Butir kesepuluh : Hantu di Sudut Pikir

7.5K 1.1K 305
                                    

Hari yang cukup cerah, mengingat musim dingin sebentar lagi usai.

Kondisi restoran yang lumayan sepi, membuat Sungwoon maupun Seongwu bisa duduk-duduk sebentar, tanpa harus berbolak-balik membawa pesanan. Seongwu tertawa ketika melihat kiriman foto yang dikirimkan bibi Soo kepadanya.

Yeoli dengan baju baletnya. Anaknya memang menyukai hal-hal yang berbau menari ataupun menyanyi, hasil dari tontonan princess disney kesayangannya.

Ada perasaan hangat ketika Seongwu dapat melihat Yeoli bisa melakukan hal yang disukainya.

Selama ini, Yeoli selalu menurut. Tidak meminta mainan mahal, permen banyak, ataupun pergi ke taman hiburan. Anaknya seakan mengerti akan keadaan Seongwu. Karena anak itu sebentar lagi akan masuk sekolah, Seongwu berusaha keras menyisihkan uang untuk keperluan Yeoli nanti.

Namun, ntah apa yang Yeoli lakukan saat itu, ketika bibi Soo dan bibi Jihye mendaftarkannya untuk les balet.

Seongwu tadinya ingin menolak, namun tidak tega dengan bibi Soo dan bibi Jihye yang terlihat sangat senang mendaftarkan Yeoli balet. Bahkan mereka yang menjemput, menemani dan mengantar Yeoli nanti. Si kecil pun sangat senang mengikuti les baletnya. Ia selalu bersemangat dan meloncat-loncat semang ketika bibi Soo dan bibi Jihye memasuki restoran.

Sungwoon memperhatikan Seongwu yang tersenyum-senyum menatap ponselnya. Matanya turun ke arah pergelangan Seongwu, yang terdapat gelang putih berhiaskan biola kecil.

"Eoh? Seharga ginjalku?!" Ucap Sungwoon sambil menarik tangan Seongwu.

Seongwu sempat terkejut, namun ia kembali menarik tangannya, "Jangan berlebihan hyung!"

"Dari Daniel?" Tanya Sungwoon. Seongwu tidak menjawab, namun pipinya mulai berwarna merah muda.

"Benarkan? Benarkan?" Cecar Sungwoo sambil menusuk-nusuk pipi Seongwu dengan telunjuknya.

"Hentikan hyung!" Seongwu berusaha mengelak dari jemari usil Sungwoon.

"Jawab dulu makanya," Ucap Sungwoon sambil makin gencar menjaili Seongwu.

"Iya, iya. Dari Daniel, kau puas sekarang?" Jawab Seongwu dengan sedikit tersengal. Ia lelah menghindar dari serangan Sungwoon tadi. "Sudah lama pula, hadiah natal kemarin," Sambungnya.

"Lalu, kau berikan dia apa?"

Seongwu memandang Sungwoon aneh, "Tentu saja jam yang waktu itu kau temani belinya hyung."

Sungwoon melebarkan kedua bola matanya, "Hanya itu?! Tidak berikan yang lain?! Dasar miskin!"

"Berkacalah." Jawab Seongwu malas.

"Setidaknya berikan yang lain."

Seongwu diam. Tahu maksud kemana arah pembicaraan Sungwoon.

Sungwoon yang melihat itu, mulai mempunyai ide jahil kembali.

"Atau sudah? Sudah ya? Sudah kan? Iya kan? Mengaku saja mengaku~" ledek Sungwoon.

"Berisik!" Ucap Seongwu sambil menghentakan kakinya kesal, dan kabur ke ruang staff.

Seongwu mengusap-usap wajahnya yang terasa panas. Kenapa pula Sungwoon harus membahas masalah itu. Ia mengelus gelang pemberian Daniel, terasa hangat seperti Daniel sedang menggenggamnya saja saat ini.

"Sial.. aku rindu Daniel.." cicitnya pada diri sendiri.

***

Terlihat perempuan muda cantik sedang mengigiti kukunya panik. Tubuhnya tidak bisa diam, dan matanya selalu melihat ke arah pintu kantornya.

[END] Angel's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang