Joanna:Joy

55 3 0
                                    

14 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14 tahun yang lalu..

Aku masih ingat betul awan hitam itu. Ya awan hitam yang lambat laun telah bergeser pergi tertiup angin. Menyisakan keindahan langit senja yang bernaung di atas sana. Para peziarah mulai menutup payung hitamnya kala bulir air hujan sudah berhenti menapaki tanah.

Mataku tak henti-hentinya menatap seorang wanita yang tengah menangis seraya memeluk potret seorang pria yang mungkin adalah suaminya. Aku kembali menatap wajah sendu ayah. Aku tahu, wanita itu pasti mengingatkannya kala ibu meninggal.

Dan disana, aku melihat dia. Sesosok bocah laki-laki yang kerap kali membawa kameranya, dan aku kenal dia. Bahkan di pemakaman ayahnya pun dia tetap membawa benda itu.

Kini tubuh kecilnya menyusup keluar dari kerumunan orang. Tidak adak ada seorang pun yang menyadarinya, selain aku.
Dan tanpa ia sadari, aku mengikutinya dari belakang.

Ternyata ia pergi ke bukit belakang sekolah yang memang tidak jauh dari pemakaman. Kini aku benar-benar kelelahan menjajaki bukit ini dan aku kehilangan jejaknya. Ditambah lagi, kini lembayung senja perlahan-lahan mulai menghilang. Bahkan pemandangan di sini benar-benar membuatku bergidik.

"Ashton... " teriakku tanpa memikirkan kemungkinan pihak sekolah mendengarnya.

Samar-samar terdengar suara gemerusuk entah dari mana, yang membuat bulu kudukku semakin meremang.

Dan tiba-tiba bruk!!

"Ashton!? " pekikku terbelalak kaget menatap tubuh anak laki-laki itu yang jatuh di depan mataku.

"Aww.. " bocah itu meringis kesakitan. Kini ia mulai bangun seraya membetulkan lensa kameranya.

"Ah masih bagus.." katanya. Sepertinya ia bicara pada kameranya? ".. Oh no.. tidak-tidak.. Jangan lah mati.." katanya seraya menekan tombol kecilnya. Dan aku masih diabaikannya.

Tak lama setelah itu, ia mulai menatapku dengan mata sembabnya.

"Siapa kau? Apakah kau kerabatku?" tanyanya. Kini mata sembabnya itu menelisik menatapku. Yang benar saja ia tidak mengenalku?

"T..Tidak.. Aku tetanggamu,"

"Kau menguntitku ya.. "

"Apa? Tidak.. Tidak.. A.. Ku teman sekelasmu, kau ingat?" ingin rasanya aku tertawa. Yang benar saja, bukankah kini kami sama-sama sekelas di sekolah dasar?

"Syukurlah.."

"Well, apa maumu?" tanyanya.

"Ehm.. Aku cuman khawatir dengan keadaanmu setelah aku tahu ternyata kau tiba-tiba menghilang di pemakaman."

"Khawatir? Jangan bercanda.. "

Kini tangannya kembali sibuk mengotak-atik kamera itu. Wajahnya penuh dengan kekhawatiran dengan nasib benda kesayangannya. Aku ingat betul ketika ia kerap kali menggunakan benda itu untuk aksi jahilnya. Dan akulah salah satu korbannya. Bahkan aku masih ingat ketika ia tiba-tiba saja jongkok dihadapanku seraya menodongkan kameranya. Hal itu dia lakukan demi mendapatkan potret celana dalamku! Sungguh menyebalkan, dan aku tak mau mengingatnya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Will You See Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang