Chapter 9

1.5K 66 1
                                    

"Btw, lo kan pernah nganterin gua pulang. Kok kemarin nanya ke Tania?" Tanya Alexa.

Lucid tertawa kecil. "Well, itu cuma ngetest Tania doang" Jawabnya.

Mendengar itu, Tania menatap Lucid sinis. "Kampret bener nih anak. Sempet-sempetnya ngetest orang pas lagi panik gitu" Ujarnya.

Lucid tertawa. Begitupun Alexa.

---

Sudah 15 menit Alexa menyusuri seluruh penjuru perpustakaan. Hendak mencari buku Ensiklopedia Mesir. Tapi tidak ketemu. Ia ingin bertanya pada penjaga perpus tapi ia tak punya nyali untuk melakukannya.

Yah, ia sudah mengajak Tania. Tapi perempuan itu benar-benar alergi buku. Ia lebih memilih jadi penjaga kantin daripada disuruh menenani Alexa ke perpus.

"Itu kali ya?" Gumam Alexa sambil menatap sebuah buku bersampul kuning yang ada di rak paling atas.

Ia mengangkat tangan kanannya. Berusaha mengambil buku itu. "Aaagghhh!" Usahanya tak berhasil.

Tap!

Sebuah tangan menjulur dari arah belakang dan mengambil buku itu. Sontak, Alexa menoleh kebelakang. Mendapati David sudah berdiri dibelakangnya.

"Kalo ga bisa, minta tolong." Ia menyerahkan buku itu ke Alexa.

Alexa menerimanya. "Thanks Dav" Ujarnya.

"Sendiri? Tania kemana?" Tanya David sambil berjalan pelan menuju meja baca.

"Ahaha. Tania ga bakal mau diajak ke perpus" Jawab Alexa sambil berjalan disebelah David.

David tertawa kecil.

"Lo sendiri? Ngapain diperpus?" Tanya Alexa.

"Gua bingung mau ngapain. Dikelas cuma disuruh doang. Mending pergi" Jawab David. Ia duduk disalah satu sofa yang ada ditepi perpus.

Alexa mengikutinya. "Disuruh?" Alexa menatap David bingung.

"Eh enggak. Btw, lo disini lo baru kenal gua Tania sama Lucid doang?" David balik tanya. Berusaha mengalihkan pembicaraan.

Dan berhubung otak Alexa kurang 1 ons, ia tidak sadar kalau David sedang mengalihkan pembicaraan.

"Engga. Dikelas udah lumayan akrab sama yang lain. Karel sama Kevin. Gua juga kenal mereka" Jawab Alexa.

David hanya ber-oh.

"Eh gua balik ke kelas ya. Mau ngerjain tugas sejarah" Ujar Alexa sambil menatap buku yang dipegangnya.

David tersenyum. "Oke. Good luck Lex" Katanya.

Alexa membalas senyuman David. Didetik berikutnya, ia berlalu.

---

David berjalan menyusuri halaman sebuah rumah mewah. Ia berbelok dan masuk dari pintu belakang.

Ia hendak ke dapur untuk mengambil segelas air. Lelah. Maklum, David berangkat dan pulang sekolah dengan jalan kaki.

Sebelum itu, telinganya mendengar suara gaduh dari ruang tengah. Ia menepi kearah pintu yang menghubungkan antara dapur dan ruang tengah.

Lalu membuka sedikit pintu itu.

Gleb!

Seseorang menarik tangannya. David menoleh. "Ibu?"

Ibu David melepaskan genggamannya saat sudah agak jauh dari ruang tengah.

"Lucid kenapa lagi?" Tanya David.

"Ga tau. Ayahnya langsung marah gitu pas Lucid pulang" Jawab ibunya lirih.

"Mending kamu pulang sana. Bilang ke Davny, ibu pulang agak malem" Sambungnya.

David tak bisa membantah. Ia mengangguk lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.

---

LUCID POV
"Udahlah Yah. Lucid pusing dengernya." Lucid beranjak. Menatap kedua mata ayahnya yang terlihat marah.

Ayah Lucid menghela nafas panjang. "Sana kekamar. Ayah serius sama pembicaraan tadi" Kata beliau.

"Lucid baru 17th Yah. Belum mikir gituan" Kata Lucid datar. Ia berbalik lalu meninggalkan ayahnya.

Ayah Lucid semakin kalap. "Lihat Luna! Dia udah sukses sekarang. Nikah sama direktur perusahaan lain. Itu menguntungkan kita Cid. Lah kamu. Sekolah aja belum bener!" Nada nya meninggi. Ia menatap anak bungsunya itu.

"Lucid sama kakak beda, Yah" Bantah Lucid lagi.

"Kalau bukan kamu, trus siapa yang bakal nerusin usaha Ayah ini? Anak laki-laki Ayah cuma kamu Cid!" Bentak Ayah Lucid.

Didetik berikutnya, Lucid mengabaikan ucapan ayahnya itu. Ia melangkah menuju kamar. Dengan perasaan tak karuan.

"Ayah pikir kak Luna cewek baik?" Tanya nya dalam hati.

---

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang