2. Garuda Journalistic Club (GJC)

141 16 7
                                    

Setelah wawancara tadi, kini kami sudah ada di studio GJC. Jika, ekstrakurikuler lain menyebut ruangannya adalah sekretariat atau yang biasa disingkat sekre. Namun, beda lagi dengan ekskur Garuda Journalistic Club yang ruangannya disebut studio. Mengapa? Karena memang ruangan ini di dalamnya ada studio radio. Selain itu, terdapat 4 komputer untuk keperluan jurnalis di sekolah.

Tentu saja sekre yang paling bagus adalah studio GJC. Ruangan ini paling luas diantara sekre yang lain, paling rapi, dan yang paling penting adalah ada wi-fi gratis yang kata sandinya hanya diketahui anak jurnalistik.

"Ga, mana hasil video wawancara tadi? Lama banget sih kalian. Kalian tahu kan 15 menit sebelum upacara beres harus udah di upload? Nanti gue dimarahin lagi sama bang Radit kalau belum di upload." Udah gue duga sebelumnya Zaky, ketua GJC memarahi kami karena terlambat.

"Ah elah Zak, sensi amat lo. Tadi Revi ngumpulin tugas anak kelasnya dulu. Jadi kita wawancaranya telat ogeb." Angga menjawab ketus, kesal karena baru datang dimarahi. Lalu, memberikan kameranya.

"Gue gak terima alasan apapun. Pokoknya ini video buruan lo edit. 10 menit harus beres. Lebih dari 10 menit konsekuensi tanggung sendiri," perintah Zaky setelah melihat video itu.

Ya, beginilah nasib punya ketua garang. Konsekuensinya itu, sekali melakukan kesalahan diberi kartu kuning. Dua kali melakukan kesalahan diberi kartu merah. Artinya seperti yang ada pada rambu lalu lintas, kuning berarti hati-hati dan merah berarti berhenti. Gue emang belum pernah buat kesalahan. Namun, perjalanan masih panjang. Tidak ada yang tau apakah nanti akan ada kesalahan lagi dilain hari. Seriusan, gue gak mau berhenti dari GJC.

Meskipun GJC termasuk ekskur terkenal. Namun anggotanya hanya sekitar 26 orang. 11 orang murid kelas 11 dan 15 orang murid kelas 10. Bukan karena sedikit peminatnya, tapi emang hanya segitu yang bertahan hingga saat ini.

SMA Garuda memiliki akun media sosial Youtube, Line, dan Instagram. Siswa yang berhak memegang akun media sosial tersebut hanya ketua GJC saja. Bahkan anak jurnalistik yang lain tidak boleh upload tanpa persetujuan ketua.

Media sosial SMA Garuda bertujuan untuk menyampaikan berita-berita di sekolah, menyebarkan video ketika ada acara sekolah, termasuk menyebarkan video hasil wawancara.

-----Journalist-----


Bel tanda istirahat pertama telah berbunyi nyaring. Itu artinya jam pelajaran Fisika sudah selesai. Padahal, gue milih masuk kelas IPS karena ingin bebas dari Fisika yang sangat memusingkan. Namun, ternyata lintas minatnya adalah Fisika dan Bahasa Jepang. Niat hati ingin menghindar, tapi apa daya tetap dipertemukan. Aih, mungkin gue emang jodoh sama Fisika.

Siang ini gue, Fikri, Tito, dan Angga lagi ngumpul di salah satu meja kantin. Kita sahabatan dari SMP. Sekarang kita beda kelas, gak setiap saat bisa ngumpul bareng. Gue masih sekelas sama Fikri di kelas 11 IPS 3, Angga kelas 11 IPA 4 dan Tito kelas 11 IPA 5. Setidaknya kita sering nyempetin kumpul bareng.

"Lo semua mau pesen apa cuy?" tanya Fikri dengan tampang seperti mau traktiran, ya semoga aja sih.

"Gue, batagor aja deh," jawab gue.

"Gue nasgor satu porsi. Jangan pake nasi," timpal Tito, yang membuat kami tidak tahan untuk menjitaknya.

"Eh ogeb, mana ada nasgor gak pake nasi," jawab Angga sambil menjitak kepalanya. Angga memang sedikit emosional. Jangan harap ada senyum dimukanya dia orangnya gak bisa diajak bercanda, terus juteknya minta ampun.

Journalist #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang