4

6K 100 5
                                    

Anin terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa pusing, matanya terlihat masih sangat sembab walaupun lebih baik daripada tadi malam. Ia berusaha untuk bangkit namun seseorang memeluknya erat dari belakang. Ia menunduk dan mendapati tangan ramping tengah memeluknya. Anin meraih tangan itu dan menyingkirkannya. Ia kembali bangkit dan menatap wajah pulas Michelle.

Entah kata apa yang harus Anin ucapkan untuk Michelle di keadaan mereka saat ini. Anin melirik ke arah jam sebentar. "Jam 4. Bentar lagi Gracia sama Ci Shani nyampe di Jakarta" Gumamnya. Anin mulai melepas pakaiannya dan berjalan pelan menuju kamar mandi.

Michelle terbangun kala tak merasakan Anin di sisinya. Bunyi gemercik air dari kamar mandi membuatnya tau bahwa Anin sedang mandi disana. Michelle berusaha untuk bangkit sambil mengucek matanya. Tubuhnya ia sandarkan pada kepala kasur. Matanya sesekali masih terpejam.

Cukup lama Michelle berada di posisi itu hingga ia terbangun karena aroma sabun yang dipakai Anin begitu menyengat di indra penciumannya. Saat Michelle membuka matanya, Anin sudah berjongkok di depan Michelle hanya mengenakan handuknya membuat pundak putih mulus Anin terlihat jelas. Namun bukan itu yang menjadi masalah terbesarnya.

Tetapi paha Anin menggesek gesek area vaginanya serta wajah Anin berada tepat di depan wajahnya. "Good morning My-chelle"

Michelle memejamkan matanya, ia menggigit bibir bawahnya agar tak mengeluarkan desahan. Anin mendekatkan bibirnya ke Michelle dan mengecupnya. "Bibir kamu manis kayak gula" Michelle sedikit tersenyum mendengar pujian dari Anin. "Mandi sana, kita ke airport jemput GreShann" Anin kembali mengecup bibir Michelle dan berdiri begitu saja.

Michelle mengatur nafasnya yang begitu terengah. Area vaginanya terasa basah. Ia menatap kesal ke Anin yang dengan santainya melepas handuk dan memakai pakaian di hadapannya. Apalagi Anin barusaja 'mengerjai' dirinya.

Michelle beranjak menuju kamar mandi sementara Anin terkekeh geli melihat tatapan kesal Michelle kepadanya apalagi poni depannya yang membuatnya terkesan semakin kenak kanakan. Setelah itu Anin memutuskan untuk turun ke bawah untuk membangunkan sang Bunda jika Bunda belum bangun tentunya.

******

Anin, Naomi dan Michelle sudah sampai di bandara. Anin menjadi yang pertama melihat Veranda, Zara dan Kyla. "Mami Vee!!!!" Sapa Anin dari jauh lalu memeluk Veranda. "Zara Kyla ya?" Tanya Anin.

Keduanya mengangguk. "Wah udah pada gede. Kirain masih kayak bayi" Anin mencubit pipi Zara. Zara memberontak. "Aaa sakit Kak Aninnnnn"

Naomi yang baru datang langsung mencubit pipi Anin dan menariknya. "Aduuhhh aduhhhh sakit Bunn" Anin mengelus pipinya yang perih karena cubitan Bundanya. Ia merengut kesal karena Bundanya kini mengajak Zara untuk pergi. Veranda dan Michelle yang memperhatikan daritadi tersenyum geli dengan tingkah Anin. "Kamu pake rambut gitu jadi mirip Zara Nin"

"Apasih, gak ya!"

"Mirip tau"

"Aku gak rambut panjang kemaren dikata mirip temen kuliah ku, Ci Yupi. Sekarang potong pendek dikata mirip Zara. Serba salahhhh bangetttt" Bawel Anin. Michelle mengecup pipi Anin kilat. Setelah dicium oleh Michelle, Anin memilih untuk pergi mendekati Bundanya sementara Michelle berjalan mendekati Veranda.  Veranda masih diam melihat adegan barusan. "Kalian dari kelas 2 masih pacaran?" Michelle mengangguk. Veranda melihat Michelle dari atas kebawah.

"Kamu.. hamil ya?"

"Eh kok Mami Ve tau?"

"Keliatan... Tapi tadi katamu.."

"Ceritanya panjang.."

Michelle menunduk, rasa geramnya terhadap Boby kembali hadir. "Maafin Mami" Michelle mendongak dan tersenyum. "Gak apa apa Mam"

Veranda mengajak Michelle untuk duduk. Michelle merasakan perasaan nyaman bersama Veranda. Ia mulai membuka mulutnya bercerita mengenai kondisinya saat ini, siapa penyebabnya dan apa yang terjadi selama ini.

