Perasaan cinta datang karena terbiasa.
Cinta akan terasa sangat manis di awal layaknya bunga musim ceri, dan perasaan itu akan berubah sangat pahit pada akhirnya.
Fase tersebut terus berulang dan berulang tanpa akhirnya. Layaknya rantai.
Walaupun ada seseorang yang berharap cinta ia akan terus indah untuk selama-lamanya.
Hal tersebut mustahil.
Karena di setiap tali hubungan antar kekasih tidak selamanya bertahan. Tali tersebut akan perlahan putus.
Saat salah satu dari antara mereka pasti akan berjalan menjauh dari tempat awal ia berdiri.
Sehingga mau tidak mau tali tersebut akan otomatis terputus, dan berakhir dengan kepedihan.
Cinta tidak sepenuhnya indah.
Cinta tidak sepenuhnya abadi.
Tapi, cinta tidak sepenuhnya salah.
Tidak salah jika kau mencintai seseorang, karena cinta adalah sebuah bentuk kerja sama biologis,
Dimana emosi masing-masing pihak di perlukan untuk memenuhi naluriah.
Cinta berfungsi sebagai sumber kesenangan dan sumber pengetahuan.
Sungguh. Itu abstrak sekali.
Tetapi itulah kebenarannya.
Kalau saja hubungan kami sampai di situ, maka tidak akan ada cerita yang mengisahkan kami berdua di dunia ini.
Aku tidak mau egois.
Kenapa? Karena terkadang cinta membuatmu egois. Manusia juga terkadang menjadi agresif jika sudah bicara jodoh.
Tapi, untuk kali ini aku akan bersikap egois.
Aku ingin melupakan semua orang, mengabaikan dunia, dan melupakan asal usul serta latar belakangku.
Tanpa beban, tuntutan, ataupun harapan.
Sungguh. Di era modern begini apakah perjodohan di bawah umur masih trending?
Tidak, ini konyol. Umurku baru delapan belas tahun, men.
Aku membenci permintaan orang tuaku yang telah menjodohkanku dengan psychopath gila itu.
Dan aku benci dengan diriku sendiri karena sudah mencintai dia.
.
.
.
.
.
Aku ingin melupakan perasaanku dengannya..
Tapi apakah aku bisa melupakannya?
To Be Continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Destiny [PROSES REVISI]
Fanfiction#64 In cerpen. #293 In FF. #82 In jjk. #414 jeonjungkook #770 fiksipenggemar Bermula dari perjodohan bawah umur, sampai tinggal di bawah atap yang sama dengan Jeon membuat Park Hyerin merasa sangat sial. Tidak pernah disangka dalam pikirannya bahwa...