1. Kandas

37 7 2
                                    

Awal dan akhir, datang dan pergi, pertemuan dan perpisahan selalu sejalan.

"Dia pergi, entah untuk sesaat atau selama nya. Aku relakan dia pergi, akan tetapi aku tak kan rela dia kembali."

--------------------------------------

Hujan turun dengan deras nya seakan-akan mewakili kesedihan yang Nara rasakan. Nara berada di bawah rintikan hujan, air mata nya pun tak bisa dibendung lagi.

Nara kecewa dengan keadaannya, mengapa takdir selalu mempermainkan nya?

Sedari kecil ia tidak pernah merasakan kehidupan yang membuatnya bahagia. Hanya ada satu sumber kebahagiaan Nara, tetapi hari ini kebahagiaan satu-satunya pergi.

Ingin rasanya Nara menghilang dari bumi ini, tidak akan ada yang perduli ada dan tiada nya Nara.

Hari mulai senja, hujan mereda. Nara tidak bergeming di tengah taman yang sepi karena hujan. Nara larut dalam pikirannya, dia masih mengingat kejadian tadi.

Nara sangat senang karena pacarnya, sumber kebahagiaan nya sedari kecil mengajak nya bertemu di taman.

Sesampainya di taman, Nara melihat pacarnya sedang berdiri di tengah taman dan membawa sebuah boneka yang ia yakini untuk dirinya.

"Hai," sapa Nara dengan ceria.

Pacarnya itu memberikan sebuah boneka kepada Nara. Nara menerimanya, "Terimakasih, pacar." Nara tersenyum lebar, sungguh yang ada dalam benaknya dia menyayangi sesorang yang ada dihadapannya ini.

Pacarnya membalas senyum Nara, tetapi yang Nara lihat senyum kasedihan. "Itu pemberian terakhir aku," ucap nya. "Maksud kamu?" tanya Nara dengan hati-hati.

Cowok yang sedang menatapnya ini menghela nafas. "Aku mau kita putus, aku sudah menemukan pengganti kamu. Aku mau jujur, sebenarnya selama ini aku hanya kasihan sama kamu. Maaf aku bukan yang terbaik buat kamu, kamu jaga diri baik-baik ya, aku pergi." dia berbicara seperti tidak ada beban.

Mata Nara mulai berkaca-kaca, bahu nya naik turun menahan sesak di dada. Cowok yang berada dihadapannya ini mengusap rambutnya dan memeluknya sambil mengucapkan kata maaf dan pergi berlalu meninggalkan Nara sendirian.

Nara hancur, hati nya hancur berkeping-keping. Sampai akhirnya bulir-bulir air mata nya berjatuhan dan hujan yang menemani.

Nara tersadar dari lamunannya, seluruh pakaian nya basah dan boneka pemberian mantan nya pun ikut basah.

Nara ingin pulang tapi tidak ingin kerumah nya yang sepi, dia butuh teman. Nara mencoba menghubungi Bella, sahabatnya. Dia ingin menginap dirumah sahabatnya itu bila diperbolehkan. Akhirnya sambungan telfon mereka pun tersambung.

"Hallo Nar,"

"Iya Bell," ucap Nara dengan suara serak.

"Lo kenapa Nar?" tanya Bella yang mulai panik.

"Gue boleh nginep di rumah lo gak Bell?" tanya Nara tidak mengindahkan pertanyaan Bella.

"Sorry Nar, gue gak ada di rumah. Gue lagi di rumah omah, ada acara keluarga." ucap Bella tak enak hati.

"Iya gue ngerti, yaudah gue tutup telfonya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KENARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang