/i'll choose your happiness over mine everytime/
💠💠💠"Maaf ya, kita pulang duluan," pamit Karin sambil menggandeng tangan Kevin. "Makasih buat waktunya hari ini. Boleh lah, kapan-kapan kita double-date lagi," lanjutnya dengan gurauan.
"Double-date, ndasmu," gumam Sheryl pelan. Hatinya mendadak dongkol melihat jemari Karin yang terkait mesra di sela-sela jemari Kevin.
"Kita cabut duluan, ya. Sampai ketemu di sekolah," Terakhir, Kevin melambaikan tangannya sebelum meninggalkan Leon dan Sheryl di arena bermain ini bersama pacarnya. Sheryl masih memerhatikan hingga keduanya menghilang setelah melewati pintu keluar.
"Tunggu, tunggu. Itu bonekanya dari lo?" tanyanya pada Leon begitu menyadari sesuatu yang dibawa Karin sedari tadi. Yang ditanya hanya mengangguk. "Udah jago banget lo modusin cewek. Gue nggak tahu lho, kalau lo bisa seagresif ini,"
"Agresif apanya," Leon mencibir. "Eh iya, kartunya Karin ketinggalan," lanjutnya begitu menyadari tangannya masih membawa kartu Timezone milik Karin. Ia berniat menyusul gadis itu namun ditahan oleh Sheryl.
"Mending dibuat main, Le," Sheryl menyambar kartu itu dengan cepat. "Senin aja dikembalikan. Yuk, main!" ia meraih lengan Leon dan menariknya menuju wahana Street Basketball.
"Ngawur kamu, itu kartu punya Karin kali,"
Sheryl menulikan pendengarannya, dengan santai ia menggesekkan kartu itu ke mesin. "Lo suka basket, kan? Yuk, tanding!" ia menangkap bola yang menggelinding ke arahnya setelah permainan dimulai dan melemparkannya ke arah Leon. Beruntung Leon menangkap dengan sigap.
Lelaki itu memasang wajah serius sebelum bersiap melemparkan bola ke ringnya. Dan berhasil! Bola basket itu masuk ke dalam ring dengan mulus.
"Lumayan, lumayan," Sheryl kini juga bersiap untuk melakukan duel dengan Leon. Keduanya bertanding dengan sengit, bahkan kepala Sheryl nyaris terhantam bola saking brutalnya ia bermain. Ronde pertama dimenangkan oleh gadis itu.
"Ayo main lagi, kamu mainnya jangan beringas gitu dong!" pinta Leon, cukup menuntut. Kalau dilihat-lihat, lelaki bertubuh tinggi itu terlihat seperti anak kecil yang sedang merengek pada ibunya.
"Dih, jijik! Nggak usah sok imut gitu!" cecar Sheryl sebelum kembali menggesekkan kartu Karin ke mesin. Keduanya bermain lagi dengan serius dan akhirnya ronde kedua ini dimenangkan oleh Leon. "Udah puas?"
"Belum, lah! Ayo main yang lain!"
Mereka menghampiri berbagai wahana seperti Time Crisis, MT 4, Dance Dance Revolution, dan masih banyak lagi.
"Capek?" tanya Sheryl begitu Leon berhenti sejenak untuk duduk di sebuah bangku yang disediakan untuk pengunjung. "Gue beliin minum ya?"
"Nggak perlu," Leon memberikan senyumnya sambil menepuk sisi bangku yang kosong supaya Sheryl ikut duduk di sebelahnya. "Sini duduk,"
Sheryl menurut. "Lo nggak bakal mimisan kayak kemarin lagi, kan?" tanyanya khawatir.
"Sepertinya, nggak. Mungkin saya harus rutin melakukan banyak hal seperti hari ini supaya cepat sembuh,"
"Bener! Lo harus sering jalan-jalan atau olahraga, yang ringan-ringan aja. Biar hidup lo nggak cuman belajar dan penyakit juga nggak bakal numpuk. Lo itu udah mirip mayat hidup tahu, nggak? Pucet banget. Gue janji deh, bakal ngajakin lo olahraga tiap sore. Bisa, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Novela JuvenilSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel