Sudah tamat dan sudah diterbitkan!
Tersedia dalam Google Play : https://play.google.com/store/books/details?id=ppFRDwAAQBAJ
Bagi Amara, Liam itu player berengsek yang harus dijauhi
Tetapi ironisnya, ketika ayahnya memberi ultimatum pada Amara, ia m...
Siapa yang bilang kau tidakbolehbersenang-senangdalamhubunganbisnis?
Sialnya, saat ini tubuh Amara bersekutu dengan pria itu. Seharusnya Amara tahu, bahwa dengan pria seperti Liam - cepat atau lambat - tubuhnya akan mengkhianatinya. Tapi, ia terlalu percaya diri. Kini sentuhan Liam, suara pria itu, kalimat-kalimat yang dikeluarkannya, semuanya seolah disetel untuk membangunkan tubuhnya dari tidur panjang.
"Aku tidak melihatmu dengan jelas tadi malam." Ia tersentak halus saat telapak Liam bergerak di sisi tubuhnya lalu naik menyapu dadanya dan berhenti di atas gundukan lembut Amara. "Aku harus melihatmu sekarang. I didn't see when I tasted you last night."
Kata-kata itu tidak seharusnya menghantarkan gejolak sensasi yang kini menghantam bagian di antara kedua kaki Amara tapi sayangnya, ia tidak bisa menahannya. Apalagi ketika Liam meremas bokongnya dengan telapaknya yang lain, menarik Amara merapat sambil terus memijatnya keras. Ia terengah pelan, berusaha merapatkan kedua kakinya sementara bayangan itu muncul tatkala Liam berbisik di sisi telinganya yang panas mendengung. "Hanya dengan membayangkan tubuhmu saja, tubuhku sudah menegang. Apa yang sudah kau lakukan padaku, Amara?"
Ia tidak tahu. Amara tidak bisa menjawabnya, tidak ketika ia merasakan hal yang sama. Apa yang sudah pria itu lakukan pada tubuhnya?
"Tubuhmu begitu manis, aku ingin mencicipi setiap incinya tanpa tersisa. Shame on them for not treating you right. But I know I am a lucky bastard, coz' I will use you right. I will make every part of your body calling out for my name. Mine and only my name."
