Hari sudah menjelang sore, tepat pukul 15.45 para siswa sma 1 jakarta sudah dipulangkan. Bel pun sudah berbunyi sejak satu menit yang lalu.
Dari arah kelas 11ipa1 para siswa maupun siswi sudah beranjak keluar dari dalam ruangan kelas mereka, namun tidak untuk celine, gisel, oliv, kesya, michel, dan dyra. Keenam orang itu masih sibuk membereskan alat tulis menulis mereka, setelah dipakai saat jam matematika tadi. Keadaan gisel masih sama seperti sebelumnya, diam dan tidak berucap apapun.
"Woyy, jangan ngelamun mulu lo, ntar kesambat baru tau rasa lo!!" Pekik celine frustasi saat menatap keanehan yang terus terjadi pada gisel. Gisel sendiri tidak menatapnya.
"Udahlah cel, biarin aja gisel, dia cuman pengen sendiri..bukan dapet temen yang kerjaannya cuman nikung" ucap kesya sinis.
Celine berpikir perkataan kesya barusan tertuju padanya sehingga detik itu juga celine beralih menatap kesya tajam.
"Gue nggak pernah nikung pacarnya gisel, sekalipun itu biantang" kesal celine. Kesya teftawa sinis.
"Ya iyalah binatang nggak lo tikung, namanya juga binatang. Kalo mau tikung sana monyet gue dirumah, banyak" balas michel tertawa.
"Yeee malah becanda, udahlah"
Dyra sendiri tak ikut bicara, entah kenapa dyra merasa ucapa kesya itu tertuju pada dirinya sendiri.
Tak lama pintu kelas mereka terbuka, memunculkan seorang siswa dengan tampang cool-nya berjalan masuk menatap satu persatu dari keenam orang sahabat yang tersisa diruangan kelas mereka.
Semuanya mematung menatap siswa tsb, dari cara berpakaian yang ia pakai dapat tergambarkan sifat asli siswa tsb. Siswa itu juga membawa basket ditangan kirinya.
"Yanga namanya gisel mana?"
Gisel segera mengancungkan tangannya menatap bingung siswa itu. Siswa tsb berjalan mendekat ke arah meja yang gisel duduki.
"Ini bola basket lo, kalo kesel jangan lampiasin bola ini buat dilempar ke gue" hanya itu yang diucapkan siswa bernametag Ikhi..selanjutnya siswa tsb berjalan keluar dari kelas mereka. Mungkin satu sekolah harus tahu bagaimana ekspresi gisel saat ini. Jantungnya bahkan dapat didengar jelas oleh celine yang ada di sebelahnya.
"Jodoh tuh nggak kemana sel" setelah mengucapkan kalimat itu, celine berdiri dan menarik lengan michel untuk keluar dari dalam kelas, dyra, kesya, dan oliv tentu sudah tau apa yang akan dilakukan sahabat mereka itu jika sudah keluar dari kelas, apalagi menarik michel.
"Yaudah yuk keluar, males gue disini!!" Ucap gisel sinis dan beranjak keluar kelas diikuti kesya. Sebelum wajahnya tak terlihat dari ambang pintu gisel menatap sinis ke arah dyra setelahnya berjalan lurus.
Dyra tahu pasti tatapan yang sudah dipastikan ditujukan padanya, ini yang ia khawatirkan untuk menjadi pacar pura-pura vano, bisa jadi bukan hanya gisel yang membencinya tapi satu sekolah pun juga.
Oliv melangkah mendekat ke arah meja dyra seraya memegang pundaknya.
"Gisel marah besar sama lo"
"Iya, ini semua sih gara-gara vano..kalo bukan karena idenya yang gila ini, gue nggak mungkinlah ngelakuin hal bodoh kayak gini. Mana dika juga udah angep gue sama vano serius"
"Kayaknya lo harus bilang hal ini deh sama vano, bisa-bisa persahabatan kita hancur cuman gara-gara tu anak"
"Iya dehh, besok gue bakalan bicarain ini sama dia..lo temenin gue yah?"
"Lahh kenapa nggak ngajak celine"
"Bisa jadi rumit masalahnya kalo ada tu anak, tau kan celin itu kerjaannya jodohin orang mulu, dirinya aja belum bisa dapet jodoh"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Promise : (early)
Jugendliteraturbagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintaimu? Celline eugeyne. seorang gadis remaja cantik yang harus merasakan betapa sakitnya, mencintai seseorang yang tidak sama sekali mencintai. mungkinkah seseorang yang di cintai celline akan m...