Sidney membereskan mejanya. Jam praktek sudah selesai, saatnya ia pulang. Begitu keluar ruangan ia pamit pada suster Dahlia dan Mega. Perawat yang membantunya hari ini. Kemudian melangkah menuju tempat parkir. Dimana mobilnya sudah menunggu dengan manis.
Sudah hampir jam sebelas malam. Dengan pelan ia membelah jalanan kota Jakarta yang masih ramai. Apalagi besok hari libur. Sidney tersenyum sendirian. Pekerjaannya sebagai seorang dokter anak membuatnya harus membuka praktek. Walau sering pulang kerja selarut ini, ia suka. Karena memang menyenangkan bisa berinteraksi dengan anak kecil sepanjang hari.
Sidney kembali tersenyum lega, seberapa penat pun ia, rumah adalah tempatnya pulang. Walau sudah lama rumah itu tak lagi sama. Tepatnya semenjak papa meninggal enam tahun yang lalu. Namun mama masih selalu menantinya. Karena kembarannya Ceci jarang pulang. Akibat sering bertugas ke berbagai daerah.
Sesampai di rumah, lampu ruang tengah sudah dimatikan. Pertanda tidak ada lagi aktifitas. Entah kemana kembarannya Ceci. Walau mereka kembar namun pilihan profesi mereja berbeda sangat jauh. Ceci memilih menjadi jurnalis. Meneruskan profesi almarhum papa. Sementara ia, lebih suka menjadi dokter. Sesuai profesi sang kakek.
Memasuki kamar ia melihat ada sebuah buket bunga terletak diatas meja riasnya. Tanpa melihat ia bisa tahu. Pengirimnya adalah Bragy, pria yang paling dibencinya seumur hidup. Dan ia juga tahu pasti, mamanya lah yang meletakkan buket itu disana. Sidney meraih kartu yang terselip
Happy birthday my sidney. Walau aku terlalu jauh, tapi aku berharap akulah yang pertama mengucapkan
selamat ulang tahun ke 30.
Semoga sehat dan bahagia selalu, meski aku tidak boleh berada disampingmu.
Note: kalau kelak aku harus pergi, maukah kamu mengunjungiku dengan membawa mawar putih seperti ini ne?
Sidney menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan kasar. Bragy, nama yang tidak pernah ingin didengarnya lagi. Besok memang hari ulang tahunnya. Dan laki laki itu benar. Dialah yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk yang pertama kali. Walau delapan tahun ini tidak ada lagi dering telfon untuknya.
Sebenarnya bukan tidak ada, tapi Sidney yang menolak. Ia terlalu kecewa pada Bragy. Pada setiap keputusan dan juga sikapnya. Bragy terlalu melukai Sidney dan bahkan sulit untuk dimaafkan.
***
Disudut kota Catalunia
Bragy dan Senja sedang duduk dengan bir masing masing. Saat ini sedang musim panas.
"Gimana Sidney" tanya Bragy sambil menatap ke kejauhan.
"Elonya mas, belum apa apa yang ditanya malah mbak Sidney. Kok bukan nanya kabar gue sih?"
"Gue tahu elo baik baik aja. Jadi nggak perlu ditanya" jawab Bragy lagi.
"Jangan terlalu dingin mas jadi cowok. Elo anget aja belum tentu mbak Idne bisa balik lagi ama elo. Apalagi kayak gini?" Ejek Senja sepupunya
Bragy hanya diam sambil terus menghisap rokoknya. Bertemu dengan Senja jelas mengungkit kenangan tentang Idne. Karena Senja dan Idne punya profesi sama dan bekerja di rumah sakit yang sama. Sidney perempuan yang selalu ia puja semenjak dulu. Tapi kesalahan itu memang tidak mudah untuk dihapus. Buktinya sudah delapan tahun, tapi kata maaf itu tak kunjung didapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KU KEJAR KAU CINTA ( CERITA LENGKAP DI DREAME )
General FictionBragy adalah pemilik Sidney. Semua orang tahu itu. Hanya saja sejak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Hubungan keduanya menjadi renggang.