Veranda tersenyum mengetahui kekuatan Michelle dalam menghadapi semua ini. "Kamu hebat Syel" Batinnya.

*****

Michelle dan Veranda kembali mendekati Anin dan yang lain. Dan tepat saat itu juga Gracia berlari ke arah mereka. Anin berlari dan menyambut Gracia. Keduanya berpelukan cukup erat. "Aaa kangen Geee"

"Kangen Aninnnn"

Semua yang ada disana tersenyum melihat itu. Shania tersenyum melihat Maminya dan mencium kedua pipi Maminya.

Gracia melepaskan pelukannya dna melihat Veranda yang tengah tersenyum ke arahnya. "Mami.."

Gracia memeluk Veranda erat, sangat erat. Veranda tersenyum mendengar isakan dari Gracia. Tangannya perlahan terangkat dan membelai rambut lurus Gracia. Shani tersenyum melihat keduanya, Veranda sadar dengan tatapan Shani lalu merentangkan tangannya mengisyaratkan Shani untuk ikut memeluknya.

Shani menggeleng tepat saat Gracia ikut mengarahkan pandangannya ke Shani. Dengan seenaknya Gracia menarik Shani dan Gracia segera memeluknya. Gracia mengeratkan pelukannya, Shani tersenyum melirik Veranda yang juga meliriknya.

"Makasih" Ucap Shani lirih.

*****

Shani, Gracia, Michelle dan Anin berjalan bersama di belakang yang lain. "Bisa bareng gini ya kita potong rambutnya"

"Kamu jadi mirip Zara Nin.." Anin mendelik kesal ke Shani lalu berjalan lebih cepat mendahului ketiganya. "Eh kabar Boby gimana? Dia gak ikut?" Tanya Gracia sukses membuat Anin berhenti. Michelle menyenggol bahu Gracia. "Eh kenapa?"

"Dia baik kok.." Ucap Anin tanpa menatap ketiganya. "Aku duluan" Anin berjalan cepat mengejar Bundanya. Shani menoleh ke arah Michelle meminta penjelasan. "Jangan bilang kalo Anin udah tau kamu hamil dari Boby?"

Gracia terkejut mendengar perkataan Shani. "Mich... Michelle hamil anak Boby?!!?" Shani langsung membekap mulut Gracia. "Jangan kenceng kenceng"

"Anin udah tau semuanya tadi malem. Dia mergokin aku yang dateng ke apartemen Boby. Tapi dia udah gak cari alesan lagi. Dia bilang semuanya tanpa aku paksa banget" Michelle menjelaskannya sambil ketiganya berjalan agar tidak tertinggal rombongan mereka.

Tanpa mereka sadari. Boby, orang yang daritadi mereka bicarakan sudah berada tak jauh dari mereka. Ia menatap miris ke arah Anin yang masih terpukul dengan kejadian tadi malam. Boby dengan segala keberaniannya menghampiri Shani, Michelle dan Gracia.

"Hei" Panggil Boby. Dirasa mengenal suara itu, Michelle berbalik dan melihat Boby dengan kaos polos serta celana pendeknya berdiri di belakang ketiganya. "Boby.."

"Dia.."

"Welcome to Indonesia Shan, Gre. Gw disini cuma mau ngucapin itu sambil ngelihat kesayangan gw"

"Lu masih mau nyebut Anin kesayangan lu?" Boby tersenyum mendengar bentakan Gracia. "Kamu orangnya keras Gre. Kayak Alm. Papamu"

"..." Gracia diam saat tau Boby mengenal Papanya. "Pak Keenan beruntung punya anak secantik dirimu dan Kakakmu, Shania. Ada hal yang Papamu titipin ke aku, Gre. Sebenernya aku mau ngasih ini pas nyambut kamu hari ini. Tapi semuanya gagal"

"Boby..."

"Minta Anin buat dateng ketemu aku malam ini kalo kamu mau tau apa yang Papamu titipin ke aku" Boby tersenyum lalu beranjak dari sana.

Gracia diam mencerna semuanya. "Aku ngerasa Boby ada hubungannya sama Papa dan Kakak kamu Gre.." Gracia mengangguk.

"Gre? Tadi siapa?" Gracia menoleh dan mendapati Shania di sampingnya. "Kak Shania jelasin semua tentang Boby"

Tbc

Saia lagi mager nulis naena masa 😂😂😂🤣😂🤣😂

Trip 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang