Seperti hari-hari biasanya, sma 1 jakarta selalu tertib, di depan gerbang buk susan sudah berdiri dengan menggenggam mistar panjang di tangan sebelah kanannya dan tangan sebelah kirinya memegang botol minum, yang pasti dia akan berjaga-jaga di depan gerbang, agar nantinya dia bisa mengecek seragam siswa lengkap atau tidak. Hanya beberapa kata yang sejak tadi buk susan ucapkan seperti...
"Pakai dasimu itu"
"masukan seragammu"
Atau
"Rokmu itu kependekan"
"Rambut kamu harus di gunting"
Yang pasti para siswa ataupun siswi hanya bisa berharap guru killer itu tidak membawa mereka keruang bk.
Tak lama sebuah motor sport berwarna merah tiba memasuki gerbang sekolah, buk susan sangat mengenal kedua orang itu, sehingga sebelum motor mereka memasuki gerbang ia segera merentangkan tangannya sehingga motor itupun berhenti.
"Kalian pacaran yah?" Tanya buk susan mengintimidasi. Sang gadis dibelakang tak juga menyahut, dia terlihat sangat kaku sehingga terus meremas jaket yang dikenakan lelaki yang mengendarai motor tsb.
"Kalo iya emang kenapa buk? Mau pacaran juga sama saya" jawab sang cowok enteng, segera siswi dibelakangnya memukul keras pundak sang cowok membuat cowok itu meringis.
"Kamu itu yah..." kata-kata buk susan tak dilanjutkannya dan menyingkir dari gerbang sekolah.
"Boleh masuk nggak nih buk? Kasian lo, pacar saya nunggunya lama"
"Ati-ati buk pacar saya ini lagi datang bulan, kalo dia marah galaknya minta ampun" lanjut cowok itu berbisik tapi masih didengar jelas oleh siswi dibelakangnya, dan untuk yang kesekian kalinya siswi tsb memukul pundak cowok itu.
"Yaudah masuk!!" Ucap buk susan mempersilahkan, yah walaupun ada wajah kekesalan di wajah guru killer itu, setelah melihat tingkah kedua muridnya.
Itu vano dan dyra, seperti yang vano katakan kalo pagi ini dia akan menjemput dyra kesekolah agar nantinya semua gadis-gadis centil di sekolahnya tidak merasa aneh dengan hubungan vano dan dyra. Vano sendiri tidak tahu bahwa dari seribu siswi yang sakit hati melihat kemesraan dia dan dyra ada salah satu siswi yang paling merasa sakit hati.
Motor vano kini sudah terparkir di parkiran sekolah, banyak pasang mata yang menatap kedua sejoli itu. Tak banyak yang menatap sinis ke arah dyra seakan-akan ingin menerkam gadis itu sekarang juga. Merasa risih dengan semua tatapan itu, segera dyra berjalan menjauhi motor vano.
"Mau kemana sayang?" Panggil vano. Dyra tertegun, barusan vano memangilnya apa? Sayang.
"E-em m-mau kekelas lah" balas dyra sedikit kikuk.
"Yah lepasin dulu kali helmnya" vano tertawa melihat tingkah dyra yang belum melepas helmnya dari kepalanya.
"Ohh, gue lupa"
Dyra mencopot helm milik vano dari kepalanya dan memberikannya pada sang empunya. Setelahnya dyra bergegas lari menuju kelasnya.
Dari kejauhan seorang gadis yang tengah memegang bola basket, terlihat sedang menatap vano dan dyra barusan, siluet matanya tampak sangat sedih, mata gadia itu sudah berkaca-kaca. Setelah mencoba meremas bola basketnya tapi tidak bisa gadis itu melempar bola basketnya asal, yah walaupun itu bola basket kesayangnnya tapi jika sudah keadaan begini, dia tidak perduli lagi dengan bola basket itu. Setelah melempar asal basket miliknya gadis itu beranjak pergi dari tempat persembunyiannya.
"WOYY INI SIAPA YANG LEMPAR BOLA BASKETNYA!!"
_____
Pagi ini seperti biasanya seorang celine terlambat untuk yang kedua kalinya setelah awal masuk sekolah lalu. Pintu gerbang Sma-nya sudah tertutup rapat, satpam pun sudah tak terlihat. Jika dia masuk dengan cara melompat pagar bisa-bisa dia dihukum. Tapi kalo tidak masuk bagaimana nasibnya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Promise : (early)
Teen Fictionbagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintaimu? Celline eugeyne. seorang gadis remaja cantik yang harus merasakan betapa sakitnya, mencintai seseorang yang tidak sama sekali mencintai. mungkinkah seseorang yang di cintai celline akan m...