2. PANTI ASUHAN

147 14 9
                                    

(Semua yang tertulis dalam cerita ini merupakan karangan asli dari saya pribadi zeriandrifin "Zeri A. Arifin" dan yang paling penting adalah comment dari teman-teman terhadap isi cerita ini. Karena masukan teman-teman adalah suatu hal yang tak ternilai harganya. Masukan kalian akan sangat membantu sekali bagi saya untuk lebih mengembangkan kemampuan dalam menulis lagi kedepannya. Terima kasih)

*untuk gambar cover dan gambar di setiap bab dalam cerita saya ini merupakan gambar asli dari tangan saudara saya sendiri yaitu Endah Savitri (ig: endhsvtr)

Bel pulang sekolah berbunyi dan aku segera bergegas untuk pulang ke rumah Budhe. Clara yang sedari tadi menunggu ku di depan kelas, kutinggal begitu saja. Lagipula, tadi pagi dia sudah puas mendengar ceritaku yang akan pindah ke panti asuhan. Aku gak mau membuatnya khawatir lagi. Makanya langsung saja aku pulang.

Sesampai di rumah, aku langsung masuk begitu saja ke dalam kamar tanpa basa-basi dan tanpa menyapa para penghuni rumah seperti biasanya. Aku sengaja melakukan aksi diam seribu bahasa kepada Budhe dan Pakdhe. Aku membereskan semua barang-barangku mulai dari pakaian, buku-buku sekolah, alat mandi, dan semua peralatan milikku. Semua barang-barangku aku masukkan dalam tas koper Polo yang 8 tahun lalu juga aku pakai pindahan dari rumahku ke rumah Budhe. Kemudian sisa barang yang tidak muat di koper langsung saja aku masukkan ke dalam tas JanSport warna biruku. Semua telah siap dengan cepat. Karena memang faktor barangku yang tidak terlalu banyak sehingga mudah saja bagiku untuk membereskannya tanpa waktu yang lama.

Setelah semua beres dan siap, aku langsung keluar kamar dan meminta Pakdhe segera mengantarkanku ke Panti Asuhan secepatnya.

"Pakdhe ayo sekarang berangkat ke Panti Asuhan, tidak perlu nunggu besok." Ajakku dengan tegas.

"Lho, Amanda kenapa kok buru-buru. Besok pagi aja ya nak biar malam ini kita bisa kumpul dulu sebelum kamu tinggal ke panti asuhan." Ucap Budhe memelas.

"Gak perlu kok Budhe. Kayak mau kemana aja pake acara kumpul dulu. Lebih cepat lebih baik Budhe biar aku bisa segera beradaptasi sama panti asuhannya." Jawabku berusaha tegar.

"Iya buk. Ngapain pakai kumpul-kumpul segala, kayak mau ada acara penting aja. Yaudah ayo. Pakdhe tak ganti baju dulu." Sahut Pakdhe.

Selepas Pakdhe selesai ganti baju, aku langsung salim (cium tangan) ke Budhe dan ke kak Yasmine yang sedang ada di rumah. Sedangkan Sinta dan Vero nampaknya masih belum pulang dari sekolahnya. Setelah itu aku dibantu Budhe mengangkut barangku ke motornya Pakdhe. Setelah menyalakan mesin motornya, Pakdhe menjalankan motornya begitu saja yang semakin lama semakin menjauh dari rumah Budhe. Aku berusaha tegar dan menahan air mata. Mungkin ini jalan terbaik buat hidupku dan aku bisa menerima itu. Selamat tinggal Budhe.

***

Akhirnya sampai juga di depan pintu gerbang panti asuhan. Letak panti nya ini di daerah Darmo, Surabaya. Aku lihat dari depan tampaknya panti ini cukup besar. Karena di depan ada halaman yang rindang lengkap dengan satu pohon beringin dan terdapat tempat duduk yang mengitarinya. Sedangkan di sampingnya berdiri kokoh berbagai mainan anak-anak seperti ayunan, prosotan, dan jenis mainan lainnya seperti di tempat taman kanak-kanak biasanya. Gedungnya pun juga lumayan besar terdiri dari dua gedung saling berhadapan. Kedua gedungnya berlantai dua dengan gaya bangunan minimalis era sekarang.

Aku turun dari motor Pakdhe beserta membawa koperku. Seketika itu aku juga salim mencium tangan Pakdhe.

"Maaf ya Pakdhe, Amanda udah ngerepotin Pakdhe selama ini. Amanda pamit dulu." Ucapku sebelum pergi meninggalkan Pakdhe.

ADOPTED: Love Me, Then.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang