"Dibalik tawa seseorang, ada luka yang berusaha ia pendam dalam-dalam."
Pagi ini Aurora dan Putra berangkat ke sekolah secara bersamaan lagi. Karena tidak bisa menolak, Aurora akhirnya berangkat ke sekolah dengan perasaan ikhlas tidak ikhlas.
"Besok rapih-rapihnya cepetan dikit, lumutan gue lama-lama nungguin lo." Dumal Putra yang memang sudah menunggu Aurora sangat lama.
"Lo kalo jemput liat-liat jam, lo kepagian." Sahut Aurora yang tidak mau kalah.
Entah antara Aurora yang terlalu lama bersiap-siap atau karena Putra yang terlalu pagi menjemput Aurora.
"Ya lo nya lama, gue jemput jam segini mah pas." Putra masih tetap menyalahkan Aurora.
Aurora yang memang sudah naik ke atas motornya Putra itu pun langsung memukul kepala bagian belakang Putra yang terbalut helm. "Bacot, cepet jalan. Gue gak betah lama-lama sama lo." Cibir Aurora.
Putra tak merespon ucapan Aurora, dengan rasa kesal ia langsung menancapkan gasnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia menarik remnya secara mendadak, dan hal itu sontak membuat Aurora terus menerus mendumal. Putra senang sekali meledek Aurora. Baginya, membuat Aurora kesal adalah yang menyenangkan.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan mereka yaitu sekolah.
Aurora langsung turun bergitu motor itu terhenti di parkiran sekolah, lalu ia meninggalkan Putra yang sedang merapihkan diri. Aurora sedikit berlari karena ia tidak ingin jalan berdampingan dengan Putra seperti kemarin. Putra yang melihat itu pun hanya bisa terkekeh sambil menggeleng saat melihat kelakuan Aurora yang kian lama kian menjauh dari pandangannya.
Sesampainya di kelas, mereka langsung duduk di kursi masing-masing. Tak lama kemudian seorang guru masuk, guru itu adalah wali kelas 11 MIPA 3.
"Pagi anak-anak, hari ini ibu mau membentuk kelompok belajar. Karena ibu lihat banyak nilai yang menurun, jadi ibu membentuk kelompok untuk membantu kalian belajar. Barangkali kalian memang lebih bisa mengerti jika diajari oleh sesama teman kalian." Sapa Bu Wati selaku wali kelas mereka.
Mendengar perkataan wali kelas mereka, seantero kelas sekatika menjadi ricuh. Sebagian dari mereka menyambut dengan lapang dada informasi tentang pembagian kelompok belajar itu, tetapi sebagiannya juga banyak yang tidak menyetujui kelompok belajar itu. Bagi sebagian murid penghuni kelas 11 MIPA 3, membuat kelompok belajar tidak akan mengubah apapun, termasuk nilai mereka.
Aurora yang memang tidak tertarik dengan hal semacam itu pun hanya diam sambil melihat teman-temannya yang sedang membujuk Bu Wati untuk membiarkan para siswa memilih kelompok belajar mereka sendiri.
"Tidak bisa, jika kalian menentukan kelompok belajar sendiri yang ada kalian tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Kelompok belajar ini juga digabung dengan kelas lain, jadi kalian tidak hanya belajar dengan teman sekelas kalian. Kebetulan kelompok kalian akan di gabung dengan kelompok belajar 11 MIPA 1. Satu kelompok perkelas berisi 4 orang, dan itu terdiri dari murid dengan nilai tertinggi dan dengan nilai yang kurang baik. Jadi pembagiannya adil." Bu Wati menjelaskan pembagian kelompok itu secara detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Choices《Revisi》
Teen FictionKiandra Aurora Williams, gadis yang hidupnya serba berkecukupan namun tidak dalam hal kasih sayang. Tumbuh di keluarga yang tidak harmonis dan mempunyai pengalaman masa lalu yang tragis membuat dirinya banyak berubah dari kepribadian sebelumnya. Hid...