Aku tidak tahu entah genre apa yang tengah mendominasi diriku sekarang.
Rasa sedih, marah dan benci bergabung begitu saja.
Semuanya bercampur dan itu membuatku bingung sendiri dengan kondisi perasaanku.
Jeon Jungkook. Aishh aku harap aku bisa menendangnya sekali.
Bagaimana bisa ia menghancurkan dan membingungkan moodku dalam waktu bersamaan?
Aku menyenderkan punggungku ke pintu. Sejenak mataku terpejam lelah.
Suasanaku sedang tidak bagus. Jadi aku memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar.
Kuno sekali.
Padahal umurku masih delapan belas tahun tapi rasanya seleraku seperti orang yang berusia empat puluh tahun ke atas.
Hah, konyol.
Dengan punggung yang masih merekat di pintu, tubuhku menyorot turun ke lantai.
Seolah ada permen karet yang menempel di antara punggungku dengan pintu belakang.
Kepalaku terangkat mengadah.
Langit malam hari ini tidak terlalu indah dan juga tidak terlalu buruk.
Pikirku jika aku keluar aku dapat menatap langit yang penuh dengan manik bintang berkilauan.
Tapi kurasa ekspetasiku terlalu tinggi. Malam ini langit terasa sangat kosong. Sama sekali tidak ada bintang disana, yang kudapatkan cuma hanyalah lautan hitam yang sedikit terang.
Biasanya jika malam hari kelihatan terang maka sebentar lagi bakal hujan.
Sejauh ini hal itu hanyalah spekulasiku. Menurut pengalamanku hal tersebut benar terjadi.
Aku mendengus lalu melirik bentar piring di tanganku.
Masih banyak sisa makanan di piring itu. Aishh, aku heran kenapa ia tega sekali untuk membuang seluruh makanan ini.
Ini namanya mubazir.
Aku menggaruk tengkuk leherku sendiri bentar merasa frustasi, ini terlalu sayang untuk dibuang.
Saat aku mulai berputus asa tak sengaja aku melihat sesuatu. Perlahan ujung bibirku terangkat.
"Chokie-ah! Pas sekali kau datang. Yak, aku membawakanmu makanan. Kemarilah!"
Aku memberi tanda isyarat agar anjing itu mendekat dan sesuai yang kuharapkan anjing itu datang dengan lidah menjulur keluar.
Dalam sekejap anjing itu sudah ada di pangkuanku. Tanpa pikir panjang aku langsung memeluk tubuh anjing itu dengan gemas.
"Yak, kenapa kemarin tidak datang eoh? Heol, lihatlah tubuhmu ini. Kotor sekali."
Kepalaku menggeleng bentar.
"Oh, aku punya makanan untukmu." Aku meletakkan piring itu dekat ke arah chokie.
Baguslah, aku tidak perlu membuang makanannya. Seharusnya dari awal aku memberikan makanan ini ke anjing daripada kasih ke Jungkook si bangsat itu.
Setidaknya anjing ini bisa memakannya dengan lahap tanpa mengomel.
Dia? Tch, makan satu sendok aja omelannya sudah seperti juri makanan saja.
Memangnya ia itu chef ? Seenak pantat saja ia mengomel masakanku.
Kalau ia tidak suka dengan masakanku lalu untuk apa ia memintaku masak? Lelaki brengsek.
Aku beranjak dari tempat, memutuskan untuk masuk sebentar ke rumah.
Tepat pada saat aku masuk, dengan sekejap mataku memanas. Tidak, bukan karena aku nangis. Alih-alih menangis aku malah emosi.
Secara tidak sengaja aku mendengar suara mengerikan muncul dari sofa sana.
"Ahh.. ah J-jungkook ahh."
Desahan gadis.
Jeon Jungkook.. arggh kenapa melakukan 'itu' di sofa? Tidak bisakah ia melakukannya di kamar?
Shit! That bastard.
Saat kulihat Jungkook berniat membuka baju gadis itu dengan cepat aku kembali keluar dan menutup pintu.
Entah untuk berapa kalinya aku mengacau rambutku. Sungguh. Takdirku buruk sekali.
Bagaimana bisa aku menikah dengan orang bajingan sepertinya. Di sekolah ia mungkin terlihat "baik" tapi tidak di rumah.
Setiap malam ia bakal mengajak gadis asing ke dalam rumah dan melakukan 'itu'
Aku tidak mengerti kenapa ia melakukan hal sekotor itu pada saat SMA.
"Aishh seharusnya aku tadi tidak masuk. Sial!"
Tapi biar begitu aku tidak bisa melakukan apapun. Bahkan melaporkannya hanya membuat ajalku dekat.
Hah, ia membuatku stres.
Seumur hidup baru kali ini aku bertemu dengan tipikal laki sepertinya.
Oh tuhan, miris sekali hidupku.
"Demi Tuhan, apa yang harus kulakukan?"
Hidupku sial sekali. Sebenarnya di kehidupan masa lampau apa yang kuperbuat sampai aku mempunyai kehidupan buruk seperti ini?
Rasanya ingin sekali aku bertemu doraemon dan meminjam alatnya untuk pergi ke masa lampau.
Aku mendengus kasar. Aku percaya kalau suatu saat aku akan mendapatkan sebuah kehidupan yang lebih baik, dan aku juga percaya kalau suatu saat aku bakal bisa melewati cobaan ini.
Tapi.. apakah aku boleh terlalu berharap?
✩Bad Destiny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny [PROSES REVISI]
Fanfiction#64 In cerpen. #293 In FF. #82 In jjk. #414 jeonjungkook #770 fiksipenggemar Bermula dari perjodohan bawah umur, sampai tinggal di bawah atap yang sama dengan Jeon membuat Park Hyerin merasa sangat sial. Tidak pernah disangka dalam pikirannya bahwa...