t i g a
"apa kau melihat kami?" ucap seorang pria bertubuh besar dan sangat menakutkan.
tapi aku tidak lemah! aku yakin aku bisa mengatasinya.
"tentu" ucapku.
"tidak" lanjutku.ah, beneran aku tidak ingin terlihat takut didepan dua lelaki ini.
"bohong!" ucapnya sembari menendang kursi yg berada di gudang sekolah ini.
"aku melihatnya," ucapku pelan.
cowo yg sedari tadi diam melotot tidak percaya dan melihatku sinis.
"kau,"
"tidak akan menyebarkan ini,bukan?" ucapnya pelan.lelaki ini terlihat imut manis dan terlihat sangat feminim.
"apa kalian seorang,gay?" tanyaku.
"HEI! berhati hatilah jika mengucapkan gay jika ada seseorang yg mendengar akan kupastikan kau tidak bisa melihat dunia ini!" ucap lelaki berbadan besar itu.
"hei dia hanya menanyakan kau lah yg akan membuat seseorang mendengar, pelankan suaramu" protes lelaki yg sangat imut itu.
"aku hanya bertanya" ucapku lagi.
"baiklah, kita memang gay hanya kau yg tahu di sekolah ini. aku mohon jangan sebarkan ini atau kita tidak bisa bahagia" ucapnya memelas.
"kenapa?" ucapku tidak percaya.
lelaki berwajah imut itu memasang ekspresi 'ada apa?'
"kenapa kalian bisa-"
"kami berteman sejak kecil, kita tidak tahu perasaan apa yg sedang kita alami. entah itu puber atau bukan aku rasa hubungan ku dengannya tidak sekedar sahabat." jelas cowo berbadan besar itu.
aku menatap mereka tidak percaya. cowo berwajah imut itu menghampiriku.
"aku minta maaf, seharusnya kami tidak melakukannya di sekolah mungkin kau sedikit terkejut. kau baik baik saja?" ucapnya.
"tidak, ini salahku tidak mengunci pintu ini" ucap cowo bertubuh besar.
karena tidak enak akupun menyela.
"ah, tidak apa apa aku baik baik saja. akan kupastikan rahasia kalian aman ditanganku" ucapku.
kedua lelaki itu tersenyum tipis.
"terima kasih" ucap keduanya.
"tidak masalah, aku duluan ya" ucapku lalu pergi.
huh, benar benar kejadian yg tidak ingin aku ulangi untuk yg kedua kalinya.
aku kembali berjalan menuju kelas, berlama lama ditempat itu sangat membuat bulu kuduk ku berdiri.
"hei darimana saja kau"
"aish, hei! Arin-ah kau mengejutkan ku"
"maaf, kau sudah mengambil buku absen?" tanyanya.
"apa urusan mu sudah selesai?" aku balik tanya.
"sudah, buku absen?" Arin mengulur tangannya.
sial, dimana aku menaruh buku absen nya?!
setahuku buku absen ku pegang dan,
flashback on.
brakk,
aku menjatuhkan buku absen ku karena terkejut apa yg aku lihat.
"siapa disana?" suara seorang lelaki.
sial, aku ketahuan.
flashback off.
"aish" umpatku.
"kenapa?" tanya rachel.
"bukunya aish aku menjatuhkannya" kataku sambil memukuli kepalaku pelan.
"YAK! kenapa kau sangat ceroboh!" teriak Arin depan wajahku.
"bodoh! ludahmu kena wajahku!"
"YAK bagaimana sekarang kau membahas itu? bagaimana dengan buku absen,huh? apa kau gila? apa kau ingin mati?" omelnya.
"YAK! tidak usah teriak, cepat antar aku" aku menarik tangan Arin ke tempat gudang sekolah.
dan akhirnya aku ke tempat itu, lagi.
"kenapa kita kesini?" tanya nya.
"shhtt" ucapku memberi tanda agar Arintidak bersuara.
"Arin-ah itu buku absen nya di depan pintu" ucapku pelan.
"huh? kau bicara apa? kenapa pelan sekali aku tidak bisa mendengarnya" ucapnya lagi dengan nada sedikit keras.
karna kesal, aku menunjuk arah buku dengan jari telunjuk ku. rachel mengangguk paham dan pergi mengambil bukunya.
lalu,
"OMO!" teriaknya.
"ada apa?" tanyaku.
Arin langsung pergi dan menarik tangan ku.
"HEI YERI KAU PASTI TIDAK PERCAYA APA YANG AKU LIHAT BARUSAN" teriak Arin seperti habis melihat hantu.
"apa ada yg salah?"
"OH MY GOD! APA KAU MELIHATNYA?""seorang lelaki berciuman dengan lelaki? TENTU aku melihatnya, bagaimana kau tahu? kau bahkan tidak melihatnya" tanya nya heran.
"Arin-ah"
"apa?"
"aku mohon, rahasiakan ini"
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
downpour ; kim yerim
Fanfiction" aku tidak membencimu , tapi karna kehadiran mu . aku selalu bersedih akan kedatanganmu "