10

15 1 0
                                    

"Qiaaaaaaaaaaaa" teriak Indra dari luar pintu kamar adiknya itu. "Bangun weh, kebo banget. Lo udah janji mau joging bareng gue pagi ini. Cepetan bangun" lanjut Indra yang murka pada adiknya.

"Apa sih Bang, masih pagi banget" suara Qia terdengar malas kas orang baru bangun tidur.

"Ogeb, semalem kan lo udah janji mau nemenin gue joging pagi bukan joging siang" ucap Indra yang semakin kesal pada adiknya yang malas itu. "Cepetan bangun, gue tunggu di bawah" lanjutnya seraya pergi meninggalkan kamar Qia.

Hari minggu, entah kenapa Indra ingin joging dengan adiknya, padahal dia sudah tau betul bahwa Qia sangat malas bangun pagi, apa lagi hari minggu.

Tapi karena kesepakatan semalam yang sudah disetujui Qia dengan meminta quota pada Indra, dia berjanji akan menemani kakaknya itu joging pagi.

Sudah sekitar sepuluh menit dan Qia masih belum turun dari kamarnya, Indra sudah bersiap-siap akan mengeluarkan umpatan-umpatannya jika saja adiknya itu belum turun juga.

"Yuk" ajak Qia.

"Kebo banget lo" desis Indra.

"Kalo gue kebo, lo abangnya kebo" timpal Qia tak mau kalah. "Udah yuk ah" lanjutnya seraya berjalan mendahului Abangnya.

Baru berjalan beberapa langkah di depan Abangnya, Qia berhenti dan berbalik arah.

"Mamah mana?" tanyanya.

"Lagi bikin sarapan kali" jawab Indra.

"Oh" jawab Qia membentuk hurup O pada mulutnya dan kembali berjalan mendahului Abangnya.

Kakak beradik itu lari santai mengitari komplek rumahnya. Tidak seperti Abangnya, Qia justru sangat malas joging pagi ini. Kalau bukan karna quota mungkin dia tidak akan mau. Lebih baik tidur sampe siang dari pada harus joging pagi saat belum sarapan seperti ini, pikirnya.

"Bang, udah yuk pulang" rengek Qia.

"Apaan sih lo, lari juga belum udah minta pulang. Tau gitu gue sendirian aja tadi"

"Gue laper. Lagian suruh siapa lo ngajak gue? Udah ah, gue pulang" ucap Qia yang kemudian pergi meninggalkan Abangnya tanpa rasa bersalah.

"Balikin quota gue" teriak Indra pada Qia.

"Males" jawab Qia yang berlalu meninggalkan Abangnya.

***

Sampai di kamarnya, Qia segera meraih ponselnya. Siapa tau ada kabar dari orang yang ditunggunya pikir Qia.

Terlihat ada satu notif yang ditampolkan ponsel gadis itu, tapi bukan dari orang yang ditunggunya melainkan dari Bintang.

Qia meneliti detail pesan itu, jam diterimanya pukul 23:14 pantas saja Qia tidak tau ada pesan dari Bintang semalam karena dia sudah tidur dari pukul sepuluh tadi malam.

"Sejak kenal tiga tahun lalu kenapa dia baru nge-chat gue kaya gininya sekarang? Kenapa awalnya harus rivalan dulu? Kenapa ngga dari dulu aja kaya gini?" gumam Qia berdebat dengan batinnya sendiri.

"Kenapa harus Raffa yang akhirnya pergi yang deketin gue duluan? Kenapa ngga lo aja?" Qia masih berkutat dengan pikirannya.

"Ini beneran gue mikirin dia? Ini beneran gue ngarepin dia? Ahahaha" ucap Qia pada dirinya sendiri dan menertawakan dirinya sendiri yang dia rasa sudah tidak waras.

dia, SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang