[1]

1.9K 229 32
                                    

◜                                        ◝- - ◂ ❚ ♫ ❚ ▸ - -morgan powers • black coffee◟                                         ◞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

◜                                        ◝
- - ◂ ❚ ♫ ❚ ▸ - -
morgan powers • black coffee
◟                                         ◞

Pukul 15.40.

Kalau dihadapkan pada pilihan ingin memperlambat waktu atau justru mempercepatnya, Fio tidak tahu harus memilih apa. Dadanya berdebar menanti; ingin buru-buru menghadapi kenyataan-baik yang pahit atau pun manis. Fio bersumpah, perutnya serasa bergejolak dan ia merasa mual. Keringat dingin membasahi kaus tipisnya. Ia memilih tidur-tiduran di atas kasur; berusaha tak memedulikan waktu dengan menggulir linimasa media sosial dan membaca e-book, sesekali ia membuka video sembarang di Youtube. Namun ketika semua hal itu sudah dilakukannya berkali-kali, waktu seperti baru belajar merangkak dan itu membuatnya frustrasi.

Kegiatan terakhir yang bisa diharapkan tidak lain adalah tidur. Baiklah. Setel alarm, tarik selimut, pejamkan kedua mata.

Awalnya sulit, namun Fio untungnya jatuh terlelap setelah dalam hati menghitung domba. Bisa dibilang ia tidur nyenyam. Dan seolah semesta yang membangunkannya, Fio membuka kelopak mata sebelum alarmnya meledak. Tangannya segera meraih ponsel dan melihat jam yang tertera di layar.

Pukul 16.50.

Sejenak memicingkan mata, Fio merasa jantungnya bertambah berdebar cepat. Ia bangkit dan meninggalkan kamarnya. Sesudah memastikan Wi-Fi tersambung pada gawainya, gadis itu membuka cepat suatu browser dan mengetikkan alamat web yang langsung muncul pada kolom saran-bahkan baru tiga huruf depan yang ia ketik. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya dirinya yang cemas menanti. Ah, tentu saja, ini seperti pengumuman hidup dan mati, mana mungkin anak-anak seusianya tidak kehilangan kendali untuk mengontrol jantung masing-masing?

Pukul 16.56.

Fio mengirup napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Tepat saat hanya udara residu berada di peparunya, sebuah suara mencurigakan tertangkap telinga. Fio hafal suara itu. Suara yang menandakan bahwa...

...listrik di rumahnya mati.

Kalang-kabut, Fio mengecek ponselnya. Listrik mati memiliki arti bahwa Wi-Fi rumahnya juga mati. Gadis itu mendesah. Apalagi saat dilihatnya persen baterai yang tertera di pojok atas. Lima persen.

Astaga.

Kenapa semesta seperti tengah mempermainkannya?

Pukul 17.00.

Dengan gerakan cepat, Fio menyalakan paket datanya. Ini adalah bagian yang menyebalkan. Jaringan di rumahnya suka hilang-timbul, sungguh benar semesta sedang menguji kesabarannya. Dalam hati berharap-harap cemas, tatapan Fio terpaku pada garis biru yang berjalan pelan, lebih tepatnya macet di tengah jalan. Loading lama!

Begitu laman sepenuhnya terakses, Fio pun mengetikkan data untuk menjemput sebuah pengumuman yang ia samakan dengan putusan hidup atau mati.

Tak berapa lama, kedua matanya pun melebar.

Pukul 20.00.

Hanya ada satu opsi yang Fio harapkan dapat berlaku saat ini juga: memutarbalikkan waktu.

Memikirkan itu semua, selapis air kembali merebak memburamkan pandangannya. Fio mengerjapkan matanya cepat dan bulir air mata pun meluncuri pipinya. Isakan tertahan di tenggorokan. Genggamannya pada kemudi pun mengerat. Dihapusnya jejak air mata itu dengan kasar.

Entah apakah benar bila menamakan Fio tengah kabur, yang terpenting di sini adalah gadis itu butuh pergi. Ke mana pun. Setelah mengurung diri di kamar dan mengabaikan ketukan pada pintu, Fio merasa hampa dan sesak. Ia memutuskan untuk membawa mobilnya pada jalanan ramai dan mengemudi tanpa tujuan berarti. Memarkirkan mobilnya di sekitar taman yang dekat dengan sekolahnya pun tidak terencanakan. Fio mematikan mesin dan memandang ke luar jendela. Kepalanya perlahan tersandar pada kaca mobil.

Keramaian di luar terasa begitu asing baginya. Mereka tampak berbagi sukacita, kontras dengan dirinya yang tengah berduka. Hati kecilnya terus mengatakan kalau tidak ada gunanya ia terus-terusan bersedih, namun Fio tidak menemukan kekuatan untuk merasa tegar.

Bagaimanapun, warna merah yang tempo waktu diterimanya itu membuat dunia seolah runtuh tepat menimpanya.

[ a l l r i g h t ]

May 2018.

*

notes:

Welcome again! Sedang semangat nulis, tapi sejujurnya aku kurang yakin dengan cerita ini. Masih ngambang dikit. Semoga tida mengecewakan yang membaca, ya. Doakan bisa selesai!

all rightWhere stories live. Discover now