Terdengar suara alrm berbunyi dengan nyaring. Dan dengan tangannya dia mematikan alrm itu. "Hoooaamm... Aku rasa aku masih memerlukan beberapa menit lagi..."
Wanita ini bernama Natalie Adiwijaya. Secara spesifik, dia berambut lurus panjang dengan warna coklat gelap yang mengkilat. Dia mempunyai tinggi 175cm dan kulitnya putih lembab. Dan bibirnya yang berwarna pink pucat. Mata coklat gelap dengan bulu mata lentik yang indah, memancarkan kecantikan dalam dirinya. Sebenarnya secara singkat aku bisa menggambarkan kalau dia seperti boneka hidup. Dan dengan semua kesempurnaan yang dimilikinya itu, seorang Natalie Adiwijaya tidak pernah merasa kalau hal itu sesuatu yang hebat dan harus dibanggakan. Bahkan Natalie memiliki hati yang lembut, rendah hati dan sederhana tapi mempunyai kekuatan didalamnya. Dia wanita dengan karakter baik, sehingga banyak sekali yang ingin berteman dekat dengannya. Natalie benar-benar wanita yang banyak diidolakan banyak pria. Tapi sayangnya dia bukan tipe wanita yang gampang jatuh cinta. Oleh sebab itu kenapa di usianya udah di angka 27 tahun dia tetap betah menjadi single.
-30 menit kemudian-
"Nat... nat... natalie..." suara seorang wanita terdengar lirih memanggil dari luar pintu kamar.
"Apa kau di dalam?"
Suara pintu diketok.
"Ini sudah jam delapan, apa kau tidak berangkat kerja?"
Perkenalkan ini adalah Bianca. Dia adalah teman satu apartmen Natalie. Bianca adalah seorang yang sangat ceria, cantik, dan sangat mandiri. Natalie dan Bianca bekerja di sebuah majalah yang sangat terkenal di kota Jakarta. Mereka bersahabat. Mungkin bahkan lebih dari itu, mereka seperti saudara kandung. Natalie dan Bianca berbagi apapun. Tentunya selain berbagi masalah pria.
Suara pintu kamar terbuka dengan cepat. "Ya ampun Bi, aku lupa. Aduh kenapa kamu baru membangunkanku sekarang. Aku ada acara penting hari ini". Natalie keluar kamar dengan rambut berantakan dan dengan wajah yang sangat gelisah.
"Oh...jadi ini salahku? Bukannya seharusnya kau sudah memasang alrm? Aku mendengarnya tadi," jawab Bianca tidak mau kalah. Bianca terlihat sudah menggunakan baju kerjanya dan dia sedang menyiapkan sandwich untuk sarapannya.
"Ya... lalu aku mematikannya dan tertidur lagi," suara Natalie lemas.
"Kemarin aku lembur. Dan seharusnya pagi ini aku ada wawancara dengan seorang yang sangat penting, jam sembilan. Ah... tapi ku pikir aku tidak akan bisa sampai tepat waktu. Aduh kenapa aku bisa lupa sih?" Natalie melemparkan badannya ke sofa dan menutup mukanya dengan bantal.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau terlihat tidak professional," kata Natalie dengan lemas
"Kau benar-benar kacau Nat," kata Bianca sambil mengernyitkan dahinya.
"Sangat. Apa aku harus membatalkannya atau bilang aku sakit ya? Oh... tidak, aku mempersiapkan ini sudah dua bulan yang lalu," gerutu Natalie. "Aku ada wawancara dengan Alvino Gunadi," sambungnya sambil menghela nafas.
"Apa katamu?!" teriak Bianca spontan.
"Kau benar benar dalam masalah Nat. Bagaimana kau bisa seceroboh ini? Cepat berdiri dan bersiaplah. Kenapa kau masih diam saja? Ayo cepat!" suruh Bianca.
"Kamu tau Alvino Gunadi adalah orang yang sangat-sangat sibuk Nat. Dan aku rasa kalau ini sampai gagal, kamu tidak akan mendapatkan kesempatan lagi selamanya. Alvino Gunadi terkenal sebagai orang yang disiplin dan berdarah dingin. Sebaiknya kau tidak membatalkannya."
Bianca terus saja nyerocos, seakan dia yang mengalami hari buruk itu. Sementara itu Natalie berusaha secepatnya berganti pakaian dan menyiapkan perlengkapannya, tanpa menggubris omongan Bianca. Bahkan aku mengira Natalie tidak mendengarkannya sedikitpun. Natalie sangat mengenal watak Bianca. Karena Bianca tidak akan berhenti berbicara sampai dirinya sendiri yang menginginkan untuk berhenti.
Natalie keluar kamar dengan memakai blouse hitam, bawahan flared skirt warna abu-abu, stocking hitam dan memakai sepatu boot pendek. Rambutnya dibiarkan tergerai panjang.
"Oke, aku berangkat. Bye..." kata Natalie sambil mencium pipi Bianca dan bergegas pergi.
"Tunggu, kau tidak berdandan? kau terlihat pucat."
"Tidak ada waktu Bi," kata Natalie sambil meraih jacket kulit warna hitam yang tergantung di dekat pintu.
"Oh, tentu saja. Kau sangat beruntung memiliki wajah seperti bidadari. Bahkan tanpa berdandanpun kamu tetap menawan. Aku sangat iri," kata Bianca dengan sedikit muka masam di wajahnya.
Natalie tersenyum sambil membuka pintu. "Bye... I love u, aku akan pergi dengan Noval. Mungkin lebih cepat kalau aku pakai motor."
"Ya itu ide yang bagus. Good luck. I love u too" teriak Bianca.
NB: Ada cerita yang berunsur dewasa. Diharapkan pembaca bisa bijak untuk membacanya. untuk umur 21+
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet doll & Mr. Perfect
RomanceSweet Doll and Mr. Perfect bercerita tentang seorang wanita yang bernama Natalie Adiwijaya yang memiliki pekerjaan sebagai journalist di sebuah majalah ternama ibu kota. Dan suatu hari Natalie memiliki tugas untuk mewawancarai seorang bilionare yang...