Tahun X758. Gildarts pada waktu itu berusia 19 tahun, sedang berkelana sendirian ke sebuah desa yang masih asing bagi dirinya. Nama desa tersebut adalah Iris village, terletak sebelah barat daya dari ibukota Crocus.
Perawakannya masih agak kurus dan pendek dari Gildarts dewasa. Rambutnya coklat sedikit acak-acakan. Dia memakai jubah terbuka berwarna coklat terang dengan kaos dalam putih dibaliknya. Celana yang dia pakai adalah celana sepanjang setengah betis berwarna coklat tua. Dia juga memkakai sandal kulit berwarna coklat tua.
Di tangan kanan, dia membawa karung besar berwarna krem yang terpanggul pada pundaknya. Sambil berjalan santai menuju desa, Gildarts melihat suasana desa tersebut yang sangat asri dan udaranya yang sejuk. Pada waktu itu siang hari dengan cuaca yang cukup terik.
"Wahhh desa ini sungguh nyaman sekali...," sambil dia berjalan lurus beberapa langkah ke depan. Kemudian dari sebelah kiri, dia melihat sekumpulan para pria sedang berlatih bela diri pada sebuah lapangan luas. "Hmm... mereka sedang apa, ya?" Gildarts penasaran.
Tanpa bertunggu-tunggu lagi, dia langsung pergi mendekati para pria yang sedang berlatih bela diri untuk mengamati lebih dekat. Gildarts terlihat tertarik dengan apa yang tidak pernah dilihatnya seumur hidupnya itu. Lalu datanglah seseorang dengan perawakan yang cukup besar dan tinggi datang menghampiri Gildarts.
"Apakah kau tertarik, nak?" Tanya seorang pria yang mengenakan pakaian hitam dengan lengannya digulung keluar. Bagian dalam pada lengannya berwarna putih. Pria tersebut berambut hitam cepak dan memiliki bentuk wajah yang kaku dengan sorot matanya tajam, seperti seorang penjahat yang akan 'menerkam' Gildarts kecil.
Gildarts yang masih polos mengamati gerakan demi gerakan, tampak terkejut saat tiba-tiba ada seseorang datang dan bertanya kepadanya. Dia langsung menatap pria itu dengan takut. Langkah kakinya menjadi mundur selangkah sambil badannya sedikit gemetaran. "S—Siapa orang ini?? Seram...."
Lalu pria tersebut justru tersenyum dengan santai. "Tenang saja, jangan takut nak, aku adalah guru mereka."
"Guru?" Gildarts terheran dengan maksud perkataan pria itu. "Di tempat ini ada seorang guru? Guru apa coba?" Karena selama dia berpetualang dari desa ke desa, dia belum pernah menemui hal semacam itu, seperti seorang guru atau orang-orang desa yang berlatih sebuah gaya gerakan yang belum pernah dilihat oleh dirinya sebelumnya.
Kemudian, pria tersebut memperkenalkan dirinya. "Namaku Shamgar, panggil saja aku guru Shamgar. Aku yang mengajari mereka seni bela diri. Kalau kamu siapa, nak?" sambil dia tersenyum ramah.
"N—Namaku... Gildarts Clive, biasa dipanggil Gildarts saja...." Dia tampak sangat gugup bercampur takut. Perbedaan tubuhnya seperti langit dan bumi. Gildarts tampak sangat kecil sehingga Shamgar sampai sedikit membungkukkan badannya agar wajahnya dapat dilihat jelas oleh Gildarts.
"Mohon perhatian sebentar! Pada kesempatan kali ini, kita telah kedatangan tamu dari jauh. Aku akan memperkenalkan kepada kalian semua. Bocah ini bernama Gildarts, dan dia sangat tertarik dengan seni bela diri ini. Jadi, beri sambutan yang hangat kepadanya." Terang Shamgar.
Lalu murid-muridnya pun berhenti dari aktifitasnya, berdiri tegak menghadap kepada Gildarts dan memberi penghormatan kepadanya dengan cara tangan kiri dikepal dan tangan kanan menggenggam tangan kirinya serta meneriakkan, "Yosh!" secara serentak. Ucapan tersebut artinya 'selamat datang' kepada orang yang sudah diperkenalkan oleh gurunya.
"Jadi, apa kau ingin mencoba pemanasan sedikit?" Shamgar menawarkan kepada Gildarts untuk sedikit mencoba seni bela diri.
"Ya, baiklah...." Gildarts meneriwa tawaran itu. Kemudian dia meletakkan karungnya di sampingnya dan mulai berjalan tiga langkah ke depan.
"Vincent! Majulah." Shamgar menyuruh salah satu muridnya untuk menghadapinya.
Dengan cepat barisan mereka langsung terbuka menjadi dua sisi saling berhadapan. Seperti sedang berada di tengah-tengah penonton pada stadion pertarungan. Para murid lainnya menjadi penonton membentuk setengah lingkaran. Muncullah anak itu masih muda dan segar, mungkin masih sekitar 16 tahun. Lalu Vincent dan Gildarts saling berhadapan.
Sebelum memulai 'pertarungan', Vincent mengepalkan tangannya sambil membungkuk. Gildarts yang melihatnya, tampak tidak mengerti dengan maksud membungkuk barusan. Dia hanya diam saja tanpa melakukan salam sama sekali. Lalu Vincent memasang kuda-kuda dengan sigap. Gildarts memajukan tangan kanannya ke depan.
Shamgar memberikan 'kode' kepada Vincent dengan anggukan kecil, kemudian Vincent langsung menanggapinya dan menyerang Gildarts dengan cepat. Sebelum mengenai Gildarts, tangan kanannya yang terbuka langsung ditutupnya dengan cepat.
*Duarrr*
Tanah yang ada di depan matanya hancur membentuk kotak-kotak besar. Tetapi Vincent mampu menghindari serangan sihir milik Gildarts. Ia melambung tinggi mengarah ke depan, dan langsung memberikan pukulan dengan tangan kirinya ke wajah Gildarts.
*Duasss*
Wajah Gildarts terkena pukulan dari tangan kiri Vincent. Untung pukulannya tidak serius, karena Vincent telah diberi 'kode' oleh Shamgar untuk tidak memukulnya dengan serius. Vincent mendarat dengan mulus pada kedua kakinya, Gildarts terjatuh dari tempat dia berdiri. *brukkk*
Diarea tersebut, tampak sebuah tanah yang telah hancur membentuk kotak-kotakpersegi besar yang terlihat unik bagi para murid Shamgar, karena sebagian besardari mereka belum pernah melihat kekuatan sihir semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAIRY TAIL - FAIRY QUEST (Doujinshi)
FanfictionGildarts Clive, seorang pria yang suka berpetualang. Pada masa mudanya dia sudah suka menjelajah dari desa ke desa, kota ke kota, bahkan dari kerajaan ke kerajaan lain. Apa yang ia cari? Banyak, termasuk gadis-gadis muda yang ia sukai. Tapi yang pas...