[11] Teman Bahagia

1.3K 53 0
                                    

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk."(QS. Al-Isra: 32)

TIFA

Murottal Surah Al-kahfi dari Taqy Malik membangunkanku dari tidurku yang nyenyak. Sebenarnya,aku sendiri yang menyetelnya agar aku bisa bangun untuk sholat malam.

Ku angkat kedua kakiku dan melangkah ke arah kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Aku masih teringat dengan janjiku dengan Tante Clara semalam. Tempat indah apa yang akan aku datangin dengan Nanta?

Aku tak akan mungkin bisa pergi berduanya dengannya. Aku akan mengajak Faz nanti.

Segera kuhidupkan keran air lalu membaca niat wudhu. Air kamar mandi malam ini berbeda dengan air malam-malam sebelumnya. Terasa lebih dingin.

Eh? Ini yang airnya dingin atau suhu badan aku yang panas?

Kuselesaikan dulu wudhuku baru aku mengecek suhu tubunhku dengan termometer.

Benar saja,suhu tubuhku 39 derajat celcius. Tapi hal itu tak sekalipun menghalangiku untuk melaksanakan sholat malam.

Setelah melakukan sholat malam,aku menyusun sajadah dan mukena lalu ku letakkan di lemari sebelah tempat tidur.

Tak lupa,mengambil laptop yang bertengger di meja belajar.

Aku tertawa sedikit melihat novel yang aku karang sendiri tapi masih dengan judul yang sama.

Akhirnya,Izza dan Frizki menikah yang pertemuan mereka dipertemukan oleh Allah.

Rencana Allah memang begitu indahnya. Kedua sudut bibirku terangkat kala aku mengingat bagaimana pertama kali aku jatuh hati pada lelaki itu. Siapalagi kalau bukan Abdillah. Lelaki berhidung mancung,berkulit kuning langsat,dan menyukai warna biru muda.

Aku tak munafik. Dia itu...nyaris sempurna di mata ini.

"Tifa! Tadarus yuk! Satu grup sama Kak Ira juga tuh!" Pekik Abdillah dari halaman rumahnya. Di sebelah rumahnya juga ada Kak Ira yang sedang bermain ayunan.

"Iya,Tif! Masak cuma kakak sendiri yang cewek dalam satu grup tadarus. Yah ya," timpal Kak Ira sambil berjalan ke arah rumah Tifa.

Abdillah masih tersenyum ke arah Tifa. Mungkin itu senyuman terbaik yang pernah ia punya.

"Tadarus di malam ramadhan itu pahalanya banyakk bangettngetnget". Abdillah sampai mengulang akhir kata banget sebanyak 3kali.

Hanya anggukan mantap yang dihadiahi Tifa.

Sejak momen Abdillah tersenyum padaku,entah mengapa jantung ini selalu berdegup kencang saat berhadapan dengan lelaki itu.

Aku mengetik asal-asalan pada layar laptopku.

"Allah baik. Allah sengaja menemukan kita berdua hanya untuk menemukan satu pelajaran untuk kita. Jangan terlalu berharap pada manusia,karena bisa saja mereka menghancurkan harapanmu itu"


"Karena aku sadar,aku bukanlah jodohmu," ucapku tanpa sadar sambil melihat ke arah balkon Abdillah.

Hawa dingin menusuk kala aku membuka semua gorden dalam kamarku.

"Huwaa!!"

Kemudian aku berlari ke depan kaca. Senyum menghasi wajah putihku seketika walaupun aku sedang tak enak badan.

"Sekolah!"

Aku Kamu dan Allah [AKAS-1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang