Joseph masuk kedalam kamarnya. Ia membuka surat yang dulu sekali Anaz tulis untuk Anto. Joseph membacanya berkali-kali hingga ia bisa mengingat seluruh kalimatnya. Dengan segera, ia membuka sapu tangan yang selama ini ia simpan di dalam tas olahraganya. Ia tidak pernah membukanya lagi semenjak ia mendapatkannya.
Ia begitu lemas saat membuka sapu tangan itu. Terukir nama Anastacia Charlotte dan itu membuatnya gemetar. Wanita yang ia temui di Paris sama dengan anak gubernur saat ini sama dengan wanita penulis surat untuk adiknya. Joseph membaca namanya baik-baik dan yakin bahwa itu adalah milik Anaz.
"Apa hubungan Anto dengan Anaz?" Joseph bergumam.
"Mengapa aku tidak sadar bahwa sapu tangan ini bertuliskan namanya?" Joseph menepuk dahinya sendiri.
...
Tragedi di Paris setahun lalu...
Suasana kota sangat ramai. Orang hilir mudik dengan urusan mereka masing-masing. Cuaca begitu panas karena itu terjadi sekitar bulan Juli. Joseph, memutuskan untuk mengambil liburan dengan berlibur ke Paris, itu tidak terlalu jauh dari London. Joseph menenteng buku kesayangannya, berjudul Hamlet karya Shakespeare. Ia sudah membaca setengahnya dan akan melanjutkannya.
Ia terduduk di restoran Le Meurice. Ia memesan secangkir kopi panas karena itu masih sekitar pukul delapan pagi. Pakaian Joseph nampak rapi dan ketampanannya membuat ia dikira artis Asia. Ia tidak bisa berbahasa Prancis, tetapi tentu saja di restoran mewah seperti itu, ada banyak pegawai yang pandai berbahasa Inggris.
Ia membuka halamannya dengan santai dan menikmati kursi berbalut kain satin yang ia duduki. Lama kelamaan, ia menyadari di hadapannya, meja terdekat darinya, terduduk seorang wanita. Wanita itu memakai sepatu boots setinggi lututnya dan pakaian gemerlap seolah dilapisi berlian. Dua orang pria bertubuh tinggi besar pun berdiri di belakang wanita yang sedang memotong roti panggangnya.
"Apakah ia artis?" sejenak Joseph bergumam lalu mengalihkan pandangannya ke buku itu lagi.
Beberapa menit kemudian, nampaknya seorang pegawai muda berambut pirang akan mengantarkan minumannya. Dengan nampan, ia berjalan mendekati meja Joseph. Tanpa terduga, minuman itu terjatuh dan membasahi celana jeans hitam Joseph. Wanita itu seketika panik dan membungkuk meminta maaf.
"I'm so sorry, Sir. I'll make another one," wanita itu segera membungkuk meminta maaf dan hendak mengambilkan sapu tangan di kasir.
"That's okay. You don't have to...," Joseph merasa tak enak sendiri karena pegawai wanita itu sangat sopan dengannya.
Tak terduga, wanita cantik yang berada di hadapan Joseph berdiri. Ia mengeluarkan sapu tangan berwarna abu-abu dari dalam tas Givenchy. Ia melangkah dengan hati-hati dan menyodorkan itu untuk Joseph. Disertai senyuman tipis, "You can wear mine."
Joseph tersenyum melihatnya, entahlah baginya wanita ini begitu manis.
"No, thank you. I'm okay," jawabnya dengan sopan.
Wanita ini seolah tak peduli dan menjatuhkan sapu tangannya ke atas mejanya. Hingga, ia melihat buku Hamlet terbuka di atas meja, "Anyway, I read this one too," dengan anggun ia menunjuk buku tersebut.
Lalu, segera membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan restoran. Kebetulan roti panggangnya sudah habis dan ia bukan tipe orang yang senang berlama-lama berada dalam restoran. Jika ia bisa berjalan-jalan, mengapa harus terduduk lama?
...
Semenjak itulah Joseph menyukai wanita itu. Siapa lagi jika bukan Anaz? Wanita yang penuh pesona dan berpakaian sangat mewah. Joseph tidak pernah memakai sapu tangan itu, juga tidak pernah membuka lipatannya karena menurutnya, sapu tangan itu dilipat dengan sangat rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL LIES (COMPLETE)
Romance#1 Kisah SMA "Do you love me?" always be the same question "No. I don't." always be the same lie ... Kisah ini menceritakan seorang gadis yang tujuh belas tahun hidupnya dihabiskan dalam rumah. Tahun ini, tahun pertama gadis itu bersekolah di seko...