Ketika kakak mandi, aku segera menyelinap untuk keluar kamar. Aku segera bersiap-siap untuk menyambut kedatangan calon kakak iparku.
Setelah beberapa menit, aku mendengar suara bel dari pintu depan.
Seorang pria muncul dari balik pintu, dan penampilannya menawan sekali. Aku melihat dari teras atas. Aku segera berlari ke kamar kakak. Begitu tercengangnya diriku melihat gaun yang dipakai kakak. Kakak juga terlihat sangat menawan nan anggun.
Aku menghampirinya dan memastikan, apakah yang kulihat adalah kakak atau aku hanya bermimpi.
Benar, seorang bidadari yang ada di depanku adalah kakak. Ia memakai gaun warna pink, dengan jilbab syar'i dan berpoleskan make up minimalis.
Kakak membawa sebuah tas kecil.Aku mengambil tas itu dan menaruhnya di meja. Aku menarik kakak untuk pergi menemui kak Arif.
Kami sempat terhentikan oleh umi. Umi menyuruh kakak untuk kembali ke kamar, sementara aku pergi ke bawah menemui kak Arif.
"Assalamuallaikum Kak.. " Kataku.
" Walaikumsalam Warahmah " Jawabnya lembut.
" Tunggu sebentar ya kak, aku akan memberikan secangkir teh hijau " Kataku.
" Boleh... Emm dek. Mana Kakakmu? " Tanyanya ragu.
" Kakak masih sama umi di atas. Tenang saja.. Kakak pasti datang kesini kok. " Jawab ku." Oke"
Aku membawakan secangkir teh hijau. Namun aku heran, kak Hanum belum kunjung datang menemui kak Arif. Karena penasaran, aku menjemput ke kamar. Kebetulan kamar kakak tidak dikunci. Ketika kubuka, aku kaget melihat kakak menangis, dan memeluk umi.
Aku segera menghampiri. Kakak segera mengusap air matanya.
"Kak.. Ada apa?, " Tanyaku risau.
" Dek... Kakak ke bawah dulu ya sama umi. Nemuin nak Arif " Kata umi.
" Apakah aku harus menunggu disini? " Tanyaku bingung.
Umi menganggukkan kepala..
Aku sebal, karena tidak diizinkan ke bawah menemani kakak. Kakak dan umi pergi ke lantai bawah. Aku hanya bisa pasrah tidak menyaksikan momen-momen bahagia ini.
Aku beranjak menuju tempat tidur.Aku terus memikirkan, mengapa kakak menangis.
Akhirnya, karena bosan berdiam diri di kamar, aku membuka hp ku.Kulihat status Whatsapp teman-teman. Ternyata mereka masih saja mengunggah foto-foto perpisahan. Ketika ku geser, tampak wajah mungil Alasca yang sepertinya sudah berada di rumah barunya. Aku lega, karena Asca sampai tujuan dengan selamat. Kubalas postingannya.
"Alhamdulillah, semoga betah ya disana Ca"
Beberapa detik kemudian, Asca langsung membaca pesan dariku. Ia melakukan video call, dan aku menjawabnya."Assalamuallaikum " Serunya
" Walaikumsalam Warahmah "
" Asing disini Ra"
" Iya lah. "
" Nggak punya temen Asca disini "
" Tenang Ca, sebentar lagi ada kok. Tinggal Asca aja yang harus menyesuaikan diri, fleksibel. "
" Iya Ra. Btw, kamu nolak tawaran ke Kairo ya?"
" Iya "
" Umi kan? "
" Sudah jangan dibahas lagi Ca. Ra udah ikhlasin, semoga aja ini semua ada hikmahnya "
" Amin Ra. Umi memilih yang terbaik untuk kamu. Nurut aja ya Ra.. "
" Pasti "
" Mana kak Hanum? "
" Mau jalan-jalan sama calonnya "
" Wah.... Aku kapan ya? "
" Hmmm"
" Ra, aku mau beres-beres dulu ya. Sekalian mau halan-halan"
" Iya. Be careful "
" Assalamuallaikum "
" Walaikumsalam Warahmah "Vidcall itu mengisi kebosananku. Tk lama kemudian, aku lanjutkan melihat status. Kini aku terjeda oleh status kedua Asca.
Kini statusnya berisi sebuah kata-kata. Dan anehnya lagi, aku sepertinya mengenal kalimat itu. Ternyata benar, setelah kubaca secara keseluruhan, itu mirip seperti surat kecil dari Asca. Aku penasaran dengan sosok lelaki itu. Siapa yang dimaksud Asca?Pria itu akan datang. Tapi siapa?? Aku bertanya-tanya. Aku terus bersikeras memikirkan siapa lelaki itu. Apa dia teman sekelasku?? Atau mungkin Asca hanya iseng. Entah, aku tak mau ambil pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutunggu Kau Menjadi Hafidzh
SpiritualGadis yang ditinggalkan sang abi, hidup bersama umi dan kakak perempuannya. Ketabahan adalah kunci utama yang ia pegang. Pada akhirnya ia harus menikah muda. Tak mudah untuk menerima semua itu, ia tak mungkin begitu saja menerima lelaki yang tidak i...