2012 cinta itu belum datang

8 0 0
                                    

2012
Aku lupa tanggal berapa tepatnya aku memasuki jenjang sekolah SMA, tapi aku masih ingat tahunnya. Hari pertama disekolah, ada dua perasaan yg saat itu aku hadapi. Pertama excited karena akhirnya aku bisa keluar dari sekolah menengah pertamku yg dipenuhi dengan ketidaknyaman. Jujur  saja aku sangat kurang nyaman berada di SMP saat itu. Entahlah aku kurang suka dengan lingkungannya yang agak sempit sih dan perasaan kedua adalah I'm super scared because pasti akan ada masa orientasi dengan segala hal yg tidak jelas itu termasuk para senior osis yg sok oke tapi sedikit yg berprestasi.
Diantar oleh ayahku dengan motor, langkahku mulai memasuki kawasan SMA dan mencari ruanganku bersama dengan barang2 tidak jelas untuk acara MOS nanti. Ini hal aku aku benci karena harus beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan, teman, sistem, peraturan dan lain sebagainya yg intinya banyak yg gak enak diawal.
Aku sudah mulai memasuki ruang kelasku. Sudah ada banyak orang didalamnya. Aku sedikit kurang pagi padahal rencanaku, aku akan berangkat lebih awal. Semua bangku didepan sudah terisi, tinggal sisa dibelakang. Ya sudah aku memilih kursi di belakang saja.
Aku masih diam dan membisu, memperhatikan suasana disekitar tepatnya didalam kelas dengan orang yg asing pula dan berharap semua situasi aneh ini segera berlalu.
***
Aku lega akhir acara MOS tidak penting itu segera berakhir. Tapi saat itu, ada satu pandangan lain yg menjadi pusat didalam kelas. Seorang murid cewek sekelasku itulah yg saat itu menjadi pusat perhatian. Dia berasal dari kota besar sehingga penampilannya cukup menonjol dibandingkan dengan anak-anak lain dilengkapi dengan tinggi badan khas orang kota lah.
Namanya Selly, begitu dia memperkenalkan dirinya didepan kelas. Sudah dapat ditebak jika Selly akan menjadi salah murid yg terkenal nanti. Aku tersenyum kecut memikirkan itu. Mana mungkin aku menjadi quinn bee? Mustahil dengan gayaku yg cukup kebelakang dibandingkan dengan Selly tapi memang aku enggan memikirkan hal tidak penting itu selain memikirkan belajar. Aku segera mengalihkan pandangku ke lain tempat, malas juga sebenarnya memikirkan suasana ini.
***
Dibelakang bangku aku ada dua murid laki-laki yg rese bahkan setelah beberapa bulan duduk dikelas ini, keresean mereka semakin jelas. Bodohnya, kelakuan rese itu tidak terlihat diwajah mereka yg sok polos itu. What? Kemustahilan seorang cowok itu polos.
Jam berdenting sepersekian kali bahkan tak dapat dihitung hingga jam dikelas menunjuk pukul tengah hari. Aku menguap lebar. Membuat lembar buku didepanku terangkat. Aku segera menyenderkan kepalaku diatas meja. Rosze disampingku terkekeh2 melihat kemalasanku. Dia saja sebenarnya juga malas menerima pelajaran hari itu! "Dasarrr" aku mendengus
"Ada apa sih, chil?"
"Gak usah sok tegar lo ya, lo juga pengen banget jam ini segera selesain kan?" Aku kembali menggerutu
"Jelas kalau itu, tapi aku selalu bersabar saat menghadapi cobaan Tuhan ini"
"What the hell? Cobaan lo kata? Ini kewajiban lo buat belajar, sadar woi sadar"
"Apaan sih lo labil tadi bilang ingin pelajaran ini cepet selesai, giliran gue ngomong kok lo yang sewot sih."
Aku terkekeh2 melihat muka kesal Rosze. Makanya jangan melawan Chilla.
***
Itu adalah hari terburuknya saat sedang ujian harian. Entahlah, rasanya malu bercampur dengan kesal juga.
