak memperdulikan stamina nya.
Tetapi bukan itu sebenarnya fokusnya. Ia hanya ingin melupakan satu hal yang mulai memenuhi pikirannya.
Ada satu yang mulai Jungkook sadari namun terus ia bantah, yaitu sebuah kenyataan dimana hatinya kini mulai berubah. Ia berhenti setelah 10 kali putaran. Nafasnya tersengal sengal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tidak bukan karena rasa sakit, melainkan sebuah perasaan yang sulit dijelaskan. Sesuatu perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan logika.
"Aku benar benar sudah gila." Gumamnya pelan, disertai dengan senyuman tipis di wajahnya.
•••••••••••••
Seharian Soojung hanya terbaring di tempat tidur, Hara sempat datang menjenguknya, membawakan beberapa coklat dan permen kesukaannya, dan menyampaikan beberapa pengumuman yang tadi disampaikan di sekolah.
Cukup lama Hara berada di rumah Soojung. Selain karena ia ingin menghibur sahabatnya itu, ada hal lain yang membuat Hara betah. Tentu saja karena kehadiran kakak sepupu Soojung.
Kalau bukan karena jadwal les piano nya, mungkin Hara akan lebih lama berada di rumah Soojung. Dan kini kamar Soojung kembali sepi.
Soojung memejamkan matanya sebentar, ketika tiba tiba saja sebuah suara membuatnya kembali membuka mata.
"Lee Soojung.."
Suara itu.. Hwang Minhyun.. yang ia rindukan. Yang sudah 2 hari ini tidak ia temui.
Soojung membuka matanya dan melihat sosok Minhyun yang sudah berdiri tepat di samping tempat tidurnya. Ada guratan kebahagian sedikit tergambar di wajahnya. Namun ekspresi minhyun tetap sulit untuk ia tebak.
"Kemana saja kau 2 hari ini?" Tanya Soojung.
Minhyun hanya diam, masih menatap gadis itu, bukan tatapan yang tajam.. melainkan tatapan yang lembut dan terkesan sendu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ya ya ya, aku mengerti.. sudahlah.. aku baik baik saja, tidak perlu kau menatapku seperti itu." Jawab Soojung seolah olah ia mengerti apa yang akan dikatakan laki laki itu.
Tidak berapa lama Minhyun pun membuka suara..
"Lee Soojung.. apakah hobi barumu kini adalah menyakiti diri sendiri?"
Kini baik Minhyun maupun Soojung tidak ada yang bersuara. Sebenarnya Soojung ingin sekali langsung menjawab pertanyaan itu. Hanya saja keberaniannya belum cukup.
Ia mengumpulkan segenap kepercayaan dirinya dan keberaniannya untuk mengucapkan hal itu, walaupun ia tau, laki laki dihadapannya pasti tidak akan suka dengan alasan kekanakan yang ia miliki.
"Itu adalah cara agar aku bertemu denganmu.. Hwang Minhyun..." jawab Soojung.
Keheningan kembali menyelimuti kamar Soojung. Minhyun pun hanya diam, masih dengan menatap sendu gadis dihadapannya, tidak ada respon apapun yang ia keluarkan.
Soojung meraih tangan Minhyun.. tangan yang selalu bisa menghangatkan hatinya.. Soojung hanya menunduk ketika ia menggenggam tangan itu..
Bukan karena ia malu menatap laki laki itu.. namun karena ada satu hal yang ia sadari..
tangan itu tidak sehangat biasanya...
"Dan kini.. hanya tersisa langit malam dan bulan.. bulan yang kesepian tanpa kehadiran sang bintang."