"Tap tap tap"
Langkah kakiku menggema sepanjang lorong rumah sakit, aku menatap kedua tanganku yang berlumuran darah.
Dari mana asalnya darah ini?
Percayalah aku tidak tahu..Bajuku berlumuran darah,tanganku menggenggam sebilah pisau yang tajam.
Aku terus berlari memasuki kamar mandi, aku menyalakan keran dan terus membersihkan noda darah yang ada di tanganku..
Aku membuang pisau itu jauh jauh, darah siapa sebenarnya itu..?
Aku mengerang frustasi, aku menatap pantulan wajahku lewat cermin.Kulihat seseorang dengan rambut hitam yang kini telah berantakan, aku melihat sedikit bercak darah di pipiku.
Aku membilasnya dengan air kemudian menatap lagi diriku yang berada di cermin, memastikan noda darah itu sudah menghilang.Tetapi kulihat sesuatu yang berbeda.
Aku melihat sesosok asing di depanku.
Aku hanya menatapnya tanpa mengucapkan apapun.
Dia tampak asing, tetapi sangat mirip denganku.Aku menatap nya lekat lewat cermin, dia tersenyum sinis padaku.
'Apakah itu aku?'
Aku bertanya kepada diriku sendiri, dalam batinku."Hay"
Aku tersentak, banyangan di cermin itu berbicara padaku. Dia tersenyum, namun tampak kejam."Sss...Siapa kau?!!"
Tanyaku panik, dia benar benar mirip denganku."Aku adalah kau"
Ucapnya sambil tertawa remeh, dia menertawakan aku yang tampak ketakutan."Tidak mungkin!! Kau monster!! Iblis!!"
Aku memakinya berulang ulang, dia hanya semakin tertawa, tapi tatapan tajam nya tak lepas sedikitpun dariku."Kau tidak ingat, kau yang menyebabkan aku ada?"
Dia berbicara sambil memainkan rambut hitam nya yang berantakan, sangat mirip dengan punyaku."Aku tidak tahu..Tidak mungkin, itu berbeda "
Aku berusaha menyangkal nya, tapi dadaku terasa sakit, tubuhku seolah membenarkan hal itu adanya.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Matahari bersinar dengan terik siang ini. Awan seolah enggan menutup cahaya matahari dan mengakibatkan sinarnya jatuh langsung ke bumi.
Di sebuah terotoar terlihat seorang gadis berlari kencang, rambutnya berkibar tertiup angin dan terguncang oleh gerakan tubuhnya.
Gadis dengan pakaian serba hitam, sepatu hitam,bahkan tas kecil berwarna hitam.
Dia terlihat memasuki sebuah gedung yang cukup besar."Ranessa!!"
Gadis itu menoleh karena sebuah suara memanggil namanya."Ke ruangan saya sekarang!!"
Ucap suara itu lagi, sedangkan gadis yang di panggil Ranessa itu hanya menagangguk pasrah sambil mengatur napasnya yang masih belum stabil di karenakan berlari."Sudah saya ingatkan, jangan sampai terlambat lagi!"
Ucap suara itu, bos dari gadis berambut hitam itu, Ranessa."Maaf tadi saya.."
"Kamu saya pecat!!"
Ucap bos Ranessa sebelum gadis itu menyelesaikan ucapan nya."Tapi.."
"Keluar.."Ranessa menghembuskan napasnya lelah, meski bukan pertama kalinya, dia merasa cukup sedih kehilangan salah satu pekerjaan nya.
Ranesaa berjalan kearah pintu keluar ruangan tersebut, tapi suara bos nya menghentikan langkah kaki nya."Sudah saya katakan bukan.. Kalau kamu menerima perasaan saya waktu itu, saya tidak akan memperlakukan kamu seperti ini."
Ucap bos Ranessa, Pak Adam, seorang duda berumur 35 tahun yang ternyata memiliki perasaan khusus pada karyawati nya yaitu Ranessa."Tap.."
Langkah kaki gadi itu tiba tiba berhenti, aura di sekitarnya tiba tiba berubah.Ranessa perlahan menghadapkan tubuhnya ke arah Adam,bos nya beberapa saat lalu.
Adam tercekat, entah kenapa dia sedikit ngeri dengan Ranessa di depan nya sekarang ini. Gadis itu masih sama, tetapi terasa berbeda. Tampak kejam.
Ranessa mendekat ke arah adam yang berada beberapa langkah di depan nya.
Tap..Tap..Tap..
Langkah kaki Ranessa terdengar seperti hitungan langkah kematian nya.
Ranessa tersenyum manis, tapi entah kenapa Adam merasa merinding melihat senyum itu.
Ranessa mendekatkan dirinya ke arah Adam."Jadi kau menyukaiku hm?"
Ranessa tersenyum remeh, sedangkan Adam hanya bisa terdiam. Tidak menyangkal maupun mengiyakan."Tapi maaf, saat ini aku bukan Ranessa"
Bisik Ranessa tepat di telinga kiri Adam."Namaku.. Natasha.."
Ucap gadis itu seperkian detik sebelum Adam jatuh kelantai dengan keadaan berdarah.Gadis itu tersenyum sinis.
Memasukan pisau tipis itu di balik blazer hitamnya.Gadis itu berjalan pelan melangkahi tubuh yang telah bersimbah darah itu.
Gadis itu membiarkan korban nya mati kehabisan darah, untuk saat ini dia sedang malas bermain main.Gadis itu melangkah santai seolah tak terjadi apapun, tubuh rampingnya mengilang setelah melewati lemari.
......Ranessa mengerjabkan matanya, gelap.
Itulah satu satunya yang dia lihat sekarang.
Tubuhnya perlahan bangkit dari posisi berbaring. Dia beranjak pelan seolah bisa dan terbiasa melangkah dalam gelap.Gadis itu berjalan menuju dapur tanpa menyalakan sedikitpun lampu. Gadis itu menenggak segelas air dingin yang barusaja dia ambil dari dalam lemari es.
Dia ingat,dia kehilangan pekerjaan hari ini. Dengan langkah gontai dia menyalakan lampu dan melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 7 malam.
Ranessa melangkah menuju kamarnya, dengan bergegas, dia memiliki pekerjaan lain.
...
Ranessa duduk di pinggir jendela, pemandangan kota dari balik kaca menurutnya sedikit memperbaiki moodnya yang cepat berubah ubah.
Dia memesan secangkir kopi susu dan beberapa potong kue. Kebiasaan nya yang datang kesini setiap malam.
Ranessa menggerakan jarinya dengan lincah diatas keyboard laptop nya. Ranessa adalah seorang penulis. Dia telah banyak membuat cerita, tetapi dia bertekad bahwa ini adalah ceritanya yang terakhir. Judul cerita yang sedang dia buat adalah "Natasha".
...
...Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasha
FantasyPercuma ku katakan bahwa bukan aku yang melakukan nya, Aku membenci semuanya, mereka, diriku sendiri, Aku menganggap semuanya telah berakhir, aku tidak akan pernah bisa bahagia lagi.. Tapi kemudian dia memperkenalkan dirinya padaku.. Dia kejam..Aku...