Remah 1 : Lelaki Yang Tak Mampu Mengangkat Galon Air

43 1 1
                                    

"Wahai cermin ajaib, siapakah wanita tercantik di alam semesta ini?"

"Exa Raudina Khoiroti" ucap cermin tersebut.

Lalu hening.

Hah!

Aku tersentak kaget. Tidak oleh siapa pun jawabannya. Aku bahkan tidak peduli tentang wanita tercantik di alam semesta ini.

Wanita cantik hanya menimbulkan fitnah, pertumpahan darah dan memicu peperangan.

Tak penting!

Dan sebenarnya bukan siapa-siapaku dan sejujurnya paling-paling tidak akan jadi siapa-siapaku.

Ah!

Dan sebenarnya aku tidak mengharapkan jawaban. Maksudku, tidak semua pertanyaan perlu sebuah jawaban kan?

Lalu tiba-tiba mendengar jawaban dari seorang, maksudku sebuah, maksudku seonggok cermin tua?

Gilang!

Lagipula, ini seharusnya bukanlah sebuah kisah fantasi. Tak mungkin ada cermin yang bisa bicara seperti tadi.

Ah benar aku mulai Gilang! Apakah benar semua ini ialah kenyataan?

Eh, bodohnya aku! Aku kan memang tidak nyata. Hanya rekaan dan rekayasa dari penulisku.

Tunggu dulu!

Jika begitu, mungkinkah penulis kisah ini memiliki imajinasi yang luar biasa?

Ah aku harus optimis. Ya! Suatu anomali seperti kemunculan cermin ajaib seperti ini sudah seharusnya aku perhitungkan. Dan selanjutnya ialah kemunculan...

IYAAA!!!

Kemunculannya! Kemunculannya yang sudah kunanti hampir 3 tahun terakhir.

Aaah!

JENIUS kau penulis kisah ini!

Kutegakkan punggungku. Bersiap berdehem sedikit agar pertanyaanku ini jelas diterima cermin ajaib. Aku tidak boleh salah bertanya dan cermin ajaib tak boleh salah menangkap jawabanku.

Ehem!

"Wahai cermin ajaib, abaikan pertanyaaanku tadi." dan kemudian bibirku bergetar.

"Ini serius, ya cermin..." hatiku makin dag dig dug tak kuasa mengetahui jawaban akhir kisahku.

Ehem!

"Wahai cermin, siapakah wanita yang mau menerima lelaki yang tidak mampu mengangkat galon Axua sepertiku?"

Hening.

Lalu terdengar suara.

Krik krik krik.

Suara jangkrik tiba-tiba terdengar di pagi menjelang siang hari? Tak biasa.

"Jawab!" aku setengah berteriak.

Namun cermin itu hanya diam. Aku sangat yakin ini adalah saat kemunculan putri bergaun jingga.

"Hei JAWAAAABBB!!" aku mulai sebal dan cermin itu memang sekedar cermin mengabaikan teriakanku.

Hening.

Lalu terdengar suara.

Preeeeet!

Suara kentut Mas Yanto? Sudah biasa.

"Cermin ajaib, tolong jawab..." aku kini memohon.

Hening.

Lalu.

PYAAAR!!!

Cermin berantakan dan aku tersentak kaget. Tubuhku terpental mundur tiga meter dan kepalaku terbentur kepala patung Ayah Kita Kartono. Aku mengaduh. Menggerutu.

Kepala patung itu baik-baik saja.

Kepalaku tidak.

Alias benjol sebesar bola pingpong.

"Asli kampreeeeet!" aku menggerutu. "Ini sudah jelas bukan karena penulis kisahku adalah orang memiliki imajinasi tinggi! Ini mah penulisnya orang sinting!"

"SINTINGGGG!!!"

Hatiku kalut, sebal, marah jadi satu. Sungguh cara yang indah untuk memulai hari.

Terimakasih penulis kisahku. Iya, setidaknya terimakasih sudah memulai sehingga aku dan benjolku telah ada.

Heh!

Besok aku hendak kau usilin seperti apa lagi? Jawab!

Area5758Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang