"Ini tidak mungkin."
Tekanan psikis yang kuat membuat syaraf otaknya tak bekerja semestinya. Mengakibatkan kesadaran terputus bahkan sekedar untuk merasakan apa yang ujung jarinya sentuh. Waktu berdenting kuat tak mampu terasa hingga pekikan keras menghentikan segalanya.
"Aakh!"
Sepatu beralas datar menubruk keras kepala bersurai pirang. Terhentilah segala aktivitas yang berlangsung. Di sini, si mata bulan berusaha kuat menunjukkan eksistensinya. Dia yang masih berdiri di ambang pintu, memancarkan kuat aura permusuhan tak terbantah.
"Apa yang kalian lakukan..." itu penuh dengan kegetiran hati. Suara yang terdengar berat dan bergema, menghantarkan dominasi kuat yang cukup menggetarkan. Diselingi dengan napas memburu terputus-putus, Yunani menatap dua insan di hadapannya, murka. "Ha!?"
Teriakan itu sukses membuat salah satu dari mereka berjengit takut. Enam belas tahun hidupnya, pertama kali dia melihat kakaknya marah.
Sangat marah.
Dia yang duduk di atas tubuh kekar, menundukkan wajah takut. Samar, tangan kokoh mendorong pelan tubuhnya hingga berguling ke samping. Terputusnya kontak tubuh mereka di bawah membuatnya sedikit melenguh. Masih terasa nikmat yang tertinggal, akan membekas dan selalu dikenangnya.
Sebuah percintaan panas dengan calon Alpha.
Gerakan disertai suara menjijikkan lekat dalam ingatan Yunani. Dia menyaksikan bagaimana tubuh sintal adiknya bergerak-gerak di atas tubuh Matenya. Mencoba mencari kenikmatan melalui pusat tubuh mereka yang bersatu. Kilau emas dari surainya, menciptakan sensasi tersendiri bagi keduanya.
Seperti tak peduli bahwa ada dua kakak-beradik memperhatikannya, Steven meraih celananya dan memakai santai. Dia mengunci zipper kemudian menoleh pada gadis bersurai perak. Menatapnya aneh.
"Kau di sini?" Sejenak, dia memiringkan kepala sambil mengernyit. "Untuk apa kau di sini?"
Bola mata mutiara yang berkilauan meredup. Membesar bersamaan dengan pertanyaan ringan calon Alpha seolah tak merasa baru melakukan sesuatu yang mengerikan.
"Bukankah hukumannya berlaku hingga besok? Lalu mengapa kau di sini?" Steven menyipitkan mata pada Yunani. "Kau—melanggar perintahku, Yunani?"
Bergerak pelan netranya sebelum kemudian mengerjap dan menancap pada biru safir yang membius. Biru, yang kini menyakitinya. "Kau mempermasalahkan aku yang melanggar perintahmu di saat kau bermain api di belakangku?"
"Memang apa salahnya?"
Apa salahnya?
Apa salahnya?
Apa salahnya?
Pertanyaan yang membuat seorang Yunani Aaron memusatkan pemikirannya pada satu titik tersebut. Tak biasanya gadis cerdas itu membutuhkan waktu lama untuk mencari satu jawaban dari sebuah pertanyaan. Apa salahnya? Setidak jelas apa kesalahan seorang mate yang berselingkuh dengan gadis lain sampai seorang calon Alpha tak paham?
"Cih, aku tak mengerti lagi bagaimana cara menjauhkannya dari hidupku. Sudah kukirim pergi jauh pun wanita ini tetap kembali. Sangat mengesalkan." itu diungkapkan dalam bentuk gumaman. Ditujukan untuk dirinya seorang tanpa maksud didengar oleh si gadis bersurai perak meski itu mustahil. Di akhir kalimat, Steven tersenyum miris untuk nasibnya yang tak berhasil membuang pasangannya sendiri. Sedang sisi berbeda, Yunani mengerjapkan mata pelan sambil menahan air mata. Bukti sakit yang mendera jantung.
"Jadi, kau melakukan itu untuk menjauhiku?"
"Kau tak sadar?" Steven membalas cepat. "Memang menurutmu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]
WerewolfKecewa dan patah hati menuntun seorang Yunani pada kegelapan. Di suatu malam perayaan, dia melihat sendiri Matenya bermain api bersama adik angkatnya. Semua orang menghakiminya, untuk suatu perbuatan yang tak pernah dilakukan. Dia disingkirkan dari...