Guru matematika itu segera memasuki ruangan kelasku dengan membawa tumpukan kertas ujian. Sebenarnya, aku berharap jika aku tidak akan memukan pelajaran ini dimasa depan. Ia segera membagikan kertas2 ujian tersebut. Feeling ku sudah tidak enak saja. Rosze menyenggol lenganku. Aku menatapnya sinis walaupun setelah ini aku merasa bersalah sih.
"Bisa?" Aku segera menjuruskan pertanyaan kepada Rosze setelah menerima lembar ujian.
Sial, Rosze malah melengos dan segera mengalihkan pandangannya didepan kertas ujian.
Aku menghadap kebelakang ke pada dua makhluk cowok yg ngeselin itu.
"Bisa?"
"Bisalah" buset songong sekali. Nyesel tanya itu.
Serasa dikelas yg paling tidak bisa adalah aku. Aku segera menghadap didepan lembar ujian setelah ada intruksi mengerjakan dari guru matematika tersebut.
Rosze sudah mulai mengerjakan. Depan belakang pun sudah mulai mengerjakan. Aku? Boro2 1 soal selesai, tapi justru pikiran ini yg kemana2 dan berharap pelajaran ini segera selesai.
Setengah jam ketika semua sudah hampir selesai, aku masih stuck disitu2 saja. Aku mulai gugup. Mencari mata yg bisa menjadi sumber jawaban. Dengan segala kegugupan itu, tiba2 aku mendengar suara seseorang sedang memanggil namaku.
Bukan suara dari teman yg menjadi sumber jawabanku, melainkan dari depan kelas yg sedang duduk dan memasang muka amarahnya itu.
Sial! Aku mengumpat dalam hati. Tak cukup itu saja, aku pun harus mengerjakan soal ujian didepan. Oh that shit! Pengen berkali2 mengumpat.
Aku selesai mengerjakan soal ujian seadanya dan yg membuat aku merasakan kesialan tersebut.
***
Sekolah di SMA ini sudah berlangsung selama berbulan2, aku sudah mulai akrab dengan teman2 sekelas dan dengan dua makhluk sialan yang ada dibelakangku dan Rosze.
Aku dan Rosze mulai menikmati gurauan bersama dengan 2 orang itu. Tapi semakin hari aku mulai sadar bahwa ada hal yg disembunyikan oleh ROSZE. Entahlah tapi aku belum tahu dan aku yakin itu ada. Sikap Rosze dengan Joel berbeda akhir2 ini. Sedangkan sikap Joel tak ada yg berubah.
Berhari2 setelah itu, Rosze lebih perhatian dengan Joel. Dia sering memberikan tawaran contekan tugas atau yg lainnya. Aku awalnya tidak sadar hingga aku mulai menyadari bahwa Rosze suka dengan Joel.
Aku tidak berani bertanya lebih jauh karena itu bukan urusannya. Berbeda lagi jika Rosze sendiri yg bercerita maka akan berbeda lagi ceritanya.
Selain Joel dan temannya akrab denganku dan Rosze, mereka juga akrab dengan 2 murid cewek yg ada didepan.
Tapi aku tak ambil pusing mereka juga bukan sahabatku kan. Aku tertawa dalam hati. Joel dan temannya juga sering menghabiskan waktu dengan mereka saat diluar jam sekolah. Mereka sering mengadakan acara yg tidak jelas dan yah menurutku mereka berdua emang radak aneh sih. Aku aku aja yg mikir seperti itu?
Semakin kesini entahlah hubunganku dengan kedua cewek tersebut semakin akrab. Aku sering sekali ikut ke acara yg dibuat mereka entah itu jalan2 ketempat random dan ujung2nya mencari makan gratis.
Jujur karena itu pula lah hubunganku dengan Rosze agak berjarak. Rosze lebih sering dengan bangku depan. Aku sangat menyesal hingga saat ini ketika mengingat2 masa itu.
Hingga aku sadar dua murid cewek tersebut memiliki kebiasaan yg buruk dengan perbuatan buruk mereka. Aku tahu mereka juga menyebarkan bumbu2 fitnah yg ditujukan untuk Rosze dan bodohnya, aku mempercayai mereka berdua. Aku bodoh dan what the f**k aku rasanya ingin menjedotkan kepalaku karena pernah akrab dengan mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seharusnya Tidak Ada Sahabat diantara KitaWhere stories live. Discover now