"Ebuseett...dia kenapa sih Kin?" Haechan menggerakkan dagunya ke Vanya.
"Bicara tuh sama tembok!"
Kina dan Vanya segera meninggalkan Haechan yang bingung sendiri. Gimana gak bingung? Pagi-pagi udah disemprot di parkiran sekolah. Baru selesai parkir loh ini. Salah Haechan apa coba?
"Sebel. Kalo udah tau kenapa gak kasih tau dari dulu sih? Kan gue ada persiapan gitu. Apa gue bisa nyari kado buat kedatangannya ke indo lagi"
Kina hanya menghela nafas.
"Pukulin aja si Haechan"
"Maunya sih gitu"
"Eh tapi kenapa dari tadi Lucas liatin elo sih?"
"Hah?"
Vanya mengikuti arah gerakan bola mata Kina. Dan di pojok kelas, Lucas sedang melihatnya dengan dahi berkerut.
"Dia kenapa sih Kin? Kok gue merinding gitu"
"Mana gue tau. Tanya gih"
"Eh ya ampun! Kan gue lupa. Si Lucas ngajak kelompokan ih"
"Kapan?"
"Gak tau, mau tanya ini"
Vanya segera mengeluarkan hape dari tasnya.
"Ya kali satu kelas tanya pake hape! Tanya langsung sana!"
Aduh, itu mulut apa toa sih? Kok sama aja kayak Haechan kalo lagi teriak.
"Gak usah kencang-kencang kalii"
"Ya kalii lo aneh sih"
Vanya ingin menjawab omongan Kina tapi diam ketika Lucas berjalan ke arahnya.
"Mampus. Gue harus gimana Kin? Ya ampun. Gue harus jawab apa nanti? Ebuseett dia udah hampir deket. Bantu gue lah kin. Ih kina mah cuma diem aj---"
"Vanya kan?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kampret. Masa iya gak inget?
"Iya?"
"Nanti ke.lom.pok.an"
Udah. Habis itu Lucas pergi dengan gaya coolnya. Vanya maupun Kina hanya bisa melongo.
"Dia punya penyakit sosial apa gimana sih?" Tanya Kina. Vanya hanya menggeleng sambil tersenyum kecil.
____________
"Gue.grogiii!! Arrgh!!!"
Yuta dan Jungwoo hanya bisa melihat prihatin teman satunya itu. Gak ada angin, gak ada hujan, tuh cowok langsung lari ke kantin terus gebrak meja.
"Ngapain sih lo?"
"Tau. Pantesan Jumat masih lama. Kehabisan obat?" Ini Jungwoo.
"Kampret. Bicara sama dia aja udah bikin deg-degan gimana kalo kelompokan nanti"
"Ya udah biar gua aja yang wakilin. Kan enak"
Plak!
Satu pukulan keras mengenai kepala Jungwoo.
"Sakit bego!"
"Aduduh, Jungwoo ku sayang sakit? Ini gue tambah lagi. Mau pake apa? Batako? Batu bata?"
"Pake cinta boleh kok"
Yuta langsung menoyor kepala Jungwoo. Ini kayaknya gak ada yang normal kecuali dia sendiri.
"Gua harus gimana ini?"
"Ya udah jalani aja. Repot amat"
Yuta langsung berdiri karena bel masuk sudah bunyi.
"Gua sumpahin ya lo gak bakalan naik kelas tahun ini!"
"Ngga mungkin lah, secara gue pintar. Gak kayak elo"
Dengan sopannya, Jungwoo membungkuk sambil tersenyum. Senyum ngejek maksudnya. Ingin banget Lucas melempar dua temannya itu ke angkasa. Biar tinggal di bulan dan ngga bisa balik lagi..
___________
"Gue duluan ya Van"
"Oke"
"Vanya! Jagain akang Lucas demi gue" bisik Arin.
"Ishh"
"Hati-hati lo nanti diterkam lagi" ini Jessy.
"Ya ampun, emang Lucas singa apa?"
"Gua apa?"
Seett, eh ada Lucas. Udah di belakang Vanya aja. Vanya hanya bisa melotot ke tiga temannya yang dengan enaknya pergi gitu aja.
"Ah ngga. Udah buruan ngerjain. Gue laper"
"Emang gue ngga?"
"Eh, emm itu"
"Ya udah ayok. Lo duduk biar enak gitu. Ya kali ngerjain sambil berdiri"
"Eh oke-oke"
Dan semua tidak tau kalo diantara mereka ada orang yang berusaha buat meredam detak jantungnya yang sangat cepat.
"Astaga, gue bisa mati kalo kayak gini terus. Demi apapun! Gue pengen meluk yang ada di sebelah"