Prolog

439 30 15
                                    

           

Disebuah sebuah taman yang indah dikelilingi bunga yang bermekaran, seorang anak baru lahir berusia satu bulan menangis kencang. Dikelilingi oleh para Dewa yang tidak ada yang berani untuk menyentuhnya.

"Dia adalah anak Iblis."

"Dia anak yang diciptakan oeh Iblis."

"Dia hanya akan mendatangkan petaka bagi Alam Dunia."

Begitulah para Dewa berbicara tentang anak yang baru saja dibawa ke Alam Langit oleh seorang Dewa Penjaga di Bumi.

Dari kejauhan, laki paruh baya dengan jubah putih itu berjalan mendekati sang bayi. Dalam seketika, tangisan bayi itu pun berhenti.

Ia yang dipanggil sebagai Dewa Agung itu pun angkat bicara,"Ketika seorang manusia membuat perjanjian yang salah dengan iblis, itu sama saja dengan menyerahkan hidup mereka secara sukarela pada iblis. Tidak ada pengampunan. Tidak ada pembelaan. Hanya ada penyiksaan."

Suara yang sejak tadi gaduh, kini mulai hening. Tidak terdengar satu suara pun kecuali suara burung yang berkicau disekeliling mereka.

"Anak ini adalah korban dari perjanjian Iblis. Dan, kita tidak bisa membiarkannya berakhir di tangan Iblis."

"Lalu, apa yang akan Anda lakukan, Dewa Agung?"

Sang Dewa Agung terdiam. Sementara pandangannya melihat ke arah bayi perempuan yang tersenyum padanya.

"Menikahkannya dengan Dewa."

Mendengar pernyataan barusan, sontak para Dewa pun bergeming. Kegaduhan kembali terjadi.

"Ini akan menjadi pernikahan terlarang."

"Manusia dan Dewa tidak bisa bersatu."

"Apa itu tidak akan membahayakan kita semua, Dewa Agung?"

Dewa Agung menarik napasnya,"Biar bagaimanapun, kita harus melindunginya."

"Tapi..."

Dewa Agung memutar pandangannya, dan berhenti di satu titik. Pada seorang Dewa yang sejak tadi sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Nikahkan anak ini dengan Dewa Angin."

Mendengar ucapan Dewa Agung barusan, sang Dewa yang dimaksud menoleh pelan. "Apa?"

"Kenapa harus? Kenapa harus saya? Saya gak mau berurusan dengan manusia."

"Dewa Angin... Karena, kamu masih dalam masa hukuman, menjaga keselamatan anak ini juga merupakan sebuah hukuman."

Dewa Angin menggeleng cepat,"Saya gak mau."

"Sebagai gantinya, kekuatanmu akan dikembalikan."

Tergiur akan feedback yang diberikan, Dewa Angin pun goyah.

"Oke, berapa lama?"

"Kamu harus menjaga anak ini hingga usia 25 tahun. Tepat saat perjanjian Iblis itu lenyap."

"25 tahun? Oke, gak akan lama."

"Tapi..."

"Tapi?"

"Kamu harus menemukan anak ini sebelum usia 21 tahun."

"Hah? Kenapa?"

"Karena, darah milikmu yang akan disatukan dengan anak ini hanya dapat melindunginya hingga usianya 21 tahun."

"Yaudah, kalo gitu saya akan tinggal bersamanya. Jadi gak perlu repot mencari."

"Gak bisa!" seru para Dewa yang lainnya secara bersamaan.

"Kenapa?" Dewa Angin menjawab

"Kamu harus menyelesaikan masa hukumanmu di Alam Langit sebelum turun ke Bumi."

Dewa Angin tertawa kecil,"Menjaga manusia di Bumi, tapi tetap harus menjalani hukuman disini? Kalian bercanda?"

Seketika, mata sang Dewa Angin berubah menjadi biru. Menandakan ia sedang bermain dengan amarahnya.

"Kalo gak setuju, yaudah. Kekuatanmu tidak akan dikembalikan sampai masa penetralisiran habis."

Suasana berubah menjadi serius. Bahkan, Dewa Angin yang sejak tadi menanggapinya dengan santai, kini berubah menjadi lebih serius.

"Oke. Aku setuju."

Dengan demikian, cara terlarang ini akhirnya dilakukan. Demi melindungi satu nyawa anak manusia yang bahkan bisa dikendalikan Iblis dan membahayakan orang lain. Atau, bahkan, ia juga bisa membahayakan seisi dunia manusia.

Suara bayi yang sejak tadi terdiam pun kembali menangis, kala sebuah jarum kecil menembus kulitnya yang lembut. Hanya dibutuhkan satu tetes darah dari bayi suci itu untuk merubah takdirnya.

Hanya satu tetes, dan semua berubah.

Darah bayi tak berdosa itu, dicampurkan dengan darah milik Dewa Angin di sebuah tempat bertahtakan emas yang berkilauan.

Perlahan, gelas itu memancarkan asap kebiruan. Tanda bahwa pernikahan antara Dewa dan manusia telah terjadi.

Tanda bahwa, ada sebuah perjanjian bertaruhkan nyawa yang telah disepakati.

Satu nyawa dilahirkan hanya untuk dipertaruhkan. Membuat Dewa harus turut campur tangan demi menyelamatkan nyawa sang anak dari ancaman Iblis jahat yang mengincar nyawanya.

"Satu hal yang tidak boleh dilanggar dari pernikahan terlarang ini. Salah satu diantara kalian, tidak ada yang boleh saling jatuh cinta. Jika tidak, maka konsekuensi kematianlah yang akan terjadi pada salahsatunya."

AzkadinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang