Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal, aku yakin kita akan dipertemukan kembali.
-kayla-
"Lo kenapa sih murung gitu?" ucap ririn yang duduk disebelah bangku kayla.
Sedari kemarin sejak pertemuannya dengan alvaro, kayla memang terlihat murung, apalagi mata pandanya terlihat jelas yang pasti disebabkan karena menangis dan kurang tidur.
Ririn yang menyadari itu sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya, ia tidak tau pasti kenapa kayla seperti itu karena sedari tadi kayla tidak pernah bersuara. Yang ririn tau, kayla mungkin seperti itu karena alvaro yang akan pindah hari ini tapi kenapa kondisi kayla terlihat sangat terpukul."Kayla, jawab dong! Gue khawatir!!" ucap ririn lagi, ia berharap kayla akan menjawabnya.
"Gue mau sendiri!" gumam kayla beranjak dari tempat duduknya. Kayla tau jika sahabatnya itu sangat khawatir, tapi waktunya belum tepat untuk mengatakan semuanya.
Kayla berjalan menelusuri koridor yang sedikit ramai karena para guru sedang mengadakan rapat, tatapannya kosong seperti tidak mempunyai rasa semangat untuk hidup. Orang yang melihatnya pasti berpikir ia zombie hidup.
Tanpa disadari seorang laki-laki mengikuti langkah kayla menuju taman belakang sekolah yang terlihat sepi, cowok itu terlihat tenang dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Sorot matanya menampilkan ketenangan tapi juga terlihat rasa khawatir disana.
Langkah kayla berhenti tepat didepan sebuah bangku panjang yang berada dipinggir taman sekolah itu. Langkahnya itu membuat cowok yang sedari tadi mengikutinya terpaksa berhenti tetapi jaraknya sedikit jauh dari tempat kayla.
Matanya terus memperhatikan gerak-gerik kayla, sampai ia melihat setetes demi setetes air bening terjatuh dari kedua mata kayla, ia menangis. Cowok yang melihat hal itu hanya menghela nafas dan mulai melangkahkan kakinya mendekati kayla. Saat sudah berada di samping kayla cowok itu menoleh sebentar melihat kayla yang ternyata belum menyadari kehadirannya karena kayla menundukkan kepalanya sambil menangkup wajahnya. Bahunya terlihat bergetar. Cowok itu langsung duduk disamping kayla sambil terus menoleh melihat gadis itu.
"Air mata lo lebih berharga dari pada cowok kayak gue!" ucap cowok itu sambil memalingkan wajahnya dan mulai melihat lurus kedepan. Yah dia adalah alvaro, laki-laki yang sudah membuat kayla seperti itu.
Mendengar suara yang tentu kayla kenali, ia semakin tidak bisa membendung air matanya, tanpa menoleh memastikan jika itu memang benar alvaro, kayla menangkup wajahnya erat tetapi tubuhnya semakin bergetar, ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya agar tidak bergetar dan tersedu.
Alvaro kembali menoleh karena mendengar tangisan kayla yang bukannya berhenti tapi semakin menjadi. Alvaro lagi-lagi menghela nafas berat.
"Maaf!" ucapnya menatap kayla.
Mendengar itu kayla spontan menoleh sambil mengusap wajahnya kasar. Wajahnya terlihat sangat berantakan sekarang. Sampai-sampai alvaro yang melihatnya sedikit kaget.
"Lo kemarin udah minta maaf, dan sekarang lo juga ucapin hal yang sama. Gue udah jengah dengarnya!" ucap kayla berusaha membalas tatapan alvaro, suaranya terdengar serak karena tangisannya tadi. Setelah mengatakan itu, kayla kembali meneteskan air mata, ia sama sekali tidak bisa menahannya walaupun ia sudah berusaha sampai menggigit bibir bawahnya tapi tetap saja air matanya berhasil lolos keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Teen FictionQuinindha Kayla Putri, seorang gadis biasa yang melanjutkan sekolahnya di salah satu sekolah unggul di Jakarta selatan. Ia sering dipanggil oleh temannya dengan sebutan Kayla, ia juga terkenal ramah,pemarah dan juga cerewat tapi pendiam saat bersama...