Part 8

2 0 0
                                    

Hari ini sepulang sekolah Aina berencanai ke toko buku untuk membeli novel Destin. Awalnya Aina akan ke toko buku sama Asya dan Dini tapi Asya tidak bisa karena dapat kabar bahwa ibunya sedang sakit sedangkan Dini ia ada acara keluarga. Jadilah Aina pergi sendiri.

Saat Ia sedang dusuk di halte ada sebuah motor orang yang ua kenal, ya siapa lagi kalau bukan Juna.

"Hai" sapa Juna.

"Hai" balas Aina.

"Lagi nunggu angkot ya?" tanya Juna.

"Ehm.."

"Mending pulang bareng aku aja. Gimana?"

"Ehm.. Nggak ah Jun" jawab Aina.

"Pokoknya aku nggak nerima penolakan!" kata Juna.

"Tapi gue mau ke toko buku dulu."

"Oke biar aku yang nganter."

"Nggak usah nanti ngerepotin lo lagi?"

"Aku nggak pernah ngerasa direpotin kok Na"

"Tap..."

"Udah aku bilang nggak ada penolakan!" ucapnya dengan nada sedikit keras.

"Iya deh"

"Ayo naik" Ainapun langsung naik.

"Pegangan dong Na"

"Ehm udah kok"

"Dimana?"

"Di belakang"

Juna hanya menghela nafas pasrah. Kemudian ia mulai menjalankan motornya. Tiba tiba ia menambah kecepatan dan mengerem secara mendadak. Otomatis Aina kaget dan tak sengaja tangannya sudah melingkar di pinggangnya Juna.

Junapun tersenyum, Ketika itu Aina tersadar dan ingin melepaskan tangannya dari pinggang Juna. Juna yang mengetahui itupun segera memegang tangan Aina. Aina mencoba memberontak agar lepas tapi semua gagal. Ia pun mendengus kesal ke Juna yang hanya di balas dengan tawa Juna yang tidak terlalu keras.

[...]

Sekarang mereka sudah sampai ke tempat yang di tuju. Aina mencari novel yang di inginkan, sedangkan Juna ijin untuk membeli minuman ke supermarket terdekat.

Biasalah cowok, paling itu akal akalan dia buat pergi. Mana mungkin cowok kayak dia mau masuk kedalam toko buku~batin Aina.

Saat Aina berkeliling, ia menemukan novel yang di cari. Ia melompat untuk menggapai novel itu, tapi hasilnya nihil karena letaknya yang tinggi.

Kemudian Aina kaget ketika kakinya serasa melayang. Ia melihat kebawah, ternyata betul dugaannya dan ia melihat ada tangan melingkar di pinggangnya.

"Juna?!"

"Iya ini aku" jawab Juna. "Udah ambil aja bukunya," sambungnya lagi.

"Tapi.." belum selesai ia berkata sudah di sela Juna "Udah nggak papa."

Akhirnya Aina mendapatkan novelnya. Dan tanggapan Aina tentang Juna pergi itu salah besar. Aina mersa bersalah karena telah menuduh Juna.

"Thanks" ucapnya setelah ia turun.

"Oke" jawabnya. "Udah itu aja atau ada lagi?" sambungnya lagi.

"Udah kok"

"Yaudah yuk"  kemudian mereka berjalan beriringan menuju kasir.

"Berapa Kak?" tanya Aina.

"95k Dek"

Ketika Aina ingin memberikan uang, ada sebuah tangan lebih dulu memberikan uang seratus ribuan kepada kasir.

"Eh Juna nggak usah."

"Nggak papa Na, ini aku aja yang bayar" jawabnya dengan menyodorkan uang tapi tangan Juna langsung di tarik oleh Aina.

"Udah gue bayar sendiri aja, lagian ini gue yang beli" ucap Aina.

"Udah nggak papa biar aku aja."

"Nggak gue!"

"Aku aja, Na!"

"Gue!"

"Aku! Nggak ada penolakan kalau nggak kamu aku cium disini sekarang!" ancam Juna.

Aina pun langsung terdiam, sementara petugas kasir hanya geleng-geleng kepala melihat perdebatan kedua remaja di depanya itu.

"Yaudah ini, Kak" ucap Juna.

"Ya, terima kasih Dek" ucap petugas kasir yang dibalas anggukan oleh mereka.

Setelah itu Juna langsung mengantar Aina pulang karena hari sudah petang.

[...]

Sesampainya di rumah Aina langsung merebahkan diri di kasurnya tak lupa ia mandi lebih dilu. Hari ini sangat melelahkan sekaligus menyenangkan baginya. Jadi ia memutuskan untuk tidur lebih cepat walupun besok hari sabtu. Karena hari libur SMA Pancasila sabtu, minggu.

Sementara di lain tempat, ada tiga orang cowok yang tak lain Juna , Ijal dan Reno. Mereka main ps di rumah Juna, awalnya Juna tidak terkejut melihat ada dua motor yang terpakir di halaman rumahnya. Tapi sesampainya di ruang ps ia begitu kaget dengan ruangan seperti kapal pecah penuh dengan makanan berserakan dan ada kedua bocah tengik yang sedang memainkan ps miliknya.

"Eh lo berdua dari kapan kalian ada di sini?" tanya Juna.

"Dari habis maghrib kita kesini." kata Ijal.

"Kata Mami lo lagi nganter Aina ke toko buku," sambung Reno. Memang mereka berdua memanggil Mami Juna dengan sebutan mami, sama dengan halnya Juna memanggil bunda Reno dan mamanya ijal dengan sebutan bunda dan mama.

Dan satu hal lagi ia selalu menceritakan tentang Aina kepada Maminya.

Mereka bermain ps sampai larut malam hingga mereka tertidur di ruang bermain ps itu. Memang Ijal dan Reno berencana menginap di rumah Juna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear A & ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang