Dari semua reaksi yang Minhyun berikan di pertemuan terakhir mereka, Hyunbin dapat menarik satu kesimpulan bahwa Minhyun memang tidak menyukainya. Ia sudah mengutarakan pikirannya pada Sanggyun dan Kenta, pasangan suami istri itu bilang untuk tidak menyerah secepat ini. Minhyun pasti akan luluh sedikit lagi.
Hyunbin butuh waktu untuk memantapkan perasaanya. Tetap bertahan atau meninggalkan Minhyun begitu saja. Selama beberapa hari ia mencoba menenangkan diri sendiri dan mencari jawaban. Jika memang dia dan Minhyun berjodoh, Tuhan pasti punya banyak cara untuk mempertemukan mereka.
Sore itu hujan turun deras, bertepatan dengan berakhirnya shift Hyunbin di hari jumat yang penat. Sebelum berangkat ke rumah sakit, Hyunbin selalu menyempatkan diri untuk menonton ramalan cuaca. Menentukan ia harus membawa mobil atau motor sportnya untuk sampai di tempat bekerja.
Keputusan Hyunbin untuk membawa mobil benar benar tepat, ia bisa langsung pulang tanpa menunggu hujan reda, walaupun jarak dari rumah ke rumah sakit hanya 15 menit. Tanpa ragu kaki panjang Hyunbin menginjak pedal gas pelan pelan, hujan deras membuat jalanan jadi licin. Jarak pandangnya juga agak terbatas.
Sampai suatu ketika Hyunbin menginjak rem mendadak, beruntung tidak ada kendaraan lain di belakang mobilnya. Dokter muda itu punya alasan kuat untuk melakukan tindakan tersebut, barusan ia melihat bidadarinya berjalan lambat di tengah guyuran hujan. Pikiran Hyunbin seketika kosong, ia tidak bisa memikirkan apapun kecuali si bidadari.
Sudah gila ya berjalan santai di tengah guyuran hujan begini?
Tapi Hyunbin lebih gila lagi karna ia turun dari mobil tanpa perlindungan apapun, menghampiri Minhyun dan memaksa bidadarinya untuk masuk kedalam mobil. Tidak peduli tubuh basah kuyup keduanya ikut membasahi jok mobil, yang penting Minhyun tidak kehujanan lagi.
Tangan Hyunbin mengusap wajahnya kasar, bermaksud menyeka air hujan. Lantas ia mencabut beberapa lembar tisu dan mengeringkan wajah Minhyun. Mengusapnya pelan pelan disekitar wajah, lalu mengeringkan kedua telapak tangan Minhyun yang terasa sedingin es.
Sialnya Hyunbin tidak punya benda apapun untuk sekedar menghangatkan si bidadari, ia hanya mampu menggesekkan dua telapak tangannya pada telapak tangan Minhyun, meskipun sama sama dingin.
Sebenarnya, Hyunbin sudah ingin memarahi Minhyun tapi percuma saja, toh Minhyun tidak akan merespon semarah apapun atau seberapa tinggipun suaranya naik.
"Sabar sebentar ya" kata Hyunbin, menyadari tubuh Minhyun mulai mengigil.
Tidak peduli jalanan licin, kaki Hyunbin menginjak pedal gas agak dalam dari pada tadi. Minhyun harus diselamatkan, jangan sampai bidadarinya demam karna kehujanan.
Mobil itu sudah sampai di pekarangan rumah. Hyunbin segera membuka pintu dan menarik tubuh mengigil Minhyun keluar pelan pelan. Salah satu pelayannya tampak panik mendapati sang tuan muda pulang dalam keadan basah kuyup padahal jelas jelas si dokter membawa mobil.
Lantas si pelayan menawarkan beberapa bantuan, seperti menyiapkan air hangat untuk mandi, atau sekedar teh hangat dan ginseng, namun Hyunbin menolaknya. Ia bisa mengurus dirinya dan Minhyun sendiri.
Lantai rumah jadi basah karna ulah dua lelaki ini. Minhyun digiring ke kamar Hyunbin, setidaknya pakaian basahnya harus di lepas. Dokter muda itu tentu tidak mau pasien kesayangannya sakit. Ia menyambar handuknya di kamar mandi. Untung saja kamar Hyunbin dilengkapi dengan kamar mandi dalam, jadi ia tidak perlu bolak balik keluar.
Seperti biasa, Minhyun hanya diam mematung dengan tatapan kosong, meskipun tubuhnya mengigil kedinginan. Hyunbin segera mengusapkan handuknya pada wajah dan rambut basah Minhyun. Setidaknya harus mengeringkan bagian bagian yang masih terlihat –tidak tertutup kain-. Entah sudah ke berapa kali Hyunbin dibuat resah dengan sikap Minhyun. Kali ini ia resah karna harus membuka pakaian Minhyun atau tidak. Faktanya pakaian basah kuyup justru membuatmu lebih cepat terserang demam
"Mau aku buka atau kau buka sendiri?" tawar Hyunbin sebelum dianggap kurang ajar oleh Minhyun.
Tidak ada jawaban keluar dari bibir Minhyun seperti biasa. Hyunbin berdecak, kesal juga lama lama. Minhyun ini tidak tau ya kalau sedang dikhawatirkan orang? Jawab dengan kedipan mata atau bahasa isyarat yang lain kan seharusnya Minhyun bisa, meskipun ia tidak bisa bicara.
Ya sudah, dari pada membuang buang waktu. Diamnya Minhyun sudah dianggap sebagain jawaban bersedia. Segera saja jari jari Hyunbin melucuti kancing kemeja basah milik si bidadari. Hyunbin sama sekali tidak bermaksud mencuri kesempatan dalam kesempitan, hanya ada perasaan khawatir teramat besar pada bidadarinya.
Satu persatu kancing kemeja Minhyun sudah terbuka sempurna mulai atas sampai bawah. Hyunbin menarik baju itu kebelakang, meloloskan lengan kemejanya melewati telapak tangan Minhyun. Dan tubuh mulus Minhyun terpampang, didepan Hyunbin. Sebenarnya tidak bisa dikatakan mulus juga sih, karna di lengan dan sekitar pergelangan tangannya masih terdapat bekas luka hasil self injurynya.
Ini bukan saat yang tepat untuk berpikiran yang tidak tidak. Setelah melempar kemeja basah Minhyun ke keranjang baju kotor di sudut kamar, lelaki itu langsung mengeringkan tubuh bagian atas Minhyun dengan handuk. Tenang saja, kulit Hyunbin sama sekali tidak bersentuhan dengan kulit Minhyun sedikitpun. Ia benar benar murni menggunakan handuk tanpa ada unsur curi curi kesempatan.
Meskipun sebenarnya tubuh indah Minhyun terlalu sayang untuk di lewatkan. Coba perhatikan bagaimana kulit putih bersihnya yang selama ini selalu terbalut pakaian lengan panjang. Leher jenjangnya juga tak kalah menggoda. Bahu mulus berhias beberapa tetesan air yang masih tersisa disana juga mampu memberikan kesan sexy. Dada bidang dengan nipple coklat muda juga sudah menjadi objek salah fokus sejak tadi. Oh dan jangan lupakan perut rata ber-abs samar tersebut. Segala keindahan itu sudah terpampang cuma cuma di depan Hyunbin.
Minhyun tidak memberi penolakan seperti dulu. Jujur ia memang merindukan kehadiran Hyunbin di hidupnya, meskipun Sanggyun dan Kenta juga sudah hadir kembali pada lingkaran kehidupannya. Tapi, perhatian Hyunbin itu spesial. Tidak peduli pada bisikan Jinyoung yang menyruhnya untuk segera pergi dari sana.
Nyatanya, perasaan Minhyun tetap tidak bisa di bohongi, sehebat apapun hasutan Jinyoung. Ia justru ingin disentuh lebih jauh oleh dokter muda di depannya ini. Bahkan sekarang ia merasa menyesal karna pernah menolak ciuman dan segala bentuk perhatian Hyunbin saat ia di rawat beberapa hari lalu.
Ah, Hwang Minhyun memang bebal. Lelaki bermata rubah itu tidak menuruti perintah Jihun untuk menerima perlakuan manis Hyunbin. Dan sekarang ia menyesal.Bolehkah ia berharap agar perhatian Hyunbin akan terus berlanjut setelah ini?
Boehkah ia mendapatkan sebuah pelukan hangat dari lelaki berpostur lebih tinggi darinya ini?
Bolehkah ia mendapatkan sebuah kecupan lembut pada bibirnya yang bergetar menahan hawa dingin setelah kehujanan?
Bolehkah Minhyun mendapatkannya?
TBCPusing ngga kalian baca narasi semua?
Vote sama commentnya jan lupa eapz man teman~ kalo ngga saya ngambek nich :((
Trus level depan ratenya naik dikit lagi gapapa kan? Dikit doank kok, dikit ._.
YOU ARE READING
0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbin
Fanfic[COMPLETED] cerita spinoff 👉 0256 minhyunbin ↪ 9201 winkdeep ↪ 5307 guanho ⤵ spinoff 0256 sudah di publish dengan judul 9201 dan spinoff dari 9201 sudah di publish dengan judul 5307 ⤵ [private dibagian rada anu] di pertemuan pertama, hyunbin bilan...